Bidang Kajian PTK Konsep Dasar PTK

anak di sekolahmadrasah; dan 6 peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolahmadrasah.

2. Prinsip PTK

Suharsimi Arikunto, dkk Suharsimi Arikunto, dkk. 2008:6-9 mengemukakan 5 prinsip PTK, yaitu:

a. Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin

PTK dilakukan oleh guru tanpa mengubah situasi. Mengapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu PTK tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada. Dengan demikian, PTK ini harus terkait dengan profesi guru, jika dilakukan oleh guru; terkait dengan tugas kepala sekolah, jika dilakukan oleh kepala sekolah; atau terkait dengan pengawas, jika dilakukan oleh pengawas.

b. Adanya Kesadaran Diri untuk Memperbaiki Kinerja

PTK didasarkan atas sebuah filosofis bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Jadi, PTK sifatnya dinamis, yaitu adanya perubahan. Juga PTK dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan PTK karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu tentunya ingin melakukan perbaikan. Adapun topik pokok bahasan dalam PTK biasanya menyangkut strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba.

c. SWOT sebagai Dasar Berpijak

PTK harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas unsure-unsur S- Strength kekuatan, W-Weaknesses kelemahan, O-Opportunity kesempatan, T- Threat ancaman. Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Kekuatan strength dan kelemahan weaknesses yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diindentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain. Dua unsure yang lain, yaitu kesempatan opportunity dan ancaman threat, diidentifikasi dari yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau sobjek yang dikenai tindakan. Dalam memilih sebuat tindakan yang akan dicoba, peneliti harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subjek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang ‘bahaya’ di luar diri dan subjeknya sehingga dapat mendatangkan risiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengandung risiko.

d. Upaya Empiris dan Sistemik

Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris terkait dengan pengalaman dan sistemik, berpijak pada unsure-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsure-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut.

e. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan

SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi, dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Adapun makna masing-masing huruf adalah sebagai berikut. 1 S – Specific, khusus, tidak terlalu umum; 2 M – Managable, dapat dikelola, dilaksanakan; 3 A – Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau; 4 R – Realistic, operasional, tidak di luar jangkuan; dan 5 T – Time-Bound, diikat oleh waktu, terencana Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebut dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus; 1 Khusus spesifik, tidak terlalu luas misalnya melakukan penelitian untuk pelajaran bahasa Arab, tetapi hanya satu aspek saja, misalnya aspek berbicara, aspek membaca, aspek mendengarkan, atau aspek menulis. Dengan demikian, langkah dan hasilnya dapat jelas karena spesifik.