yang melingkupi tuturan dan bentuk tindak verbal yang terdapat dalam tuturan serta partikel fatis.
Tuturan D1 a1 dan b1
M: “Beda, Pak, kalo ini berhubungan, berpengaruh tapi cuma aspek yang ini, Pak, signifikansinya. Aspek kedua, yang faktor kunjungan ke
perpustakaan dan faktor menghadapi ujian. Tapi kalo ini tuh, eh. “ D: “Ya, neng kene ta ya, ra ana?”
M: “Nggak ada, Pak, kan ini sudah ada.”
D: “Lha, iya, terus” D1
M: “Kalau ini seratus persen pengaruh, oh yang ini tuh cuma satu aja lho, Pak. Kalau ini pengaruh yang tidak signifikan, kalau yang signifikan,
kan cuma dua, kalau ini yang berpengaruh cuma satu.” D: “Apa wae yang signifikan?
M: “Cuma dua ini, Pak” D: “Apa kuwi, kuwi yg signifikan ndak?”
M: “Signifikan….” D: “Terhadap atau dan?”
M: “Kan ada 4 aspek, Pak.” Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada
dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di ruang dosen. Mahasiswa mendiskuskusikan pengaruh dan signifikansi
kunjungan ke perpustakaan terhadap prestasi belajar.
Maksud tuturan D1 adalah penutur meminta mitra tutur dengan tuturan yang mengandung harapan baik. Penutur seorang dosen berusia 55 tahun, berjenis
kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Tuturan D1 yang berbunyi “Lha iya terus”. Tuturan tersebut
melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi
kepada dosen
dalam penyusunan
skripsi. Mahasiswa
mendiskuskusikan pengaruh dan signifikansi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Tuturan terjadi di ruang dosen.
Tuturan basa-basi D1 dapat dibuktikan dengan adanya partikel fatis yang digunakan oleh mitra tutur, yaitu partikel „lha‟. Kategori fatis “lha” adalah
penanda ketidaksantunan berbahasa yang dimaknai sebagai pengungkapan untuk menunjukkan kekesalan atau kekecewaan.
Tuturan D2 a2 dan b4
M: “Kalo dimensi ini saja kan nggak pa-pa kan, Pak?”
D: “Hah?” D2
M: “Kalo dimensinya yang diteliti itu saja kan nggak pa-pa kan, Pak?” D: “Ya ra pa-pa, tapi kan di sini kan ada ilmu sosial, bla bla bla dan
seterusnya terhadap pelajaran apa?” M: “Matematika”
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen dan mahasiswa duduk berhadapan di
ruang dosen. Dosen memberikan pilihan sebagai pertimbangan mahasiswa dalam menentukan dimensi apa saja yang akan diteliti pada penelitiannya.
Maksud tuturan D2 adalah penutur meminta mitra tutur dengan tuturan yang mengandung harapan baik. Penutur seorang dosen berusia 55 tahun, berjenis
kelamin laki-laki. Mitra tutur seorang mahasiswa berusia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan. Penutur pengucapkan kalimat mengundang dengan
mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan sesorang yang akan terjadi. Tuturan D2 yang berbunyi “Hah”. Tuturan
tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa. Tuturan terjadi pada saat mahasiswa berkonsultasi kepada dosen dalam penyusunan skripsi. Dosen memberikan pilihan
sebagai pertimbangan mahasiswa dalam menentukan dimensi penelitian. Tuturan terjadi di ruang dosen.
Tuturan basa-basi D2 dibuktikan adanya partikel fatis yang digunakan o
leh mitra tutur, yaitu partikel „hah‟. Kategori fatis “hah” adalah penanda basa- basi berbahasa yang dimaknai sebagai pengungkapan untuk menunjukkan
pengulangan pernyataan.
Tuturan D3 a1 dan b1
M: “Sebelum multikulinear itu lho, Pak?” D: “Hah?”
M: “Multi...”
D: “Hayo? D3