2. Teori Elaborasi Kognitif
Wittlock 1987 dalam Slavin 1995 menyebutkan bahwa penelitian dalam bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa
jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori,
orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dan materi.
Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain. Penelitian terhadap
pengajaran oleh teman lama menemukan adanya keuntungan pencapaian yang diterima oleh pengajar maupun yang diajar
Devin-Sheehan, Feldman, dan Allen, 1976 dalam Slavin, 1995. Dansereau telah menemukan bahwa pada saat pembaca
maupun pendengar bisa belajar lebih banyak daripada mereka belajar sendiri, si pembaca telah belajar lebih banyak Slavin,
1995. Dalam proses belajar kelompok siswa perlu diberi
kesempatan untuk menerangkan materi pelajaran yang dipahaminya pada siswa lain. Pada satu sisi siswa yang menjelaskan akan lebih
memahami materi dan siswa yang diberi penjelasan akan menjadi paham. Jadi model pembelajaran kooperatif dibentuk dengan
berlandaskan berbagai teori yakni yang pertama adalah teori motivasi yang mengatakan bahwa keberhasilan individu ditentukan
oleh keberhasilan kelompok, yang kedua adalah teori pembangunan yang mengatakan bahwa interaksi siswa dengan tugas-tugasnya
akan meningkatkan penguasaan mereka terhadap materi yang dipelajari, dan yang ketiga adalah teori elaborasi kognitif yang
mengatakan bahwa dalam belajar siswa diminta untuk dapat membagi pengalaman belajar atau menerangkan materi yang
dikuasainya pada siswa lain agar mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam mengemukakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning Anita Lie, 2008.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Adapun kelima
unsur tersebut adalah :
a. Saling ketergantungan positif
Yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif adalah adanya hubungan yang saling membutuhkan antar siswa dalam
kelompok belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok diminta untuk bertanggung jawab tidak hanya bertanggung
jawab terhadap kinerjanya secara individu, namun juga bertanggung jawab secara kelompok. Atau dengan kata lain setiap anggota diminta
untuk memberikan sumbangan bagi kelompoknya.
Anita Lie 2008 menyebutkan bahwa beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka
karena mereka juga memberikan sumbangan. Malahan mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan
demikian menaikkan nilai mereka kelompok. Sebaliknya siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannnya yang
kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur kedua ini merupakan akibat yang dihasilkan dari unsur saling ketergantungan positif. Dengan para siswa saling bergantung
pada rekannya, maka akan timbul rasa tanggung jawab secara personal untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para
pembelajar siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang pengalaman,
keluarga, dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling
memperkaya antaranggota kelompok. Para anggota kelompok perlu
diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi Anita Lie, 2008.
d. Komunikasi antar anggota
Dalam suatu kelompok diperlukan kesediaan para anggotanya untuk berkomunikasi menyampaikan pendapatnya. Namun tidak semua
siswa memiliki keahlian berbicara dan mendengarkan dengan baik. Ada saat dimana siswa harus diajari terlebih dahulu bagaimana cara
menyanggah pendapat siswa lain tanpa menyinggung perasaan siswa tersebut. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok seperti ini
merupakan proses yang panjang dan tidak langsung dalam sekejap dapat diterapkan. Walaupun ketrampilan berkomunikasi ini
membutuhkan proses yang panjang, sesungguhnya ketrampilan ini merupakan ketrampilan yang bermanfaat karena dapat memperkaya
pengalaman belajar siswa dan dapat menjadi salah satu alternatif pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e. Evaluasi proses kelompok
Setelah proses panjang dalam kelompok dilalui, perlu adanya evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning
Anita Lie, 2008.
Jadi tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai cooperative learning
. Suatu kerja kelompok dapat dikatakan sebagai bentuk cooperative learning
jika dalam kelompok terjadi ketergantungan positif antar anggotanya, ada tanggung jawab yang dimiliki setiap anggota
kelompok, ada kesempatan tatap muka setiap anggota kelompok, ada komunikasi yang dijalin setiap anggota kelompok dengan anggota lain,
serta adanya evaluasi kerja kelompok agar kerja kelompok selanjutnya lebih efektif.
4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin 1995:
a. Student Teams Achievement Division STAD
Dalam penggunaan model pembelajaran STAD siswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari empat atau lima
anggota yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Pengelompokan ini
berfungsi untuk memastikan semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat
mengerjakan kuis dengan baik. Langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pertama guru mempresentasikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan bahwa setiap anggotanya benar-benar menguasai materi dengan baik.
Kemudian siswa diberikan kuis mengenai bahan ajar yang sedang
dipelajari. Nilai atau skor kuis individu digunakan untuk menentukan poin perbaikan skor siswa dengan skor yang telah lalu. Sedangkan nilai
kelompok diperoleh dari penjumlahan nilai masing-masing anggota. Kelompok yang memiliki rata-rata skor kelompok yang memenuhi
kriteria dapat diberi penghargaan.
b. Teams Games Tournaments TGT
Pada dasarnya TGT hampir sama dengan pola pembelajaran tipe STAD. Poin penting yang membedakan keduanya adalah TGT
menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis-kuis, dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil
tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Dari turnamen ini setiap anggota kelompok akan
mendapatkan skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan nilai
kelompok. Kelompok yang mendapatkan nilai kelompok yang memenuhi kriteria akan mendapatkan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw
Sama seperti kedua tipe kooperatif sebelumnya, pada tipe jigsaw juga diberlakukan pembagian kelompok secara heterogen.
Masing-masing anggota kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu bagian materi. Mereka memiliki tugas menjadi ‘guru’ topik yang
mereka pelajari. Pada tipe jigsaw, siswa yang menjadi ‘guru’ di topik yang sama akan dipertemukan dengan anggota kelompok lain. Para
‘guru’ di setiap topik ini diberi kesempatan untuk berdiskusi membahas topik yang mereka terima hingga mereka dapat menguasai topik
tersebut. Setelah mereka dirasa cukup menguasai topik yang menjadi bagian mereka, mereka diminta untuk kembali ke kelompok asal untuk
membagikan dan mengajarkan hasil diskusi mereka pada teman lain. Terakhir adalah adanya pemberian kuis atau penilaian yang mencakup
seluruh topik. Penilaian dan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu.
d. Teams Accelerated Instruction TAI
Dalam model pembelajaran TAI, para anggota kelompok bekerja dalam unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim bertugas
memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu menyelesaikan masalah. Tahap terakhir adalah
pemberian tes yang dikerjakan tanpa bantuan teman satu timnya. Skor tes dihitung dengan melihat atau memonitor siswa. Setiap minggu guru
menjumlahkan skor tiap unit yang telah diselesaikan oleh anggota tim dan memberikan penghargaan.
e. Cooperative Integreted Reading and Composition CIRC
CIRC merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Dalam CIRC,
siswa dibagi ke dalam kelompok yang diukur berdasarkan tingkat kecepatan membacanya. Dalam kelompok itu mereka saling bertukar
informasi atas apa yang mereka baca, memprediksi bagian akhir cerita
naratif, menuliskan respon mengenai bacaan, dan sebagainya. Melalui belajar kelompok, siswa dilatih untuk menguasai ide utama bahan
bacaan yang mereka baca.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments TGT
1. Pengertian Teams Games Tournaments TGT
Model pembelajaran Teams Games Tournaments TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E.
Slavin. Secara umum TGT tidak jauh berbeda dengan STAD kecuali dalam satu hal, yakni TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan
kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik
sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu
pada struktur STAD yang biasanya.
2. Komponen Teams Games Tournaments TGT
Adapun komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments
TGT adalah :
a. Presentasi di kelas
Dalam memulai pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT, guru terlebih dahulu menjelaskan pada siswa
materi yang akan dipelajari lebih lanjut. Presentasi di kelas ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau
diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audio visual. Dalam cara ini, para siswa akan
menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan
kuis-kuis, dan skor kuis akan menentukan skor tim mereka Robert E. Slavin, 1995.
b. Tim Kelompok
Sebuah tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin,
ras, dan etnisitas atau dengan kata lain kelompok dibentuk secara heterogen. Kehadiran tim ini berfungsi untuk memastikan bahwa semua
anggota tim benar-benar belajar. Dalam kelompok ini masing-masing anggota kelompok harus berusaha memahami materi dan membantu
teman lain dalam menguasai materi pelajaran. Tim atau kelompok ini dirasa penting karena setiap anggota
kelompok akan berjuang demi kelompoknya dan kelompok pun akan berjuang untuk membantu tiap anggotanya. Agar keberadaan tim atau
kelompok semakin efektif, maka sebelum memulai berkelompok guru dapat menjelaskan sikap yang perlu diterapkan dalam bekerja
kelompok. Sikap tersebut antara lain : tidak membuat suara gaduh saat pelaksanaan kerja kelompok, mendiskusikan jawaban bersama-sama
teman sekelompok, dan sebelum bertanya kepada guru sebaiknya siswa terlebih dahulu bertanya pada teman dalam kelompoknya.
c. Game Permainan
Pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT, permainan yang dimaksudkan adalah permainan yang terdiri atas pertanyaan-
pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas dan
pelaksanaan kerja tim atau kelompok. Jalannya permainan pada model pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah : 1. Sebelum pertandingan pertanyaan dinomori pada selembar kertas.
2. Setiap siswa mengambil nomor undian dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor undian.
3. Jawaban yang benar dari setiap pertanyaan dapat dicocokkan dengan siswa lain yang berada pada meja pertandingan yang sama.
Siswa dari meja pertandiangan lain diberi kesempatan untuk menanggapi jawaban siswa yang bermain.
d. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game atau permainan berlangsung. Turnamen ini biasanya dilangsingkan pada
akhir minggu atau pada akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok.
Jalannya turnamen pada model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments
TGT adalah : 1. Setiap siswa yang telah menempati meja turnamen bergantian
mengambil nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati. 2. Siswa dipersilakan untuk membacakan dan menjawab soal sesuai
dengan nomor undiannya. 3. Soal yang tidak terjawab dilemparkan kepada siswa di sebelah
kirinya. 4. Siswa yang menjawab soal dengan benar berhak menyimpan kartu
yang akan dijadikan poin untuk kemudian diakumulasikan menjadi penghargaan kelompok.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa
dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Kriteria penghargaan kelompok dinyatakan dalam
tabel berikut.
Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan Kelompok
Skor Kelompok Kriteria Penghargaan
≤ 40 Good Team
41 – 45 Great Team
≥ 45 Super Team
3. Kelebihan dan Kelemahan Teams Games Tournaments TGT
Kelebihan dan kelemahan Teams Games Tournaments TGT yang dapat penulis rangkum setelah membaca beberapa sumber karangan Robert
E. Slavin 1995, Sugiyanto 2009 dan Trianto 2009 adalah : a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh
teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada di kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan atau persepsi siwa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukan pada keberuntungan.
c. TGT memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain kerja sama verbal dan non verbal, kompetisi yang lebih sedikit.
e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional lebih sedikit yang menerima skors atau
perlakuan lain. g. TGT dapat meningkatkan rasa saling percaya.
h. TGT meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
i. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama, dan orientasi tugas. j. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
D. Motivasi Belajar Siswa
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia 2008 adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau
tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu; usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Sedangkan Herman Hudojo 1988 berpendapat bahwa motivasi adalah kekuatan pendorong
yang ada di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Winkel 1984 menyatakan motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan kondisi intern atau disposisi kesiapsiagaan. Berawal dari kata motif maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat dirasakan. Motivasi belajar adalah daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa akan tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis, yang bersifat non intelektual.
Peranannya yang sangat khas adalah dalam hal gairah semangat belajar, siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian motivasi belajar adalah suatu dorongan atau kemauan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan motivasi belajar matematika
adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas- aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam rangka
memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai suatu tujuan
dalam pembelajaran matematika. 2.
Macam-macam Motivasi
Ada beberapa macam motivasi dilihat dari berbagai sudut pandang. Macam-macam motivasi di bawah ini adalah macam-macam motivasi yang
dituliskan oleh Sardiman 1986 : a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
i. Motif-motif bawaan
Motif bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari. Sebagai contohnya adalah : dorongan untuk makan,
dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk beristirahat, dan sebagainya.
ii. Motif-motif yang dipelajari Motif-motif yang dipelajari maksudnya adalah motivasi
yang timbul karena dipelajari. Sebagai contohnya adalah dorongan untuk mengajar di tengah masyarakat, dorongan untuk belajar suatu
cabang ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Motif-motif seperti ini disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial.
b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis i.
Motif atau kebutuhan organis Motivasi ini muncul karena adanya kebutuhan organis
untuk hidup. Misalkan : dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bernafas, dan sebagainya.
ii. Motif-motif darurat Motivasi ini muncul karena adanya rangsangan dari luar.
Misalkan : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya.
iii. Motif-motif obyektif Motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat
menghadapi duni luar secara efektif. Misalkan : menaruh minat, melakukan manipulasi, dan sebagainya.
c. Motivasi Jasmaniah dan Motivasi Rohaniah Yang termasuk dalam motivasi jasmaniah misalnya refleks,
insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk dalam motivasi rohaniah adalah kemauan.
d. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu Sardiman,
1986. Anita Woolfolk 2009 menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah kecenderungan alamiah untuk mencari dan menaklukkan
tantangan selama kita berusaha mengejar interest pribadi dan menerapkan kapabilitas, motivasi untuk melakukan sesuatu ketika kita
tidak harus melakukan. Sedangkan motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah motif-
motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar 1986. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didasarkan pada
faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan itu sendiri, motivasi yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal seperti reward dan
hukuman Anita Woolfolk, 2009. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa motivasi intrinsik berasal dari dalam diri sendiri sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari faktor luar yang turut
mempengaruhi suatu kemauan kita terhadap sesuatu.
3. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar
Sardiman 1986 dalam bukunya menunjukkan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Cara – cara tersebut adalah : a. Memberikan angka
Angka dalam hal ini adalah simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka
nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka
baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. d.
Ego – involvment Menumbuhkan kesadaran pada para siswa agar merasakan
betapa pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan
segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
e. Memberi ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada
ulangan. Oleh karena itu memberikan ulangan juga merupakan sarana motivasi.
f. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi
pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
g. Pujian Pujian adalah bentuk reinforcment yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah
belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. h. Hukuman
Hukuman sebagi reinforcment yang negatif tetapi jika diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi.
i. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud
untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan baik.
j. Minat Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi
muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat merupakan alat motivasi yang pokok.
k. Tujuan yang diakui Rumusan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa berguna dan menguntungkan,
maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
4. Pendekatan Umum Motivasi
a. Pendekatan Behavioral
Kaum behavioris cenderung menekankan motivasi ekstrinsik yang disebabkan oleh insentif, reward, dan hukuman Anita Woolfolk,
2009.
b. Pendekatan Humanistik
Pandangan humanistik menekankan motivasi intrinsik yang tercipta oleh kebutuhan akan pertumbuhan pribadi , fulfillment, dan
self-determination Anita Woolfolk, 2009.
c. Pendekatan Kognitif
Pandangan kognitif menekankan para pencari makna, pemahaman, kompetensi, kekuatan atribusi, dan interpretasi individual
Anita Woolfolk, 2009.
d. Pendekatan Sosiokultural
Pandangan sosiokultural menekankan legatimate periperal participation
dan identitas dalam masyarakat Anita Woolfolk, 2009. 5.
Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar
Menurut Sardiman 1986, ada beberapa ciri-ciri yang menunjukkan siswa memiliki motivasi belajar. Ciri-ciri tersebut adalah :
a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas – tugas yang rutin.
E. Hasil Belajar
Hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan Suprijono, 2009. Hasil belajar ini
dapat dilihat dari hasil tes prestasi dan dalam pengukuran hasilnya digunakan simbol angka atau skor. Suprijono 2009 juga menuliskan hasil belajar
menurut beberapa pakar yaitu Gagne dan Bloom. Hasil belajar menurut Gagne
yang dituliskan oleh Suprijono 2009 yaitu berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Sementara hasil belajar menurut Bloom mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge,
comprehension , application, analysis, synthesis, dan evaluation. Domain
afektif adalah receiving, responding
, valuing
, organization
, dan characterization
. Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized
Suprijono, 2009.
F. Materi Relasi dan Fungsi
1. Pengertian relasi
Definisi dari relasi menurut Marsigit 2009 adalah relasi dari himpunan M ke himpunan N adalah suatu aturan yang memasangkan anggota - anggota
himpunan M ke anggota - anggota himpunan N. Misalkan terdapat dua himpunan yakni himpunan M = {Adi Bella, Cinta, Deni, dan Edi} dan
himpunan N = {musik, tari, teater}. Adi menyukai tari, Bella menyukai teater, Cinta menyukai musik, Deni menyukai tari, dan Edi menyukai
musik. Antar anggota himpunan M dan himpunan N terdapat suatu hubungan yang dinamakan relasi.
2. Cara menyatakan relasi
a. Diagram panah Diagram panah merupakan cara paling mudah dalam menyatakan suatu
relasi. Materi mengenai diagram panah telah dipelajari pada uraian- uraian sebelumnya.
Contoh diagram panah :
Gambar 2.1 Contoh Diagram Panah
b. Diagram Cartesius Selain dengan diagram panah, relasi dapat juga dinyatakan dalam
bentuk diagram cartesius. Penempatan sumbu-sumbu pada diagram cartesius diatur sebagai berikut: sumbu horisontal digunakan untuk
himpunan pertama sedangkan sumbu vertikal digunakan untuk himpunan kedua. Contoh diagram cartesius :
Gambar 2.2 Contoh Diagram Cartesius
c. Himpunan pasangan berurutan Cara menyatakan relasi yang ketiga adalah dengan himpunan pasangan
berurutan. Himpunan pasangan berurutan didefinisikan sebagai berikut: Suatu relasi antar dua himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari
A dan B. A × B merupakan himpunan pasangan berurutan a, b dengan a
∈ A dan b ∈ B. Marsigit, 2009
3. Pengertian fungsi
Misalkan himpunan A = {Jakarta, Kuala Lumpur, Paris, Teheran, Tokyo} dan himpunan B = {Indonesia, Iran, Jepang, Malaysia, Perancis}. Dari
kedua himpunan tersebut, dapat dibuat suatu relasi ‘ibukota’. Dengan relasi tersebut, terlihat bahwa relasi tersebut memiliki sifat-sifat setiap anggota
himpunan A memiliki kawan anggota himpunan B. Selai itu juga tidak ada anggota A yang memiliki kawan lebih dari satu di himpunan B. Suatu relasi
yang memiliki kedua sifat tersebut merupakan relasi khusus yang disebut fungsi. Fungsi didefinisikan sebagai: fungsi atau pemetaan dari himpunan
A ke himpunan B adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B. Marsigit, 2009
a. Domain, kodomain, dan range Pada fungsi dikenal beberapa istilah yakni daerah asal domain, daerah
kawan kodomain, dan daerah hasil range.
b. Menyatakan fungsi pemetaan Pada dasarnya fungsi juga merupakan relasi, maka dalam menyatakan
fungsi juga dapat dinyatakan dalam 3 cara yakni dengan menggunakan diagram panah, diagram cartesius, dan himpunan pasangan berurutan.
c. Banyak pemetaan dari dua himpunan Cara untuk menentukan banyaknya pemetaan dari dua himpunan
menurut buku karangan Marsigit 2009 adalah sebagai berikut : Jika banyaknya anggota himpunan P adalah nP dan banyak anggota
himpunan Q adalah nQ maka : Banyak pemetaan dari P ke Q adalah {nQ}
nP
Banyak pemetaan dari Q ke P adalah {nP}
nQ
4. Korespondensi satu-satu Perkawanan satu-satu
a. Pengertian korespondensi satu-satu Misalkan terdapat suatu fungsi “Rasa”.
Gambar 2.3 : Fungsi “ Rasa”
Setiap anggota pada himpunan A hanya dapat dipasangkan dengan tepat satu anggota himpunan B. Demikian juga dengan setiap anggota B
yang dipasangkan dengan tepat satu anggota himpunan A. Fungsi dengan sifat seperti itu dinamakan sebagai korespondensi satu-satu.
B
Definisi korespondensi satu-satu: jika setiap anggota himpunan A dipasangkan dengan tepat satu anggota himpunan B dan setiap anggota
himpunan B dipasangkan dengan tepat satu anggota himunan A maka dikatakan bahwa himpunan A berkorespondensi satu-satu dengan
himpunan B. Jadi, nA harus sama dengan nB. Marsigit, 2009 b. Banyak korespondensi satu-satu dari dua himpunan
Cara untuk menemukan banyaknya korespondensi satu-satu yang mungkin terjadi pada 2 himpunan yang banyak anggotanya telah
diketahui menurut buku yang ditulis Marsigit 2009 adalah : Jika nA = nB = n maka banyaknya korespondensi satu-satu antara A dan B
adalah n × n – 1 × n – 2 × ... × 3 × 2 × 1.
G. Kerangka Berpikir
Siswa pasti ingin mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Pencapaian hasil yang memuaskan tersebut dipengaruhi beberapa faktor, salah
satunya ialah motivasi siswa dalam belajar. Motivasi yang dimaksud adalah dorongan siswa untuk belajar. Dari sekian banyak macam motivasi, motivasi
ekstrinsiklah yang dapat didongkrak secara siginifikan karena motivasi ekstrinsik lahir dari lingkungan sekitar seperti persaingan dengan teman
sebaya, dukungan keluarga, dan bahkan cara guru menyampaikan materi di kelas.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah proses pembelajaran dalam kelas. Pemilihan model dan metode pembelajaran di kelas