Relasi Fungsi Landasan Teori

begitu, siswa akan dapat membentuknya kedalam model-model matematika yang lebih mereka pahami. Mendekati akhir pembelajaran, guru membantu siswa untuk mengulas kembali apa yang telah mereka pelajari. Membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang baru. Intinya bagaimana sebuah pengetahuan itu dapat mengendap dalam benak siswa. Diakhir pembelajaran, akan dilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa. Gambaran perkembangan siswa ini perlu diketahui oleh guru agar dapat dipastikan jika siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Penilaian perkembangan ini harus dilihat dari proses, bukan hasil semata.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu hasil penelitian yang berhubungan dengan kemampuan representasi siswa dan pendekatan pembelajaran kontekstual, diantaranya: 1. Hasil penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Dwi Kurniati tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Pendekatan kontekstual Pembelajaran Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa ”. Menunjukan adanya pengaruh positif pendekatan kontekstual terhadap kemampuan koneksi matematika siswa SMK Negeri 11 Jakarta serta terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang belajar dengan pendekatan kontekstual dan konvensional sehingga pendekatan kontekstual dapat diimplementasikan dalam pembelajaran matematika di kelas. Hal ini bisa dilihat dari data yang diperoleh bahwa kemampuan rata-rata koneksi matematika yang diajarkan menggunakan penbelajaran ctl adalah 36,78 sedangkan rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional adalah 30,37. 2. Penelitian yang dilakukan Siti Aisyah tahun 2010 yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa nilai kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada nilai komunikasi matematika siswa dengan pembelajaran konvensional hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai kemampuan komunikasi matematik siswa pada kelas eksperimen sebesar 61,24 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 54,08 . 3. Penelitian yang dilakukan oleh Elis Fatonah tahun 2012 yang berjudul “Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Siswa”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa nilai rata-rata skor kemampuan representasi matematik siswa pada akhir siklus I sebesar 73,70 dan meningkat pada siklus II menjadi 82,75.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran matematika mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi, dan banyak siswa yang berpendapat bahwa matematika itu pelajaran yang sangat menakutkan, ada pula yang menyatakan bahwa mata pelajaran matematika itu sangat abstrak. Pada umumnya, pengajaran matematika pada saat ini masih berpusat pada guru, pemberian materi sering kali diajarkan dengan metode ceramah sehingga kurang menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide-ide matematika atau kemampuan representasi matematika siswa. Melihat masalah di atas, perlu adanya pembelajaran yang dapat membantu mengurangi keabstrakan dari pelajaran matematika dengan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa menciptakan ide-ide matematis dalam bentuk gambar, kata-kata, simbol-simbol, ataupun model-model matematika yang dapat mendukung dalam pemahaman matematika siswa. Sehingga permasalahan dari keabstrakan dan pemahaman matematika itu dapat teratasi. Oleh sebab itu, model pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan agar siswa dapat saling membantu, sehingga dapat memahami kebutuhannya dan juga meningkatkan kemampuan representasi siswa adalah pendekatan