sedikit  jenis  dan  jumlahnya,  masing-masing  meiliki  dimensi-dimensi  yang berkaitan  dengan  solidary  and  power  dalam  masyarakat  dan  budaya.  Bentuk
kebahasaan  yang  dimiliki  orang-orang  yang  berbeda  dalam  institusi-institusi berwibawa  dan  bermartabat  tinggi  tentu  memiliki  wujud-wujud  kebahasaan
yang  berbeda  dengan  institusi  lain.  Bukan  hanya  wadahnya  yang  menjadi pembeda,  melainkan  juga  orang-orang  yang  berada  di  dalamnya  yang
memiliki dimensi authority atau power yang tinggi akan membedakan dengan wadah
–wadah yang menjadi tempat orang-orang di dalam institusi tersebut. Harus  diperhatikan  pula  bahwa  bukan  hanya  dimensi-dimensi  sosial  yang
menjadi  pembentuk  konteks  komunikatif  dalam  pragmatik,  melainkan  juga aspek  kultur  merupakan  salah  satu  hal  yang  sangat  penting  sebagai  penentu
makna  dalam  pragmatik,  khususnya  yang  berkaitan  dengan  aspek  norma  dan nilai budaya dari masyarakat bersangkutan.
2.2.4 Kerangka berpikir
Komunikasi fatis merupakan suatu fenomena baru dalam studi pragmatik. Komunikasi  fatis  muncul  dari  perkembangan  pengguna  bahasa  yang  digunakan
untuk  memulai  atau  mempertahankan  hubungan  sosial  antara  penutur  dan  lawan tutur dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi fatis ini berkembang dalam ranah
pendidikan karena berbagai  faktor. Hal inilah yang menjadi kajian penelitian ini, yaitu komunikasi fatis dalam ranah pendidikan, khususnya komunikasi fatis dalam
wacana  konsultatif  pembimbingan  skripsi  pada  program  studi  Pendidikan Akuntansi semester genap tahun akademik 20152016Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan teori-teori komunikasi fatis dan beberapa teori yang digunakan untuk  mendukung tuturan fatis    dalam wacana konsultatif dosen
dan  mahasiswa.  Pertama,  Malinowski  1923:  315  dalam  tesis  Arimi mendefinisikan phatic communion
sebagai “a type of speech in which ties of union are created by a mere exchange of word
”. Phatic communion mempunyai fungsi sosial.  Phatic  communion  digunakan  dalam  suasana  ramah  tamah  dan  dalam
ikatan  personal  antar  peserta  komunikasi.  Situasi  tersebut  diciptakan  dengan pertukaran  kata-kata  dalam  pembicaraan  ringan,  dengan  perasaan  tertentu  untuk
membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Kedua,  Leech  1983  menyatakan  bahwa  pragmatik  adalah  ilmu  tentang
maksud  dalam  hubungannya  dengan  situasi-situasi  speech  situation.  Proses tindak  tutur  ditentukan  oleh  konteks  yang  menyertai  sebuah  tuturan  tersebut,
karena  memang  pragmatik  mempelajari  makna  bahasa  yang  terikat  konteks. Seperti  halnya  dalam  bahasa  mengenai  komunikasi  fatis,  tuturan  dikatakan  fatis
ditinjau dari konteks yang melingkupinya. Ketiga,  Jakobson  1980  mendefinisikan  basa  basi  atau  komunikasi  fatis
adalah  tuturan  yang  dipergunakan  untuk  memulai,  mempertahankan,  atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan
untuk  menarik  perhatian  lawan  bicara  atau  menjaga  agar  kawan  bicara  tetap memperhatikan.
Keempat,  Kridalaksana  1986:  111  menjelaskan  bahwa  basa-basi merupakan  tuturan  yang  digunakan  untuk  memulai,  mempertahankan,  atau
mengukuhkan  antara  pembicara  dan  kawan  bicara.  Selain  itu,  Harimurti  juga membagi  beberapa  partikel  fatis  dan  frasa  fatis  yang  digunakan  dalam  sebuah
pembicaraan. Kelima,  basa-basi  dapat  dikatakan  sebagai  tindak  tutur  ilokusi
komunikatif.  Ibrahim  1993:16  mengklasifikasikan  tindak  tutur  ilokusi komunikatif  kedalam  Skema  Tindak  Tutur  STT.  STT  tersebut  didasari  atas
maksud  ilokusi,  atau  sikap  yang  terekspresikan,  yang  digunakan  untuk membedakan  tindak-tindak  ilokusi  yang  semuanya  homogen.  Tindak  itu
diidentifikasi  oleh  maksud-maksud  yang  ada  dalam  tindak  itu  pengenalan  mitra tutur  terhadap  sikap  yang  diekspresikan  penutur,  ciri-ciri  pembeda  setiap  tipe
tindak  ilokusi  menspesifikasi  hal-hal  yang  harus  mitra  tutur  identifikasi  dalam tahap akhir STT.
Jenis penelitian komunikasi fatis ini bersifat deskriptif  kualitatif. Peneliti mengumpulkan  data-data  tuturan  fatis  dengan    menggunakan  metode  simak  dan
metode  cakap  dengan  teknik  catat  untuk  mengumpulkan  data.  Menurut  Mahsun 2007:  92  mengungkapkan,  metode  simak  adalah  cara  yang  digunakan  untuk
memperoleh  data  dilakukan  dengan  menyimak  penggunaan  bahasa.  Dalam penelitian  ini,  peneliti  akan  menyimak  tuturan  fatispembimbingan  skripsi  pada
program  studi  Pendidikan  Akuntansi  semester  genap  tahun  akademik 20152016Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sedangkan metode cakap ialah
cara  penyediaan  data  yang  berupa  percakapan  antara  peneliti  dengan  informan Mahsun,  2007:  95.  Teknik  analisis  data  dalam  penelitian  ini  menggunakan
Analisis  data  dilakukan  dengan  metode  padan.  Metode  padan  pada  dasarnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan  metode  yang  membandingkan  antara  standar  pembandingpembaku dengan  sesuatu  yang  dibandingkan.  Metode  padan  yang  digunakan  dalam
penelitian  ini  berjenis  metode  padan  ekstralingual.  Istilah  ekstralingual  memiliki arti  bahwa  metode  ini  digunakan  untuk  menganalisis  unsur  yang  bersifat
ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal  yang berada di luar bahasa Mahsun, 2007: 120.
Berikut ini adalah bagan kerangka berpikir yang telah dipaparkan. :
Ibrahim Arimi
Jakobson Kridalaksana
Malinowski
Metode Penelitian Kualitatif
Metode dan Teknik Pengumpulan Data: Metode Simak dan Metode Cakap dengan
Teknik Catat
Metode dan Teknik Analisis Data: Metode Padan Ekstralingual dengan
Teknik Dasar dan Teknik Lanjutan
Hasil Penelitian
Maksud Kefatisan dalam Ranah Pendidikan
Wujud Kefatisan dalam Ranah Pendidikan
Komunikasi Fatis dalam Kajian Pragmatik
Teori
48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dipaparkan mnegenai metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan  dengan  metode  penelitian  meliputi:  1  jenis  penelitian,  2  data  dan
sumber  data,  3  metode  dan  teknik  pengumpulan  data,  4  metode  dan  teknik analisis data, dan 5 triangulasi data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis  penelitian  ini  bersifat  deskriptif    kualitatif,  dan  berikut  akan diuraikan  hal-hal  yang  menandainya.  Peneliti  mengumpulkan  data-data  tuturan
fatis  dalam  wacana  konsultatif  pembimbingan  skripsi  pada  program  studi Pendidikan  Akuntansi  semester  genap  tahun  akademik  20152016Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Berdasarkan  definisi  dari  Moleong  2006:6  mengungkapkan,  penelitian
kualitatif  adalah  penelitian  yang  bermaksud  untuk  memahami  fenomena  tentang apa  yang  dialami  oleh  subyek  penelitian  misalnya  perilaku,  persepsi,  motivasi,
tindakan  dan  lain-lain  secara  holistik,  dan  dengan  cara  deskripsi  dalam  bentuk kata-kata  dan  bahasa,  pada  suatu  konteks  khusus  yang  alamiah  dan  dengan
memanfaatkan  berbagai  metode  ilmiah.  Metode  penelitian  kualitatif  adalah metode  jalan  penelitian  yang  sitematis  yang  digunakan  untuk  mengkaji  atau
meneliti  suatu  objek  pada  latar  alamiah  tanpa  ada  manipulasi  di  dalamnya  dan tanpa  ada  pengujian  hipotesis,  dengan  metode-metode  yang  alamiah  ketika  hasil
penelitian  yang  diharapkan  bukanlah  generalisasi  berdasarkan  ukuran-ukuran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI