“Oke oke” E7 Wujud Tuturan Fatis Menerima

Tuturan E7 a3 dan b6 D: “Ya berarti anu, perijinan yang untuk itu diurus sekalian saja.” M: “O jadi sekalian sambil ngerjain ini sambil ngurus aja.” D: “Iya, daripada kamu ngerjain ini, mending kamu ngurus perijinan yang sesungguhnya, sekali an kamu ngurus itu.” M: “Ya udah kalau gitu. Makasih ya, Pak, ya”

D: “Oke oke” E7

M: “Mari, Pak” D: “Ya” Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di ruang dosen. Dosen memberi saran kepada mahasiswa untuk mengerjakan proposal sembari mengurus surat izin penelitian. Mahasiswa menyetujui hal itu. Mahasiswa berdiri dan meninggalkan ruang dosen setelah berpamitan. Tuturan E7 yang berbunyi “Oke oke”. Tuturan tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Penutur seorang dosen berusia 45 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen memberi saran kepada mahasiswa untuk mengerjakan proposal sembari mengurus surat izin penelitian. Mahasiswa menyetujui hal itu. Tuturan terjadi di ruang dosen. Tuturan E7 merupakan bentuk tuturan fatis, karena memiliki persamaan karakteristik dengan basa-basi. Malinowski 1923: 315 dalam tesis Arimi mendefinisikan phatic communion atau komunikasi fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Tuturan E7 bukan merupakan wujud basa-basi meskipun mengandung unsur fatis, karena pernyataan pada tuturan E7 mengandung pesan penting untuk mencapai tujuan komunikasi. Tuturan E7 ditandai dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh mitra tutur, yaitu partikel „oke‟. Partikel fatis „oke‟ hampir sama dengan fungsi penanda fatis „ya‟ digunakan untuk mengukuhkan atau membenarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara. Partikel fatis di atas tidak mempengaruhi makna dalam sebuah kalimat E7, hanya saja digunakan untuk membenarkan perkataan dari lawan bicara sebelumnya. Tuturan E7 sesuai denganteori yang dikemukakan Kridalaksana 1994: 117, kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan E7 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi. Tuturan E8 a4 dan b5 D: “Kelas 10 SMA, nah ini sudah benar, tinggal diatur aja biar pemenggalannya betul.” M: “Kalo kaya gini boleh, Bu?” D: “Boleh. Ya, kalo mau lebih bagus ya diatur lagi ta, biar tidak hanya satu, tapi kan ini pemenggalannya kan keliru.”

M: “Oh, ya, Bu” E8