Pendekatan Pembelajaran Saintifik Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab dalam kontek kurikulum bahasa Arab

diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik Alfred De Vito: 1989. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar Joice Weil: 1996, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik Zamroni: 2000; Semiawan: 1998. Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu Beyer: 1991. Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, pendidik hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar peserta didik. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan scientist dalam melakukan penyelidikan ilmiah Nur: 1998, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan peserta didik dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan Semiawan: 1992. Di dalam model ini juga tercakup penemuan makna meanings, organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap peserta didik belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri discover pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi Houston: 1988. Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan pendidik lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Bahasa Arab adalah bahasa internasional yang digunakan oleh lebih dari sepertiga penduduk dunia baik dalam komunikasi formal maupun informal. Bahasa Arab juga berperan sebagai bahasa agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahasa Arab juga digunakan dalam dunia ekonomi dan perdagangan, hubungan antar bangsa, sosial- budaya dan pendidikan serta pengembangan karier. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki tantangan baik internal maupun eksternal. Tantangan internal terkait dengan kondisi pendidikan dan perkembangan penduduk Indonesia. Sedangkan tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Bangsa Indonesia pun dipengaruhi oleh perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti World Trade Organization WTO, Association of Southeast Asian Nations ASEAN Community, Asia-Pacific Economic Cooperation APEC, dan ASEAN Free Trade Area AFTA. Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study TIMSS dan Program for International Student Assessment PISA sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian peserta didik Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. Mata pelajaran bahasa, termasuk bahasa Arab mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran eksakta atau mata pelajaran ilmu sosial yang lain. Perbedaan ini terletak pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa belajar Bahasa Arab bukan saja belajar kosakata dan tatabahasa dalam arti pengetahuannya, tetapi harus berupaya menggunakan atau mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan komunikasi. Seorang peserta didik belum dapat dikatakan menguasai Bahasa Arab jika dia belum dapat menggunakan Bahasa Arab untuk keperluan komunikasi, meskipun dia mendapat nilai yang bagus pada penguasaan kosakata dan tata bahasanya. Memang diakui bahwa seseorang tidak mungkin dapat berkomunikasi dengan baik kalau pengetahuan kosakatanya rendah. Oleh karena itu, penguasaan kosakata memang tetap diperlukan tetapi yang lebih penting bukan semata- mata pada penguasaan kosakata tersebut tetapi memanfaatkan pengetahuan kosakata tersebut dalam kegiatan komunikasi dengan Bahasa Arab Dalam belajar bahasa, orang mengenal keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Keterampilan reseptif meliputi keterampilan menyimak lstima dan keterampilan membaca qira’ah, sedangkan keterampilan produktif meliputi keterampilan berbicara kalam dan keterampilan menulis kitabah. Baik keterampilan reseptif maupun keterampilan produktif perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran Bahasa Arab. Keempat keterampilan berbahasa tersebut disajikan secara terpadu. Agar dapat menguasai keterampilan tersebut di atas dengan baik, peserta didik perlu dibekali dengan unsur-unsur bahasa yaitu kosakata, lafal, ejaan serta tata bahasa. Tatabahasa membantu seseorang untuk mengungkapkan gagasannya dan membantu si pendengar untuk memahami gagasan yang diungkapkan oleh orang lain. Namun Tatabahasa hanyalah sebagai unsur pembantu dalam penguasaan keterampilan berbahasa. Oleh karenanya, pengajaran yang menekankan semata-mata pada pengetahuan tatabahasa hendaknya ditinggalkan. Tatabahasa hendaknya diajarkan dalam rangka memfasilitasi penguasaan keempat keterampilan yang telah disebutkan di muka. Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dapat ditunjukkan dalam dua cara, yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tertulis. Dalam komunikasi lisan, unsur yang perlu diperhatikan adalah ucapanlafal atau pronunciation. Kesalahan dalam ucapan menyebabkan seseorang tidak dapat mengemukakan gagasannya dengan tepat. Atau, kalau dia dalam posisi mendengarkan pembicaraan orang lain, maka kesalahan dalam ucapannya juga berpengaruh terhadap kemampuannya untuk memahami apa yang dia dengar. Demikian pula kalau orang tersebut mendengarkan pembicaraan orang lain yang mengucapkan dengan benar, tentu kata yang dia tangkap bukan kata yang dimaksud. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup kegiatan mendengarkan paparan, membaca teks, memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, unsur kebahasaan, dan format penyampaian atau penulisannya. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar peserta didik berpikir secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Kegiatan menanya dapat dilakukan di antaranya mempertanyakan perbedaan bentuk paparan baik secara lisan maupun tertulis dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia termasuk perbedaan penggunaannya, perbedaan pola-pola kalimat, dan isi wacana seperti gagasan pokok, informasi tertentu, informasi rinci, rujukan kata, dan sebagainya. Kegiatan mengeksplorasi dilakukan untuk melatih kemampuan berbahasa peserta didik melalui kegiatan simulasi, bermain peran dan kegiatan lain yang terstruktur. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Kegiatan dapat dirancang oleh pendidik melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan berkelompok sehingga peserta didik melakukan aktifitas antara lain menganalisis teks, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, membandingkan berbagai ungkapan, struktur teks, unsur kebahasaan, mendiskusikan isi wacana, serta memperoleh balikan dari pendidik. Kegiatan mengomunikasikan adalah kegiatan untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan maupun tulis seperti mendemonstrasikan, menuliskan, memaparkan, menyunting hasil karya teman, mempublikasikan hasil karya pada majalah dinding, buletin sekolah, learning journal, blog sekolah, dsb. Tantangan baru dinamika kehidupan menuntut aktifitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena keseharian yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi baru yang tak terduga. Dengan dukungan kemajuan teknologi dan seni, pembelajaran diharapkan mendorong kemampuan berpikir peserta didik hingga situasi baru tersebut. Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta didik kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan model sebagai berikut

2.2 Discovery Learning

Langkah Pembelajaran menciptakan stimulus rangsangan Kegiatan penciptaan stimulus dilakukan pada saat peserta didik melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga fakta atau femomena yang menimpulkan kontroversi. Misalnya peserta didik diminta untuk mengamati fakta tentang beberapa teks deskripsi, kemudian diberikan fakta lain tentang paparan jati diri penulis dan CV seseorang yang dari segi informasikan terlihat hampir sama tapi dengan genre yang berbeda. Dengan demikian peserta didik tergugah untuk mencari tahu lebih lanjut tentang faktafenomena tersebut dengan membaca dari berbagai sumber atau mempertanyakan kepada pendidik. Tahapan ini dimulai dengan peserta didik dihadapkan pada teks dengan genre yang sama namun bervariasi dalam fungsi sosial dan unsur kebahasaan sehingga menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki alasan penulis atau penutur menggunakan unsur kebahasaan yang berbeda, sehingga dapat mengetahui perbedaan fungsi sosial dari teks- teks tersebut. Disamping itu pendidik harus menyiapkan instruksi yang jelas untuk penugasan dalam setiap tahapan. Selain itu pendidik dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang pendidik harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai. Menyiapkan pernyataan masalah Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis jawaban sementara atas pertanyaan masalah Syah 2004:244. Sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan statement sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. Mengumpulkan data etika eksplorasi berlangsung pendidik juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis Syah, 2004:244. Dalam hal ini informasi ang dikumPada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan collection berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak sengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki Mengolah Data Menurut Syah 2004:244 pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu