“Hayo? D3 Wujud Tuturan Fatis Mengundang

dimaknai sebagai ungkapan agar mitra tutur mengulang tuturan penutur mendengar dengan jelas ungkapan mitra tutur. Kridalaksana1986: 117, mengungkapkan bahwa kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan D1 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi. Tuturan D3 a1 dan b1 M: “Sebelum multikulinear itu lho, Pak?” D: “Hah?” M: “Multi...” D: “Hayo? D3 M: “Nanti saya cari, Pak, bukunya. Haha lupa, Pak.” Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di ruang dosen. Mahasiswa tidak menguasai materi tentang multikulinear. Tuturan D3 yang berbunyi “hayo”. Tuturan tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Mahasiswa tidak menguasai materi tentang multikulinear. Tuturan terjadi di ruang dosen. Penutur seorang dosen berusia 55 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan D3 merupakan bentuk tuturan fatis, karena memiliki persamaan karakteristik dengan basa-basi. Malinowski 1923: 315 dalam tesis Arimi mendefinisikan phatic communion atau komunikasi fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Tuturan D3 bukan merupakan wujud basa-basi meskipun mengandung unsur fatis, karena pernyataan pada tuturan D3 mengandung pesan penting untuk mencapai tujuan komunikasi. Tuturan D3 ditandai dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh mitra tutur, yaitu partikel „hayo‟. Makna kategori fatis “hayo” pada umumnya adalah menakut-nakuti atau mengancam sang mitra tutur atas tindakan yang telah, sedang, bahkan akan dilakukannya. Pada umumnya, tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur itu bertentangan dengan tindakan yang dikehendaki oleh penutur. Oleh karena itu, penutur menggunakan “hayo” sebagai semacam peringatan atau ancaman untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Penanda fatis ini sesuai dengan teori Kunjana, Yuliana, dan Rishe 2014 kategori fatis dalam ranah keluarga. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan D3 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam tuturan fatis murni mengandung pesan penting serius yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tuturan D4 a3 dan b6 D: “membaca Sekarang kalau saya malas belajar akuntansi karena situasi berisik, kalau kamu jawab sangat setuju gitu. Itu artinya apa? M: “Ya berarti kalo kelas yang berisik itu mempengaruhi saya, jadi saya males gitu, Pak.” D: “Jadi, saya males, karena kelasnya rame. Faktor dari luar itu. Nah kalo saya jawab e sangat tidak setuju saya tidak males, gitu? ” D4 M: “Saya tidak males, walaupun dia berisik.” D: “He‟e, nah yang mendukung pernyataan yang positif itu artinya gini, ketika kita akan memberikan skor tertinggi itu adalah yang mendukung pernyataan, yang paling besar yang mana? Saya malas belajar akuntansi karena situasi berisik, jadi malas. Tapi kalau saya jawab saya sangat setuju berarti e saya sangat terpengaruhi situasi.” D: “He‟e, nah yang mendukung pernyataan yang positif itu artinya gini, ketika kita akan memberikan skor tertinggi itu adalah yang mendukung pernyataan, yang pa;ing besar yang mana? Saya malas belajar akuntansi karena situasi berisik, jadi malas. Tapi kalau saya jawab saya sangat setuju berarti eh saya sangat terpengaruhi situasi.” Konteks tuturan: T uturanterjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di ruang dosen. Dosen berdiskusi dengan mahasiswa dengan memberikan pernyataan-pernyataan mengenai hubungan sebab-akibat, kemudian mahasiswa menyimpulkan sendiri. Tuturan D4 yang berbunyi “Jadi saya males, karena kelasnya rame. Faktor dari luar itu. Nah kalo saya jawab e sangat tidak setuju saya tidak males”. Tuturan tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen berdiskusi dengan mahasiswa dengan memberikan pernyataan-pernyataan mengenai hubungan sebab-akibat, kemudian mahasiswa menyimpulkan sendiri. Tuturan terjadi di ruang dosen. Penutur seorang dosen berusia 45 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan D4 merupakan bentuk tuturan fatis, karena memiliki persamaan karakteristik dengan basa-basi. Malinowski 1923: 315 dalam tesis Arimi mendefinisikan phatic communion atau komunikasi fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Tuturan D4 bukan merupakan wujud basa-basi meskipun mengandung unsur fatis, karena pernyataan pada tuturan D4 mengandung pesan penting untuk mencapai tujuan komunikasi. Tuturan D4 ditandai dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh mitra tutur, yaitu partikel „Nah‟. Nah selalu terletak pada awal kalimat dan bertugas untuk minta supaya kawan bicara mengalihkan perhatian ke hal lain. Tuturan D4 sesuai denganteori yang dikemukakan Kridalaksana 1994: 117, kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan D4 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi. Tuturan D5 a1 dan b1 D: “Pernah membandingkan tulisanmu yang awal dengan yang terakhir ndak, Mbak ?” D5 M: “Pernah, Pak, jelek banget, Pak. Yang proposal yang kemarin yang itu lho, Pak yang proposal waktu seminar itu lho, Pak. Jelek banget.” D: “Beda, ya?” M: “Yang proposal waktu saya seminar presentai itu lho, Pak,” D: “Gimana?” M: “Jelek banget.” D: “Terus?” M: “Nggak nge-dhong maksudnya gimana.” D: “Terus sekarang.” M: “Ya lumayanlah, Pak. Ada perbaikan. Setiap saya bimbingan pasti ada perbaikan kok Pak. Berarti ini udah di ACC ya Pak? Ya, Pak, ya? ” D: “Ngopo di ACC? M: “tertawa nggih, Pak. Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di ruang dosen. Dosen menanyakan perbedaan proposal skripsi mahasiswa, sebelum dan sesudah beberapa kali melakukan bimbingan. Tuturan D5 yang berbunyi “Pernah membandingkan tulisanmu yang awal dengan yang terakhir ndak mbak?”. Tuturan tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen menanyakan perbedaan proposal skripsi mahasiswa, sebelum dan sesudah beberapa kali melakukan bimbingan.. Tuturan terjadi di ruang dosen. Wujud tuturan D5 adalah penutur meminta mitra tutur dengan tuturan yang mengandung harapan baik. Penutur seorang dosen berusia 55 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Penutur pengucapkan kalimat mengundang dengan mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan sesorang yang akan terjadi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturannya, tuturan D5 tersebut termasuk ke dalam kategori tindak tutur acknowledgements subkategori basa-basi mengundang. Ibrahim 1993: 40 mendefinisikan basa-basi mengundang bid berfungsi untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa basa-basi mengundang adalah suatu tututuran positif tentang ekspresi harapan baik bagi orang lain untuk menjaga hubungan sosial kea rah yang baik. Hal itu dikarenakan mitra tutur bersedia menanggapi tuturan dengan didasari dengan harapan baik kepada mitra tutur.Tuturan D5 termasuk dalam basa-basi polar. Wujud basa-basi ini sesuai dengan teori Arimi 1998: 171 dalam tesisnya yang menjelaskan basa-basipolar yaitu tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya. Tuturan D6 a1 dan b2 M: “Karyawan bagian kebersihan itu predikatnya, kan dia menyatakan eh, jadi subjeknya itu Lun, kemudian predikatnya itu karyawan bagian kebersihan terus objeknya eh sebentar-sebentar, Lun ini eh subjeknya terus eh menyapu itu, eh ini predikatnya menyapu, terus objeknya di hotel Samarinda.” D: “Sudah ini kalo kamu mbaca gimana? Coba dibaca” M: membaca dan mencoba

D: “Ini baru dua alinea lho, ini ketok e baru dua halaman lho iki.” D6