ruang dosen. Dosen menjelaskan mengenai skala dalam penelitian mahasiswa. Tuturan terjadi di ruang dosen.
Penutur seorang dosen berusia 45 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan
terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen menjelaskan mengenai skala dalam penelitian mahasiswa. Tuturan
terjadi di ruang dosen. Maksud tuturan F6 adalah penutur tidak mengharuskan mitra tutur
memiliki literature mengenai pernyataan mitra tutur. Maksud tuturan F6 dapat dilihat dari pilihan kata yang digunakan dalam tuturan F6 yang berbunyi “Enggak,
jadi literaturnya tuh ya sebenernya, eh apa ya, literaturnya sebenarnya gini, yang penting skalanya sama”. Kridalaksana 1986: 111 memaparkan kategori fatis
adalah kategori yang bertugas untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan F7 a3 dan b6
M: “Terus nanti yang pengambilan, misalkan kalau valid atau tidak, R hitung kan lebih besar dari apa, gitu ya, Pak. Itu kan teori tapi nanti
pake harus ada buku sumbernya atau nggak? Atau pakai modul waktu PBS 1 itu boleh?”
D: “Ya, sebetulnya kalo dicari sumbernya ya valid, tapi kalo anu ya, apa emm, sebenernya kalau pake modul juga ngga kalau susah nyari
bukunya pake modul itu ndak pa- pa.”
M: “Iya, Pak, sama sebenernya kemarin kalo abis nyebarin kuisioner di SMK 1 Depok itu, minta surat dulu ya, Pak?”
D: “Emm, sebetulnya ndak usah saja.” F7
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di
ruang dosen. Dosen memberi pertimbangan buku referensi yang akan dipakai sebagai landasan teori. Tuturan terjadi di ruang dosen.
Penutur seorang dosen berusia 45 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan
terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen memberi pertimbangan buku referensi yang akan dipakai sebagai
landasan teori. Tuturan terjadi di ruang dosen. Maksud tuturan F7 adalah penutur tidak menyetujui pendapat dari mitra
tutur. Maksud tuturan F6 dapat dilihat dari pilihan kata yang digunakan dalam tuturan F7 yang berbunyi “Emm, sebetulnya ndak usah ndak papa”. Kridalaksana
1986: 111 memaparkan kategori fatis adalah kategori yang bertugas untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara
dan kawan bicara.
Tuturan F8 a4 dan b5
D: “Gitu, ini kan sama semua.” M: “Iya kemarin waktu saya utak-atik, 2 dua semua, 1.5 satu setengah
semua. Terus, kan kemarin saya juga coba. Pertama 1.5 kan, Bu, terus saya enter, nah saya enter lagi jarak yang kedua saya jadiin 2 malah jadi
kejauhan banget.”
D: “Ah itu masalah ngaturnya aja kamu yang belum pas, kan bisa ini
satu, terus itu lho, yang beforeafter itu loh itu kan ada itu kan bisa diatur, jadi nanti jaraknya 1.5. ya kira-kira 1.5. Ya, mungkin nggak pas
1.5, tapi kira-kira yang jelas jarak antar buku itu lebih besar daripada jarak antar baris yang satu judul. Contohnya, ada lah yang di skripsi-
skripsi itu. Nah untuk proposal ini, masih perlu direvisi.” F8
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di
ruang dosen. Mahasiswa menjelaskan kesulitan yang ditemukan ketika membuat spasi dalam proposal skripnya.
Penutur seorang dosen berusia 45 tahun, berjenis kelamin perempuan. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 22 tahun, berjenis kelamin perempuan.
Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Mahasiswa menjelaskan kesulitan yang ditemukan ketika
membuat spasi dalam proposal skripnya. Tuturan terjadi di ruang dosen. Maksud tuturan F8 adalah penutur menganggap keluhan mitra tutur hanya
masalah kecil yang seharusnya bisa di atasi oleh mitra tutur sendiri. Maksud tutran F8 dapat dilihat dari pilihan kata yang digunakan dalam tuturan F8 yang
berbunyi “Ah itu masalah ngaturnya aja kamu yang belum pas”. Kategori fatis “ah” pada umumnya dapat dimaknai sebagai peranti untuk memberikan maksud
penekanan atas rasa penolakan atau dapat juga maksud acuh tak acuh. Kridalaksana 1986: 111 memaparkan kategori fatis adalah kategori yang
bertugas untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan F9 a4 dan b5
M: “Ini kan kalau yang apa pisah itu uraiannya dibuat dua kali itu loh bu yang pilihan ganda.”
D: “Nah, tapi kan maksud saya itu kan ada lembar kerja terus ada bagian evaluasi. Nah, evaluasi itu kan ada sikap sama itu ta yang kognitif. Nah,
kalau yang sikap kan yang ini, lalu yang penilaian yang KI 3.4, nah itu yang mana? nah kalau yang soal akhir ini. Ini termasuk lembar kerja
atau untuk penilaian yang KI 3.4 yang ini? Karena lembar kerja dan soal evaluasi kan berbeda, karena sebenarnya untuk memfasilitasi mereka
aktif ketika proses pembelajaran, meskipun mereka mengerjakan sesuatu, tapi kan di situ bukan evaluasi, itu tapi memfasilitasi aktivitas
belajar. Nah, mungkin ada evaluasi di belakang. Nah, yang kamu maksud dengan evaluasi ini yang mana, soal ini atau bukan kalau yang
ini untuk apa?” M: “Nah, uraiannya kan ada dua kali, Bu.”
D: “Nah, tapi judulnya ya jangan uraian.” M: “Hehehehe”
D: “Kok judul kok uraian, ya itu soal evaluasi atau soal latihan atau lembar kerja? Kan berbeda itu perlu kamu bedakan.
” F9
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di
ruang dosen. Dosen menyarankan mahasiswa untu tidak memberi judul „uraian‟ untuk soal evaluasi.
Penutur seorang dosen berusia 45 tahun, berjenis kelamin perempuan. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 22 tahun, berjenis kelamin perempuan.
Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen menyarankan mahasiswa untu tidak memberi judul
„uraian‟ untuk soal evaluasi. Tuturan terjadi di ruang dosen.
Maksud tuturan F9 adalah penutur berharap mitra tutur mampu membedakan antara soal uraian dan soal latihan atau soal evaluasi. Maksud
tuturan fatis dapat dilihat dari pilihan kata yang digunakan dalam tuturan F9 yang berbunyi “Kok judul kok uraian, yo itu soal evaluasi atau soal latihan atau lembar
kerja? Kan berbeda itu perlu kamu bedakan”. Kategori fatis “kok” lazimnya digunakan untuk menekankan alas an dan pengingkaran. Selain itu, “kok” dapat
juga bertugas sebagai pengganti kata tanya mengapa atau kenapa bila diletakkan di awal kalimat. Kridalaksana 1986: 111 memaparkan kategori fatis adalah
kategori yang bertugas untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan F10 a4 dan b5
D: “Nah, kalau yang di lapangan yang di kelas itu, ya, idealnya mereka
pakai yang ini, idealnya mereka pake pas pembelajaran. Jadi, nggak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cuma sehari idealnya, ya, kan kalo pas kamu penelitian itu kalo pas mereka ada materi itu, maksudnya dipake, idealnya git
u. Apalagi?” M: “Berarti ini nanti dipindah ke belakang ya, Bu?”
D: “Apanya?” M: “Ininya. Penilaiannya.”
D: “Lha, iya masa di tengah-tengah. Pertimbanganmu apa kemarin?” F10