“Kok judul kok uraian, ya itu soal evaluasi atau soal latihan atau lembar kerja? Kan
maksud dengan evaluasi ini yang mana, soal ini atau bukan kalau yang ini untuk apa?”
M: “Nah, uraiannya kan ada dua kali, Bu.” D: “Nah, tapi judulnya ya jangan uraian.”
M: “Hehehehe”
D: “Kok judul kok uraian, ya itu soal evaluasi atau soal latihan atau lembar kerja? Kan
berbeda itu perlu kamu bedakan.” F9
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di
ruang dosen. Dosen menyarankan mahasiswa untu tidak memberi judul „uraian‟ untuk soal evaluasi.
Tuturan F9 yang berbunyi “Kok judul kok uraian, ya itu soal evaluasi atau
soal latihan atau lembar kerja? Kan berbeda itu perlu kamu bedakan. ”. Tuturan
tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Penutur seorang dosen
berusia 45 tahun, berjenis kelamin perempuan. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 22 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan terjadi pada saat
mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen menyarankan mahasiswa untu tidak memberi judul „uraian‟ untuk soal evaluasi.
Tuturan terjadi di ruang dosen. Tuturan F9 merupakan bentuk tuturan fatis, karena memiliki persamaan
karakteristik dengan basa-basi. Malinowski 1923: 315 dalam tesis Arimi mendefinisikan phatic communion atau komunikasi fatis digunakan dalam
suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang
disertai dengan perasaan untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuturan F9 bukan merupakan wujud basa-basi meskipun mengandung unsur fatis, karena pernyataan pada tuturan F9 mengandung pesan penting untuk mencapai
tujuan komunikasi. Tuturan F9 ditandai dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh
mitra tutur, yaitu partikel „kok‟. Penanda fatis “kok” lazimnya digunakan untuk menekankan alas an dan pen
gingkaran. Selain itu, “kok” dapat juga bertugas sebagai pengganti kata tanya mengapa atau kenapa bila diletakkan di awal
kalimat. Kridalaksana 1994: 117, kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara
dan kawan bicara. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan F9 merupakan tuturan fatis
murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai
tujuan komunikasi.
Tuturan F10 a4 dan b5
D: “Nah, kalau yang di lapangan yang di kelas itu, ya, idealnya mereka pakai yang ini, idealnya mereka pake pas pembelajaran. Jadi, nggak
cuma sehari idealnya, ya, kan kalo pas kamu penelitian itu kalo pas mereka a
da materi itu, maksudnya dipake, idealnya gitu. Apalagi?” M: “Berarti ini nanti dipindah ke belakang ya, Bu?”
D: “Apanya?” M: “Ininya. Penilaiannya.”
D: “Lha, iya masa di tengah-tengah. Pertimbanganmu apa kemarin?” F10