kebaikan atau bantuan dari orang lain. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa basa- basi terima kasih adalah suatu tuturan positif untuk mengungkapkan rasa terima
kasih kepada orang lain dan mampu menjaga hubungan sosial kea rah yang baik. Dalam tuturan basa-basi C5 ini, tergolong basa-basi murni.Wujud basa-basi ini
sesuai dengan teori Arimi 1998: 171 dalam tesisnya yang menjelaskan basa-basi murni yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan
peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan.
4.2.1.4 Wujud Tuturan Fatis Mengundang
Tuturan fatis
mengundang merupakan
subkategori berdasarkan
kategoriacknowledgment. Wujud tuturan fatis berupa tuturan lisan. Tuturan yang dimaksud bisa dilihat dalam tabulasi dengan kode D. Berikut ini adalah analisis
tuturan yang termasuk dalam kategori tersebut.
Tuturan D1 a1 dan b1
M: “Beda, Pak, kalo ini berhubungan, berpengaruh tapi cuma aspek yang ini, Pak, signifikansinya. Aspek kedua, yang faktor kunjungan ke
perpustakaan dan faktor menghadapi ujian. Tapi kalo ini tuh, eh. “ D: “Ya, neng kene ta ya, ra ana?”
M: “Nggak ada, Pak, kan ini sudah ada.”
D: “Lha, iya, terus” D1
M: “Kalau ini seratus persen pengaruh, oh yang ini tuh cuma satu aja lho, Pak. Kalau ini pengaruh yang tidak signifikan, kalau yang signifikan,
kan cuma dua, kalau ini yang berpengaruh cuma satu.” D: “Apa wae yang signifikan?
M: “Cuma dua ini, Pak” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D: “Apa kuwi, kuwi yg signifikan ndak?” M: “Signifikan….”
D: “Terhadap atau dan?” M: “Kan ada 4 aspek, Pak.”
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di
ruang dosen. Mahasiswa mendiskuskusikan pengaruh dan signifikansi kunjungan ke perpustakaan terhadap prestasi belajar.
Tuturan D1 yang berbunyi “Lha iya terus”. Tuturan tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada
dosen dalam penyusunan skripsi. Mahasiswa mendiskuskusikan pengaruh dan signifikansi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Tuturan terjadi di ruang
dosen. Penutur seorang dosen berusia 55 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Penutur
pengucapkan kalimat mengundang dengan mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan sesorang yang akan terjadi.
Tuturan D1 merupakan bentuk tuturan fatis, karena memiliki persamaan karakteristik dengan basa-basi. Malinowski 1923: 315 dalam tesis Arimi
mendefinisikan phatic communion atau komunikasi fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi
tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan.
Tuturan D1 bukan merupakan wujud basa-basi meskipun mengandung unsur fatis, karena pernyataan pada tuturan D1 mengandung pesan penting dengan sungguh-
sungguh yang memang diperlukan untuk mencapai tujuan komunikasi. Arimi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1998: 96 juga menjelaskan bahwa secara metodologis, penolakan tersebut akan lebih jelas, jika dibandingkan dengan aktivitas verbal nonbasa-basi, seperti marah
atau serius. Penutur dapat mengakui kepada mitra tuturnya bahwa dia marah atau serius. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa basa-basi berkaitan dengan hal tegur
sapa, sopan santun, dan ramah tamah. Ketiga hal tersebut menyangkut etika, tata susila, dan tata karma dalam pergaulan masyarakat. Basa-basi juga bermakna
penolakan dari yang sebenarnya.basa-basi dipahami sebagai ungkapan yang tidak sungguh-sungguh, pura-pura, dan kebohongan.
Tuturan D1 ditandai dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh mitra tutur, yaitu partikel „lha‟. Kategori fatis “lha” adalah penanda
ketidaksantunan berbahasa yang dimaknai sebagai pengungkapan untuk menunjukkan kekesalan atau kekecewaan.Hal itu sesuai dengan penanda fatis
pada teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana, 1986: 117, kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan D1 merupakan tuturan fatis
murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan secara
sungguh-sungguh serius untuk mencapai tujuan komunikasi.
Tuturan D2 a2 dan b4
M: “Kalo dimensi ini saja kan nggak pa-pa kan, Pak?”
D: “Hah?” D2