Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

karena siswa menganggap matematika itu sebagai pelajaran yang menjadi momok menakutkan serta mempunyai soal-soal yang sulit untuk dipecahkan. Hal tersebut berdampak negatif pada pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang matematika. Pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang matematika masih tergolong rendah. Siswa Indonesia masih berada pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran matematika. Hal ini diperkuat oleh hasil studi Trends in Mathematics and Science Study TIMSS yang diikuti siswa kelas VIII Delapan Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan oleh International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti oleh 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 dan nilai rata-rata yang dipatok adalah 500 poin. 3 Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah Kemampuan memecahkan masalah menjadi kemampuan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan kemampuan memecahkan masalah menjadi tujuan utama dari belajar matematika diantara tujuan yang lain. Hal ini senada dengan pendapat Holmes dalam Sri Wardhani yang menyatakan bahwa: latar belakang atau alasan seseorang perlu belajar memecahkan masalah matematika adalah adanya fakta dalam abad dua puluh satu ini bahwa orang yang mampu memecahkan masalah hidup dengan produktif dan orang yang terampil memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global. 4 3 Ester Lince Napitupulu, Pencapaian Prestasi Siswa Indonesia di Bidang Sains dan Matematika, 2014, http:edukasi.kompas.comread2012121409005434Prestasi.Sains.dan.Matematika.Indonesia. Menurun 4 Sri Wardhani, dkk., Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD, 2013, h. 7, http:www.slideshare.netNASuprawotopembelajaran-berbasis-masalah-matematika- di-sd-5516079. Namun, salah satu permasalahan yang sering tampak dalam proses pembelajaran matematika adalah kurangnya kemampuan siswa dalam melakukan pemecahan masalah problem solving. Hal ini juga diperkuat salah satunya oleh hasil yang diperoleh dari The Third International Mathematics and Science Study TIMSS dalam Al Jupri dan Kartika Yulianti yang mengidentifikasikan bahwa “siswa SLTP Indonesia sangat lemah dalam problem solving namun cukup baik dalam keterampilan prosedural”. 5 Data TIMSS tersebut menunjukkan bahwa penekanan pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak pada penguasaan keterampilan dasar basic skills namun sedikit dalam menekankan pada kemampuan pemecahan masalah matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di salah satu sekolah, peneliti mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran matematika, yakni sebagai berikut : 6 1. Minat belajar siswa dalam pelajaran matematika masih terbilang kurang, hal ini ditandai dengan masih sedikitnya siswa yang mau menulis materi dan memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. 2. Kemampuan matematika siswa masih terbilang kurang, kemampuan dasar siswa dalam menghitung masih rendah. Dapat disinyalir bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga masih rendah. 3. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. 4. Siswa masih sulit dikondisikan dalam suasana belajar yang tertib. Peneliti juga melakukan observasi di kelas VIII SMP Muslim Asia Afrika MUSIKA Pamulang. Berdasarkan hasil observasi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, nilai pada indikator memahami masalah mencapai 46,93, membuat rencana pemecahan masalah 41,24, dan melaksanakan rencana pemecahan masalah 36,07. Secara umum nilai kemampuan pemecahan 5 Al Jupri dan Kartika Yulianti, “Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Realistik untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa”, 2013, h. 1 http:www.scribd.comdoc43596260artikel-Realistik. 6 Lampiran wawancara guru bidang studi matematika pada tanggal 1 Januari 2014. masalah matematika siswa hanya 41,41. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuann pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Hal ini senada dengan Al Jupri dan Kartika yang mengatakan bahwa: Dalam pembelajaran matematika guru terlalu mendominasi pembelajaran, kurang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan strategi sendiri dalam memecahkan permasalahan, konsep matematika sering disampaikan secara algoritmik dan prosedural, dan siswa dilatih menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang mendalam, guru kurang memberi kesempatan dan fasilitas pada siswa untuk melakukan diskusi, negosiasi, presentasi, dan kesempatan bertanya kurang. 7 Dari situasi tersebut, pembelajaran matematika yang diterapkan kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga peserta didik menjadi bosan dan tidak menyenangi matematika serta berimbas kepada rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu teknik pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berkembang sebagaimana mestinya. Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan di atas, maka perlu dicarikan solusinya sehingga peneliti perlu melakukan suatu penelitian tindakan kelas yaitu menerapkan teknik pembelajaran terbalik reciprocal teaching dalam pembelajaran. Guna meningkatkan pemecahan masalah matematika, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, dan mendorong pembelajaran mandiri yang berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Manfaat diterapkannya teknik pembelajaran ini adalah dapat meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran karena siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dan menjelaskan hasil pekerjaannya dengan baik sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat dicapai. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul 7 Ibid. “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Teknik Pembelajaran Terbalik Reciprocal Teaching”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Pelajaran matematika masih sering dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit dipahami oleh siswa. 2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah 3. Guru terlalu mendominasi pembelajaran

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka penulis perlu memperjelas dan memberikan arah dalam pembahasan skripsi, penulis berusaha memberikan batasan sesuai dengan judul, yaitu sebagai berikut: 1. Kemampuan pemecahan masalah matematika kemampuan yang meliputi: a. Memahami masalah Understand the problem b. Membuat rencana pemecahan masalah Devise a plan to solve the problem c. Melaksanakan rencana pemecahan masalah Carry out the plan to solve the problem 2. Teknik pembelajaran terbalik reciprocal teaching yang dimaksud yaitu teknik pembelajaran dimana siswa berperan menjadi guru yang di dalamnya terdapat 4 tahapan kegiatan pembelajaran yaitu summarizing, questioning, clarifying, dan predicting.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian, yaitu: 1. Apakah penerapan teknik pembelajaran terbalik reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa? 2. Bagaimana aktivitas belajar matematika siswa selama penerapan teknik pembelajaran terbalik reciprocal teaching? 3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan teknik pembelajaran terbalik reciprocal teaching pada pelajaran matematika?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: 1. Menemukan solusi dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui teknik pembelajaran terbalik reciprocal teaching 2. Mendapatkan jawaban secara empiris seberapa besar teknik pembelajaran terbalik reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa 3. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui teknik pembelajaran terbalik reciprocal teaching

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam pembelajaran b. Sebagai pembanding bagi peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti, sebagai salah satu sumber informasi untuk mengadakan penelitian lanjutan tentang teknik pembelajaran terbalik reciprocal teaching dalam pembelajaran matematika, dan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti 1. Dapat memunculkan sikap peka terhadap permasalahan pendidikan 2. Memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lainnya sebagai sumbangan khazanah ilmiah dalam pembelajaran matematika b. Bagi Siswa 1. Dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar matematika 2. Dapat mengembangkan daya kreatifitas siswa 3. Dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan mandiri c. Bagi Guru dan Sekolah 1. Teknik pembelajaran terbalik reciprocal teaching dapat menjadi alternatif teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan