saya enter, nah saya enter lagi jarak yang kedua saya jadiin 2 malah jadi kejauhan banget.”
D: “Ah itu masalah ngaturnya aja kamu yang belum pas, kan bisa ini
satu, terus itu lho, yang beforeafter itu loh itu kan ada itu kan bisa diatur, jadi nanti jaraknya 1.5. ya kira-kira 1.5. Ya, mungkin nggak pas
1.5, tapi kira-kira yang jelas jarak antar buku itu lebih besar daripada jarak antar baris yang satu judul. Contohnya, ada lah yang di skripsi-
skripsi itu. Nah untuk proposal ini, masih perlu direvisi.”F8
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di
ruang dosen. Mahasiswa menjelaskan kesulitan yang ditemukan ketika membuat spasi dalam proposal skripnya.
Tuturan F8 yang berbunyi “Ah itu masalah ngaturnya aja kamu yang
belum pas,”. Tuturan tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi.
Penutur seorang dosen berusia 45 tahun, berjenis kelamin perempuan. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 22 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan terjadi
pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Mahasiswa menjelaskan kesulitan yang ditemukan ketika membuat spasi dalam
proposal skripnya. Tuturan terjadi di ruang dosen. Tuturan F8 merupakan bentuk tuturan fatis, karena memiliki persamaan
karakteristik dengan basa-basi. Malinowski 1923: 315 dalam tesis Arimi mendefinisikan phatic communion atau komunikasi fatis digunakan dalam
suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang
disertai dengan perasaan untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Tuturan F8 bukan merupakan wujud basa-basi meskipun mengandung unsur fatis,
karena pernyataan pada tuturan F8 mengandung pesan penting untuk mencapai tujuan komunikasi.
Tuturan F8 ditandai dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh mitra tutur, yaitu partikel „ah‟. Penanda fatis “ah” pada umumnya dapat dimaknai
sebagai peranti untuk memberikan maksud penekanan atas rasa penolakan atau dapat juga maksud acuh tak acuh. Penanda fatis ini sesuai dengan teori Kunjana,
Yuliana, dan Rishe dalam kategori fatis dalam ranah keluarga. Kridalaksana 1994: 117, kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan F8 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam
tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi.
Tuturan F9 a4 dan b5
M: “Ini kan kalau yang apa pisah itu uraiannya dibuat dua kali itu loh bu yang pilihan ganda.”
D: “Nah, tapi kan maksud saya itu kan ada lembar kerja terus ada bagian evaluasi. Nah, evaluasi itu kan ada sikap sama itu ta yang kognitif. Nah,
kalau yang sikap kan yang ini, lalu yang penilaian yang KI 3.4, nah itu yang mana? nah kalau yang soal akhir ini. Ini termasuk lembar kerja
atau untuk penilaian yang KI 3.4 yang ini? Karena lembar kerja dan soal evaluasi kan berbeda, karena sebenarnya untuk memfasilitasi mereka
aktif ketika proses pembelajaran, meskipun mereka mengerjakan sesuatu, tapi kan di situ bukan evaluasi, itu tapi memfasilitasi aktivitas
belajar. Nah, mungkin ada evaluasi di belakang. Nah, yang kamu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maksud dengan evaluasi ini yang mana, soal ini atau bukan kalau yang ini untuk apa?”
M: “Nah, uraiannya kan ada dua kali, Bu.” D: “Nah, tapi judulnya ya jangan uraian.”
M: “Hehehehe”
D: “Kok judul kok uraian, ya itu soal evaluasi atau soal latihan atau lembar kerja? Kan