fungsinya hampir sama dengan penanda fatis „emm‟ karena memiliki fungsi bagi penutur untuk memahami tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur. Tuturan E8
sesuai denganteori yang dikemukakan Kridalaksana 1994: 117, kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan E8 merupakan tuturan fatis
murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai
tujuan komunikasi.
Tuturan E9 a4 dan b5
D: “Nah ini masih ada salah-salah tulis. Nah ini, ini kan salah nulisnya, ini salah salah tulis. Ini juga belum masuk di daftar pustaka. Ini juga. Kalau
depan ya mungkin sudahlah sementara. Mulai bab tiga ini yang masih ada revisi. Sama nanti dicek lagi salah tulis di depan. Sama penulisan
daftar pustaka. Itu k an sudah tak beri tau ta?”
M: “Kan kemarin saya sudah nyoba, Bu, yang di sininya kan 1.5, yang ini jarak tapi jadi itu,”
D: “Ya ndak, yang satu judul, itu satu spasi. Antar judul itu 1.5.”
M: “Oh” E9
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di
ruang dosen. Dosen meminta mahasiswa memperbaiki kesalahan penulisan, seperti penulisan daftar pustaka.
Tuturan E9 yang berbunyi “Oh”. Tuturan tersebut melibatkan dosen dan
mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Mitra tutur seorang dosen berusia 45 tahun, berjenis
kelamin perempuan. Penutur seorang mahasiswa berusia 22 tahun, berjenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelamin perempuan. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen meminta mahasiswa memperbaiki
kesalahan penulisan, seperti penulisan daftar pustaka. Tuturan terjadi di ruang dosen.
Tuturan E9 merupakan bentuk tuturan fatis, karena memiliki persamaan karakteristik dengan basa-basi. Malinowski 1923: 315 dalam tesis Arimi
mendefinisikan phatic communion atau komunikasi fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi
tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan.
Tuturan E9 bukan merupakan wujud basa-basi meskipun mengandung unsur fatis, karena pernyataan pada tuturan E9 mengandung pesan penting untuk mencapai
tujuan komunikasi. Tuturan E9 ditandai dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh
mitra tutur, yaitu partikel „Oh‟. Partikel fatis oh digunakan untuk mengukuhkan atau membenarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara. Partikel fatis di atas
fungsinya hampir sama dengan penanda fatis „emm‟ karena memiliki fungsi bagi penutur untuk memahami tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur. Tuturan E9
sesuai denganteori yang dikemukakan Kridalaksana 1994: 117, kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa tuturan E9 merupakan tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni yang dimaksud bukan basa-basi, karena di dalam
tuturan fatis murni mengandung pesan penting yang disampaikan untuk mencapai tujuan komunikasi.
Tuturan E10 a2 dan b4
D: “Oh, sing penelitian bersama?” M: “Berarti nggak kepake?”
D: “Apanya?” M: “Penelitian bersamanya.”
D: “Itu nanti yang ngembangin aku. Nah nanti, instrumen yang aku kembangkan bisa direfer tapi ya jangan direfer semua.”
M: “Oke oke” E10