Metode dan Teknik Analisis Data

melakukan proses pembimbingan skripsi. Peneliti menitipkan alat perekam dan tidak memasuki ruangan pada saat proses bimbingan berlangsung supaya percakapan berlangsung secara natural. Setelah merekam proses bimbingan skripsi, kemudian mahasiswa bersangkutan menyerahkan hasil rekaman. Peneliti mentranskrip hasil rekaman dan bertanya jawab dengan mahasiswa yang bersangkutan untuk melengkapidata. Berikut ini kode untuk menandai tuturan fatis yang telah peneliti analisis. Untuk menandai bentuk tuturan fatis berdasarkan 8 subkategori Acknowledgement, peneliti menggunakan kode A kefatisan permintaan maaf, kode B kefatisan memberi salam, kode C kefatisan berterima kasih, kode D kefatisan mengundang, kode E kefatisan menerima, kode F kefatisan menolak. Untuk menandai tuturan fatis, peneliti menggunakan kode a untuk dosen dan b untuk mahasiswa.Kode a1 untuk Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si., kode a2 untuk Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., kode a3 untuk Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., dan kode a4 untuk Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. Mahasiswa yang mengikuti bimbingan skripsi ditandai dengan, kode b1 untuk Maria Regina Ayu, kode b2 untuk Natalia Lun, kode b3 untuk Christina Cahyaning Apsari, kode b4 untuk Marselinus Tri, kode b5 untuk Stella, dan kode b6 untuk Fransiska.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode padan. Metode padan pada dasarnya merupakan metode yang membandingkan antara standar pembandingpembaku dengan sesuatu yang dibandingkan. Metode padan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI digunakan dalam penelitian ini berjenis metode padan ekstralingual. Istilah ekstralingual memiliki arti bahwa metode ini digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa Mahsun, 2007: 120. Metode padan ekstralingual dapat berarti menghubungkan unsur bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa, seperti kata baju adalah kata benda karena menunjukkan benda. Selain itu, metode ini juga membandingkan antara hal yang sama-sama berada di luar bahasa itu, seperti antara makna dengan makna Mahsun, 2007: 121. Metode pada ekstralingual memiliki teknik sebagai konkretisasi dari metode. Teknik merupakan alat yang menjadi bagian dari metode sebagai sarana konkret pelaksana yang dalam hal ini merupakan alat analisis data. Metode padan ekstralingual memiliki dua macam teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Dua teknik tersebut merupakan teknik yang sudah menjadi satu kesatuan dalam penerapan metode ini. Teknik dasar digunakan terlebih dahulu sebelum teknik lanjutan sehingga dua teknik itu akan selalu digunakan secara berturut-turut sesuai dengan namanya dasar-lanjutan secara bertahap. Masing-masing teknik itu memiliki istilah yang berbeda dalam penyebutannya. Teknik dasar disebut juga dengan teknik pilah unsur tertentu PUP=Pilah Unsur Penentu. Teknik tersebut berperan dalam menentukan daya pilah apa yang akan digunakan dalam analisis data. Sebenarnya, teknik PUP ini sudah merupakan bagian dari unsur ekstralingual itu sendiri dan tidak harus dipaparkan lagi, namun demi kejelasan, hal itu sebaiknya tetap dipaparkan karena teknik yang digunakan dalam metode PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI padan ekstralingual dengan intralingual adalah sama. Kembali lagi dalam paparan teknik PUP, daya pilah merupakan alat mental yang dimiliki oleh peneliti untuk menentukan unsur penentu atau standar pembanding dengan menyesuaikan unsur yang akan dibandingkan. Sesuai dengan unsur penentu yang akan dipilah-pilah, maka daya pilah dapat berjenis daya pilah referensial, daya pilah artikulatoris, daya pilah translasional, daya pilah ortografis, dan daya pilah pragmatis. Dasar pemilahan itu disesuaikan dengan karakter unsur penentu, seperti dalam hal acuan, ucapanpelafalanwicara, perbedaan bahasa, struktur tulisan, penutur-mitra tutur, konteks, dan lain-lain. Penelitian ini memusatkan perhatian pada kajian pragmatik yang bisa dikatakan memperhatikan tuturan, konteks, dan penutur-mitra tutur. Oleh karena itu, daya pilah yang digunakan adalah daya pilah pragmatis. Daya pilah pragmatis yang digunakan menunjukkan bahwa satuan lingual yang menjadi standar pembanding adalah sesuatu yang dapat dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat pragmatik. Setelah teknik dasar dilakukan, maka teknik lanjutan digunakan. Hubungan padan dalam metode dan teknik ini berupa hubungan banding antara semua unsur penentu yang relevan standar pembanding dengan semua unsur data yang ditentukan. Pada dasarnya, metode dan teknik ini bersifat membandingkan, artinya, analisis dilakukan dengan mencari semua kesamaan dan perbedaan yang ada di antara kedua hal yang dibandingkan. Maka, hal itu dapat dijabarkan menjadi hubungan penyamaan dan hubungan perbedaan. Pembandingan antara persamaan dan perbedaan itu secara sistematis juga akan menggiring analisis pada pencarian kesamaan pokok di antara keduanya yang dinamakan dengan hubungan penyamaan pokok. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa teknik lanjutan memiliki tiga jenis, yaitu teknik hubung banding menyamakan teknik HBS, teknik hubung banding membedakan teknik HBB, dan teknik hubung banding menyamakan hal pokok teknik HBSP, yang mana masing-masing menggunakan daya banding menyamakan, daya banding membedakan dan daya banding menyamakan hal pokok yang semuanya bersifat mental. Standar pembanding yang ditemukan dalam tulisan ini berupa teori dan kaidah yang menjadi acuan baku seperti yang terdapat dalam landasan teori, yang pada penerapannya, standar pembanding itu dibandingkan dengan data yang telah terkumpul sebagai bentuk analisis.

3.5 Triangulasi Data