Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan D9 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam
tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi.
4.2.1.5 Wujud Tuturan Fatis Menerima
Tuturan fatis
menerima merupakan
subkategori berdasarkan
kategoriacknowledgment. Wujud tuturan fatis berupa tuturan lisan. Tuturan yang dimaksud bisa dilihat dalam tabulasi dengan kode E. Berikut ini adalah analisis
tuturan yang termasuk dalam kategori tersebut.
Tuturan E1 a1 dan b1
D: “Ya, silakan.” M: “Berarti perilaku belajar yang bagaimana, yang lagi, Pak?”
D: “Ya ra pa-pa. Ya, ndak pa-pa ta” E1
M: “Oh gitu, ya, Pak.” Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada
dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di ruang dosen. Dosen menyetujui pendapat mahasiswa dalam memperbaiki
penyusunan kalimat efektif dalam proposalnya.
Tuturan E1 yang berbunyi “Ya ra pa-pa. Ya, ndak pa-pa ta”. Tuturan
tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Penutur seorang dosen
berusia 55 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan terjadi ruang dosen. Dosen
menyetujui pernyataan mahasiswa berkaitan dengan kalimat efektif yang dibuatnya.
Tuturan E1 merupakan bentuk tuturan fatis, karena memiliki persamaan karakteristik dengan basa-basi. Malinowski 1923: 315 dalam tesis Arimi
mendefinisikan phatic communion atau komunikasi fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi
tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan.
Tuturan E1 bukan merupakan wujud basa-basi meskipun mengandung unsur fatis, karena pernyataan pada tuturan E1 mengandung pesan penting untuk mencapai
tujuan komunikasi. Arimi 1998: 96 juga menjelaskan bahwa secara metodologis, penolakan tersebut akan lebih jelas, jika dibandingkan dengan aktivitas verbal
nonbasa-basi, seperti marah atau serius. Penutur dapat mengakui kepada mitra tuturnya bahwa dia marah atau serius. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa basa-
basi berkaitan dengan hal tegur sapa, sopan santun, dan ramah tamah. Ketiga hal tersebut menyangkut etika, tata susila, dan tata karma dalam pergaulan
masyarakat. Basa-basi juga bermakna penolakan dari yang sebenarnya.basa-basi dipahami sebagai ungkapan yang tidak sungguh-sungguh, pura-pura, dan
kebohongan. Tuturan E1 ditandai dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh
mitra tutur, yaitu partikel „ya‟. Partikel fatis ya digunakan untuk mengukuhkan atau membenarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara. Partikel fatis di atas
tidak mempengaruhi makna dalam sebuah kalimat E1, hanya saja digunakan untuk membenarkan perkataan dari lawan bicara sebelumnya. Tuturan E1 sesuai
denganteori yang dikemukakan Kridalaksana 1994: 117, kategori fatis adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan E1 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam
tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi.
Tuturan E2 a1 dan b1
M: “Pak, tapi nggak dijelasin itu loh, Pak. Untuk yang diprokarsinasi, jadi langsung aja, beda kalau yang prestasi belajar itu kan eee yang diteliti
kan aspek ini. Kalo yang proskarsinasi, berarti sama kayak yang kecerd
asan emosional?”
D: “Ha, iya, silahkan tapi yang jelas kan ada ceritanya, gitu lho. Penelitian itu ada ceritanya. Penelitian itu tentang apa? Variabel
prokarsinasi itu yang diteliti tentang apa aja?” E2
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di
ruang dosen. Dosen menyarankan kepada mahasiswanya untuk membuat rancangan penelitian dengan mendeskripsikan dalam sebuah alur paragraf.
Tuturan E1 yang berbunyi “Ha, iya, silahkan tapi yang jelas kan ada
ceritanya, gitu lho. Penelitian itu ada ceritanya. Penelitian itu tentang apa? Variabel prokarsinasi itu yang diteliti tentang apa aja?”. Tuturan tersebut
melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Penutur seorang dosen
berusia 55 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan terjadi ruang dosen.
Mahasiswa sedang meminta penjelasan kepada dosen pembimbingnya dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengemukakan pernyataan dan pertanyaan. Dosen menyerahkan keputusan kepada mahasiswa dengan memberikan masukkan tambahan.
Tuturan E2 merupakan bentuk tuturan fatis, karena memiliki persamaan karakteristik dengan basa-basi. Malinowski 1923: 315 dalam tesis Arimi
mendefinisikan phatic communion atau komunikasi fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi
tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan.
Tuturan E2 bukan merupakan wujud basa-basi meskipun mengandung unsur fatis, karena pernyataan pada tuturan E2 mengandung pesan penting untuk mencapai
tujuan komunikasi. Tuturan E2 ditandai dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh
mitra tutur, yaitu partikel „lho‟. Tuturan E2 sesuai denganteori yang dikemukakan Kridalaksana 1994: 117, kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan E2 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam
tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi.
Tuturan E3 a1 dan b1
D: “Ndak usah nanti, nek iki dingenekke ya ra pa-pa. Ora baiknya, ora pantasnya, kabeh ki pantas. Begitu ya, dianu, kowe meh ya mung kari
iki wae. Dadi aku melihat bahwa bah asamu itu lemah, gitu ya.”
M: “Iya, Pak” E3