cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik
mengelola kelas dengan lebih efektif. Anita Lie 2008 menyebut cooperative learning
dengan sistem pengajaran gotong royong. Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan
para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang banyak melibatkan
para siswa untuk bekerja dalam kelompok yang heterogen. Peran serta setiap siswa dalam kelompok akan membantu dalam memahami materi
pelajaran.
2. Teori Pembelajaran Kooperatif
a. Teori Motivasi
Dalam teori motivasi disebutkan bahwa struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara
anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan
personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka
berhasil, dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal Slavin, 1995. Jadi
dalam pembelajaran kooperatif tiap siswa dalam kelompok diminta untuk terdorong atau termotivasi melakukan usaha yang terbaik agar
kelompok mereka pun dapat menjadi yang terbaik.
b. Teori Kognitif
Teori Kognitif dibedakan menjadi dua kategori utama yakni Teori Pembangunan dan Teori Elaborasi Kognitif.
1. Teori Pembangunan
Teori pembangunan ini berpendapat bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan
penguasaan mereka terhadap konsep kritik Damon, 1984 dan Murray, 1982 dalam Slavin, 1995. Vygotsky 1978 dalam Slavin
1995 mendefinisikan wilayah pembangunan paling dekat sebagai “jarak antara level pembangunan aktual seperti yang ditentukan
oleh penyelesaian masalah secara independen dan level pembangunan potensial seperti yang ditentukan melalui
penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman yang lebih mampu.”
Banyak penganut paham Piaget yang menyerukan untuk penggunaan aktivitas kooperatif di sekolah. Mereka beralasan
bahwa interaksi diantara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya untuk mengembangkan pencapaian
prestasi siswa. Para siswa akan saling belajar satu sama lain karena dalam diskusi mereka mengenai konten materi, konflik kognitif,
akan timbul, alasan yang kurang pas juga akan keluar, dan pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi akan muncul Slavin,
1995.
2. Teori Elaborasi Kognitif
Wittlock 1987 dalam Slavin 1995 menyebutkan bahwa penelitian dalam bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa
jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori,
orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dan materi.
Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain. Penelitian terhadap
pengajaran oleh teman lama menemukan adanya keuntungan pencapaian yang diterima oleh pengajar maupun yang diajar
Devin-Sheehan, Feldman, dan Allen, 1976 dalam Slavin, 1995. Dansereau telah menemukan bahwa pada saat pembaca
maupun pendengar bisa belajar lebih banyak daripada mereka belajar sendiri, si pembaca telah belajar lebih banyak Slavin,
1995. Dalam proses belajar kelompok siswa perlu diberi
kesempatan untuk menerangkan materi pelajaran yang dipahaminya pada siswa lain. Pada satu sisi siswa yang menjelaskan akan lebih
memahami materi dan siswa yang diberi penjelasan akan menjadi paham. Jadi model pembelajaran kooperatif dibentuk dengan
berlandaskan berbagai teori yakni yang pertama adalah teori motivasi yang mengatakan bahwa keberhasilan individu ditentukan