Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Reasoning and proof meliputi kegiatan melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Connections meliputi kegiatan mengkaitkan satu konsep matematika dengan konsep yang lain. Communication meliputi kegiatan mengungkapkan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Representation merupakan komunikasi tertulis yang menggunakan gambar, grafik dan simbol sehingga dapat membantu siswa mengungkapkan ide-ide mereka dalam bentuk tulisan. Disini terlihat bahwa representasi merupakan salah satu dari lima standar kemampuan berfikir matematik yang harus dimiliki siswa dan hendaknya siswa dapat melakukannya. Berdasarkan observasi di MTs Al Husna Lebak Bulus, peneliti memperoleh keterangan bahwa siswa kelas VIII masih mengalami kesulitan untuk merepresentasikan ide-ide matematiknya. Hal ini dapat terlihat dari jawaban siswa dalam latihan maupun ulangan harian, siswa kurang menggambarkan ide-ide matematis yang mereka miliki, misalnya dalam membuat persamaan atau model matematis dari materi aljabar dan sistem persamaan linear dua variabel yang disajikan dalam situasi real. Siswa tidak dapat membuat suatu tabel atau gambar dari informasi yang disajikan pada soal untuk membantunya menemukan jawaban, sehingga akhirnya mereka hanya menebak-nebak jawaban. Selain hal tersebut siswa juga belum mampu mengemukakan pendapatnya, terkadang pendapat yang disampaikan siswa belum terstruktur. Hal ini menyebabkan pendapat yang disampaikan oleh siswa sulit dipahami oleh teman-temannya maupun gurunya. Terkadang mereka mengerti mengenai konsep tetapi sulit untuk menyajikanya apalagi untuk bertukar pemahaman dengan siswa lain. Selain itu jika guru melontarkan pertanyaan di kelas, seolah sudah menjadi tradisi siswa menjawabnya secara bersama-sama. Mereka tidak percaya diri menjawab secara mandiri. Beberapa siswa juga merasa malu jika diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas dan menjelaskan kembali kepada siswa yang lain. Indikator-indikator tersebut menunjukan kemampuan representasi matematik siswa yang rendah. Pemodelan dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu dari indikator representasi. Setiap indikator dari representasi saling berkaitan satu sama lainnya. Jika indikator-indikator representasi sudah tercapai, maka siswa akan dengan otomatis mampu menerapkan dan menyajikan ide-ide matematika mereka dalam bentuk kata-kata, tulisan, simbol, gambar, grafik, tabel ataupun alat peraga. Pembelajaran matematika hendaknya tidak hanya menekankan pada perhitungan semata tetapi harus merealisasikannya dalam kehidupan sehari- hari. Dengan begitu, siswa akan sangat terbantu ketika belajar matematika. Sehingga siswa akan mampu untuk menganalisis, menyajikan, menginterpretasikan serta merepresentasikanya. Kemampuan representasi matematik merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dikuasai siswa. Pada dasarnya matematika adalah bahasa yang dipenuhi dengan notasi dan istilah sehingga konsep yang terbentuk dapat dipahami dan dimanipulasi oleh siswa. Karena representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan- gagasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan siswa dalam upayanya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa representasi matematika adalah ungkapan-ungkapan dari ide matematika yang ditampilkan siswa sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi pikirannya. Menyikapi permasalahan tersebut, maka perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran yang diterapkan pendidik yang berorientasi pada munculnya ide-ide baru segar yang bersal dari siswa. Mengkontruksi sebuah ide baru dari siswa tidak serta merta tiba-tiba timbul, perlu adanya rangsangan atau stimulus yang dapat mengembangkan. Mengkontruksi sebuah pengetahuan memerlukan pemikiran reflektif, yakni secara aktif memikirkan suatu ide. berfikir reflektif berarti mengubah melalui ide-ide yang sudah ada untuk mencari ide-ide yang kiranya paling berguna untuk memberi arti terhadap ide baru. 5 Kita menggunakan ide-ide yang kita miliki untuk mengkontruksi ide yang baru, dengan begitu akan berkembang hubungan antar ide tersebut. Semakin banyak ide yang digunakan semakin banyak pula hubungan yang terbentuk, itu berarti semakin baik kita memahami. Menurut Subandar, untuk meningkatkan kemampuan representasi matematika, dapat dilakukan melalui proses penemuan kembali dengan menggunakan konsep matematisasi horizontal dan vertikal. 6 Konsep matematika horizontal merupakan pengidentifikasian, pemvisualisasian masalah melalui sketsa atau gambar yang telah dikenali siswa. Sedangkan konsep matematisasi vertikal berupa representasi hubungan-hubungan dengan rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematika, penggunaan model- model yang berbeda dan penggeneralisasian. Pendekatan kontekstual merupakan suatu pembelajaran dimana materi disajikan melalui konteks yang bervariasi dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat secara luas. Hal ini ditegaskan oleh howey bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam konteks yang bervariasi, baik konteks itu didalam ataupun diluar sekolah. Pembelajaran Kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif, yakni: konstruktivisme Constructivisme, bertanya Questioning, menemukan Inquiry, masyarakat belajar Learning community, pemodelan Modeling, refleksi reflection, dan penilaian sebenarnya Authentic Assessment. 7 5 John A. Van de Walle, Matematika sekolah dasar dan menengah, Jakarta : Erlangga, 2006, h.24 6 Jozua Subandar , “Aspek kontekstual dalam Soal Matematika dalam Realistic Mathematic Education”. Makalah disajikan dalam Seminar Sehari tentang Realistic Mathematic Education di Jurusan Matematika UPI. 7 Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Grup, 2010 , hal 264-268 Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa ada hubungan antara tujuan pencapaian kemampuan representasi matematika berupa mengkontruksi ide- ide matematika dari siswa melalui pemvisualisasian, penggunaan model- model, ataupun penggeneralisasian tersebut merupakan sesuatu yang ada pada pembelajaran kontekstual. Dari latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematika Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka timbul permasalahan sebagai berikut : 1. Pembelajaran matematika cenderung bersifat teacher oriented, text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari, 2. Siswa masih kesulitan dalam memahami konsep dan ide-ide matematika, 3. Belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan representasi matematika siswa. 4. Rendahnya kemampuan representasi matematika 5. Siswa masih kesulitan dalam memodelkan situasi atau permasalahan ke dalam ide matematika

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap masalah yang akan dibahas, maka penelitian ini dibatasi pada ada atau tidaknya perbedaan kemampuan representasi matematik antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan konvensional. Pendekatan kontekstual merupakan suatu pembelajaran dimana materi disajikan melalui konteks yang bervariasi dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik dirumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat secara luas. Sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya. Pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yakni: konstruktivisme Constructivisme, bertanya Questioning, menemukan Inquiry, masyarakat belajar Learning community, pemodelan Modeling, refleksi reflection, dan penilaian sebenarnya Authentic Assessment. Representasi matematika merupakan cara yang digunakan seseorang untuk menuangkan ide matematikanya dalam melakukan komunikasi matematik. Representasi melibatkan proses berfikir yang dilakukan untuk memahami konsep, operasi, atau hubungan-hubungan matematik lainnya. Representasi matematika terbagi menjadi dua, yaitu representasi internal dan representasi eksternal. Representasi internal yaitu proses berfikir tentang ide- ide matematika minds-on, dan representasi eksternal yaitu perwujudan untuk menggambarkan hasil dari representasi internal yang berupa kata-kata lisan, tulisan, simbol, gambar, grafik, tabel ataupun alat peraga hands-on. Adapun dalam penelitian ini, indikator kemampuan representasi yang akan diamati pada siswa adalah : 1. Representasi visual berupa diagram, grafik atau tabel, meliputi : a. Menyajikan kembali data informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik atau tabel. b. Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah. 2. Ekspresi matematis, meliputi : a. Membuat persamaan atau model matematis dari representasi lain yang diberikan. b. Menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematik. 3. Kata-kata teks tertulis, meliputi : a. Menyusun cerita atau situasi masalah sesuai dengan representasi yang disajikan. b. Membuat atau menjawab pertanyaan dengan menggunakan kata-kata teks tertulis.

D. Rumusan Masalah

Sebagaimana diuraikan pada latar belakang masalah, bahwa perlu adanya peningkatan kemampuan representasi siswa. Dalam kesempatan ini dilakukan penelitian yang menyatakan adanya pengaruh dari pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan representasi siswa. Dengan demikian yang menjadi permasalahan utama penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kemampuan representasi matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual ? 2. Bagaimana kemampuan representasi matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional ? 3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan representasi matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian eksperimen ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan representasi matematika siswa yang diajarkan menggunakan pendekatan kontekstual. 2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan representasi matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran kontekstual. 3. Membandingkan kemampuan representasi matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Guru Sebagai informasi dan masukan bagi Guru dalam upaya meningkatkan kemampuan representasi matematika siswa serta kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. 2. Siswa Untuk membantu siswa agar mendapatkan pembelajaran yang bermakna dan meningkatkan kemampuan representasi mereka dalam matematika. 3. Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. 4. Pembaca Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk diadakan penelitian lebih lanjut.