ketidaksantunan berbahasa yang dimaknai sebagai pengungkapan untuk menunjukkan kekesalan atau kekecewaan. Kridalaksana 1994: 117, kategori
fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan F10 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam
tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi.
Tuturan F11 a4 dan b5
D: “Saya lupa kalo itu, kecuali kalau ada bukunya yang asli, gitu. Tapi dimana, kalau pinjem pada nggak dikembalikan.”
M: “Ibu nanti ada jam sore?”
D: “Wah, saya pulang awal nanti. Mau ada perlu.” F11
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di
ruang dosen. Dosen tidak bisa ditemui kembali hari itu, karena akan pulang lebih awal.Tuturan terjadi di ruang dosen.
Tuturan F11 yang berbunyi “Wah, saya pulang awal nanti. Mau ada
perlu .”. Tuturan tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada
saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Penutur seorang dosen berusia 45 tahun, berjenis kelamin perempuan. Mitra tutur seorang
mahasiswa berusia 22 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen
tidak bisa ditemui kembali hari itu, karena akan pulang lebih awal.Tuturan terjadi di ruang dosen.
Tuturan F11 merupakan bentuk tuturan fatis, karena memiliki persamaan karakteristik dengan basa-basi. Malinowski 1923: 315 dalam tesis Arimi
mendefinisikan phatic communion atau komunikasi fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi
tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan.
Tuturan F11 bukan merupakan wujud basa-basi meskipun mengandung unsur fatis, karena pernyataan pada tuturan F11 mengandung pesan penting untuk
mencapai tujuan komunikasi. Tuturan F11 ditandai dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh
mitra tutur, yaitu pa rtikel „Wah‟. Penanda fatis „wah‟ digunakan untuk
menyatakan keterkejutan terhadap sebuah tuturan yang diungkapkan oleh mitra tutur. Kridalaksana 1994: 117, kategori fatis adalah kategori yang bertugas
memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan F11 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam
tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi.
4.2.2 Maksud Tuturan Fatis
Setiap orang yang berkomunikasi tentulah memiliki maksud yang ingin disampaikan. Rahardi 2003: 16-17 telah berbicara perihal maksud dan makna.