Deiksis PraanggapanPresuposisi Fenomena Pragmatik

Dari definisi berbagai ahli, dapat peneliti simpulkan bahwa pragmatik merupakan studi bahasa yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan konteks situasi, sehingga mitra tutur memahami apa maksud penutur yang sebenarnya.

2.2.2 Fenomena Pragmatik

2.2.2.1 Deiksis

Yule 2006: 13 mendefinisikan, deiksis adalah istilah teknis dari bahasa Yunani untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti „penunjukkan‟ melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan „penunjukkan‟ disebut ungkapan deiksis. Ketika Anda menunjuk objek asing dan bertanya, “Apa itu?”, maka Anda menggunakan ungkapan deiksis “itu” untuk menunjuk sesuatu dalam suatu konteks secara tiba-tiba. Ungkapan- ungkapan deiksis kadangkala juga disebut indeksikal. Yule 2006: 15-22 membagi deiksis menjadi tiga, yaitu deiksis persona kata ganti orang pertama „saya‟, orang kedua „kamu‟, dan orang ketiga „dia laki- laki‟, „dia perempuan‟, atau „dia barangsesuatu‟, deiksis tempat misalnya, „di sana‟, „di sini‟, dan deiksis waktu misalnya, „kemarin‟, „besok‟, „hari ini‟, „nanti malam‟, „pekan depan‟, „pekan lalu‟, „pekan ini‟ Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata yang deiktis. Kata-kata seperti ini tidak memeliki referen yang tetap berbeda halnya dengan kata seperti kursi, rumah, kertas. Siapa pun yang mengucapkan kata kursi, kertas, rumah, di tempat mana pun, pada waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi referen dari kata saya, sini, sekarang barulah dapat diketahui jika diketahui PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Kata deiktis dapat pula dipakai sebagai “barang mainan”; yang dipermainkan adalah referen yang tidak jelas karena tidak disertai konteksnya Purwo, 1990: 17.

2.2.2.2 PraanggapanPresuposisi

Menurut Rahardi 2005: 42 Sebuah tuturan dikatakan mengpraanggapkan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang mempresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali. mempraanggapkan adanya seorang mahasiswa yang berparas sangat cantik. Apabila memang pada kenyataannya ada seorang mahasiswa yang berparas sangat cantik di kelas itu, tuturan itu dapat dinilai benar atau salahnya. Jika suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan pengucapan kalimat itu, turut tersertakan pula tambahan makna, yang tidak dinyatakan, tetapi tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Misalnya seperti yang terjadi pada konteks berikut. Saya menitipkan barang saya kepada seseorang yang tinggal di kota lain untuk dijualkan, tetapi sudah lama sekali orang yang saya titipi barang itu tidak juga memberi kabar dan mengirimkan uang hasil penjualan barang saya itu. Amatilah kalimat yang saya ucapkan kepada orang itu pada waktu saya meneleponnya, berikut ini. a Kalau barang saya itu sudah laku, uangnya jangan dikirimkan ke alamat rumah, tetapi ke alamat kantor saja. Ini alamat kantor saya: […] Yang dinyatakan asserted pada kalimat-kalimat itu adalah pemberitahuan mengenai cara pengiriman uang dan alamat kantor, tetapi yang dipraanggapkan presupposed adalah bahwa orang yang ditelepon itu masih memiliki tanggungan yang harus dibereskan pada suatu waktu. Kalimat-kalimat pada […] dapat pula dikatakan sebagai “pengingatan” terhadap kewajiban membayar yang terselubung Purwo, 1990: 19.

2.2.2.3 Implikatur