Pembelajaran Kontekstual Pendekatan Pembelajaran Kontekstual a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi merupakan hasil penemuan sendiri. Guru merancang pembelajaran yang menekankan pada kegiatan menemukan. Menemukan Inquiry mempunyai siklus yang terdiri dari : 21 a Observasi Observation b Bertanya Questioning c Mengajuan dugaan Hyphotesis d Pengumpulan data Data Gathering e Penyimpulan Conclussion

3. Bertanya Questioning

Bertanya merupakan ruh dari suatu pembelajaran. Ketika siswa bertanya, guru bisa memperoleh informasi dari siswanya, misalnya mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi, membangkitkan respon siswa, membimbing dan mengarahkan siswa. Bertanya bisa dilakukan baik antara siswa dengan guru, maupun siswa dengan siswa. Kegiatan bertanya dapat ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya.

4. Masyarakat Belajar Learning Community

Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak akan terlepas dari bantuan orang lain. Manusia memerlukan kerjasama antara satu sama lain untuk saling belajar dan membantu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru mengajar siswanya bukanlah contoh masyarakat belajar. Contoh masyarakat belajar disini yang belajar bukan guru melainka siswa. Masyarakat belajar terjadi jika dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Dengan adanya kelompok belajar, siswa dapat belajar dengan kelompoknya 21 Ibid h. 114 untuk saling berbagi satu sama lain, antara siswa yang satu dengan yang lainnya bisa saling mengisi dan melengkapi sehingga bisa menumbuhkan pengetahuan yang akan bermakna. 5. Pemodelan Modeling Pemodelan Modelling pada proses pembelajaran yaitu pengemasan dan penyampaian materi menggunakan alat bantu sehingga siswa dapat lebih memahami konsep yang diajarkan. Pemodelan disini maksudnya adalah model yang bisa ditiru. Model tersebut bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu, cara melafalkan, contoh karya tulis, cara memanipulasi benda-benda kongkrit, ataupun guru memberikan contoh memgerjakan sesuatu.

6. Refleksi Reflection

Komponen yang keenam adalah refleksi Reflection yang maksudnya adalah berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang telah dilakukan. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai stuktur pengetahuan baru. Kegiatan refleksi bisa berupa kegiatan me-review materi-materi yang baru saja dipelajari diakhir proses pembelajaran untuk menekankan konsep-konsep yang fundamental. Selain itu, kegiatan refleksi ini bisa berupa kegiatan mempertimbangkan kembali kesimpulan yang telah diperoleh. Tujuan dari proses refleksi ini adalah agar siswa dapat menyimpan setiap pengetahuan yang mereka terima dan agar mereka dapat merasakan ide-ide yan baru didapatkan. 7. Penilaian Sebenarnya Authentic Assessment Komponen terakhir adalah penilaian sebenarnya Authentic Assessment. Maksudnya adalah penilaian selama pembelajaran tidak hanya menilai produk yang dihasilkan siswa, akan tetapi guru menilai siswa mulai dari keaktifan siswa selama pembelajaran hingga hasil belajar yang diperolehnya. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi dan menghargai usaha-usaha yang dilakukan untuk menghargai siswa dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan guru.

1. Kemampuan Representasi dalam Matematika a. Hakikat Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari siswa dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, bahkan dari tingkat taman kanak-kanak sudah dikenalkan tentang pelajaran matematika seperti mengenal bilangan dan berhitung meskipun dalam bentuk yang masih sederhana. Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathematike yang berarti “relating learning”. Sedangkan secara epistimologis, matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. 22 Meskipun demikian, bukan berarti ilmu lain tidak menggunakan penalaran tetapi dalam matematika lebih menekankan kepada aktivitas penalaran disamping hasil observasi atau eksperimen. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, matematika merupakan ilmu bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelsaian masalah mengenai bilangan. 23 Berbagai pendapat mengenai pengertian matematika, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda. Ada yang berpendapat bahwa matematika adalah bahasa simbol, bahasa numerik, metode berfikir logis, ratunya ilmu dan sekaligus pelayannya, ilmu tentang bilangan, dan matematika adalah aktivitas manusia. Johnson dan Rising mengatakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, dan juga merupakan bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat. 24 Hal tersebut sejalan dengan Kline yang mengatakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri 22 Tim MKPBM,op. Cit., h. 18 23 Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, h. 723 24 Tim MKPBM, op. cit., h. 19