Perlawanan terhadap VOC Perkembangan Masyarakat Masa Hindu-Buddha hingga Kolonialisme Barat . . . . . . . . . .

174 Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas VII

b. Perlawanan terhadap Spanyol

Kedatangan bangsa Spanyol semula diterima dengan baik oleh para penguasa lokal, Sultan Almansur dari Maluku. Hal ini karena sultan merasa dikesampingkan oleh Portugis. Namun, kehadiran Spanyol diprotes oleh Portugis. Alasannya hal itu merupakan pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas yang dibuat pada tahun 1494. Portugis dan Spanyol pun terlibat konflik dan peperangan. Salah satu benteng di Tidore yang dibangun Spanyol pada tahun 1527 diserang dan direbut Portugis. Konflik segitiga antara Portugis, Spanyol, dan Maluku pun pecah hingga beberapa tahun. Pada tahun 1529 Portugis dan Spanyol membuat Perjanjian Saragosa yang menyatakan bahwa Maluku menjadi wilayah perdagangan Portugis, sementara itu Spanyol mendapatkan Filipina.

c. Perlawanan terhadap VOC

Perlawanan terhadap VOC dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Makassar perlawanan dilakukan sejak tahun 1630–1800. Perlawanan dilakukan terhadap kepentingan VOC berlangsung sampai dengan meninggalnya Kakiali tokoh penggerak perlawanan terhadap VOC di Hitu pada tahun 1643. VOC memanfaatkan La Tenritatta to ‘Unru atau Arung Palakka 1634–1696 untuk bisa menguasai Makassar. Meskipun penguasa Gowa memberikan otonomi yang luas pada daerah-daerah yang dikuasainya, hal itu tetap menimbulkan kebencian di kalangan daerah-daerah taklukan. Inilah yang mendasari Bugis mau menerima ajakan VOC untuk menghancurkan Makassar Gowa. Sultan Hasanudin 1653–1669 akhirnya mengalami kekalahan pada tahun 1669, setelah digempur oleh pasukan VOC dengan sekutunya pasukan Bugis. Arung Palakka pun menjadi orang terkuat yang menguasai Sulawesi Selatan di bawah monopoli VOC. Perlawanan terhadap VOC di Jawa dilakukan oleh Kerajaan Mataram. Selama pemerintahan Sultan Agung, awalnya memberikan keleluasaan pada VOC untuk berdagang. VOC diberi izin mendirikan loji di Jepara. Namun, Mataram kemudian menolak keberadaan VOC di Jawa. Upaya untuk melawan VOC di Batavia dilakukan Sultan Agung tahun 1628–1629, tetapi mengalami kegagalan. Hal yang sama dilakukan oleh Amangkurat I 1646–1677 sebagai pengganti Sultan Agung. Keberadaan VOC pun masih sangat dibatasi dan VOC bisa masuk ke wilayah Jawa dengan ditarik pajak. Bahkan pada tahun 1660 Amangkurat I menutup perdagangan dengan VOC karena VOC menyerang Palembang. VOC berhasil menguasai Jawa setelah Amangkurat II menjadi raja. Sejak saat itu, konflik berkepanjangan terjadi di antara sesama elite Mataram. VOC berhasil mencampuri kekuasaan hingga memecah Mataram menjadi empat kerajaan. Itulah beberapa contoh perlawanan rakyat kepada bangsa Eropa. Tentu masih banyak reaksi dan perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap dominasi bangsa Eropa. Ajaklah teman sebangkumu untuk mencari informasi tentang reaksi atau perlawanan bangsa Indonesia terhadap bangsa Eropa. Susunlah informasi itu menjadi karangan singkat dan presentasikan di depan kelas. Jelaskan alasan perlawanan, jalannya perlawanan, dan akhir perlawanan tersebut. Di unduh dari : Bukupaket.com 175 Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas VII 4. Perkembangan Masyarakat pada Masa Kolonial Mengapa ibu kota negara kita terletak di Jakarta? Mengapa tidak terletak di Ambon, Makassar, Bengkulu, Kutai, atau Aceh? Apa yang menyebabkan Jakarta terpilih menjadi tempat kediaman presiden beserta para pejabat tinggi negara lainnya? Apabila kamu mengikuti pembelajaran sejarah di depan dengan saksama, kamu pasti bisa menemukan jawabannya. Munculnya Jakarta sebagai ibu kota negara memang tidak terlepas dari proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat yang ada di Indonesia. Kedatangan orang-orang Barat di Kepulauan Indonesia telah membuka lembaran sejarah baru bagi Indonesia. Serangkaian kebijakan pemerintah kolonial yang diterapkan di berbagai daerah mampu mengubah tatanan kehidupan bangsa Indonesia.

a. Masyarakat Jawa Masa Kolonial