Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 mengenai Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 20 point a tentang Kewajiban
Guru dinyatakan bahwa: “Dalam melaksanakan tugas keprofesional, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.”
3
Guru yang baik adalah guru yang peka terhadap perkembangan belajar dan prestasi anak didik di sekolah. Peran guru dalam proses belajar
mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil
belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.
4
Pada sistem pembelajaran masih cenderung bersifat berpusat pada guru, suasana kelas cenderung kaku, para siswa pasif dan lambat dalam
meyerap konsep yang disampaikan guru dan guru hanya menerapkan metode pembelajaran ceramah. Pembelajaran yang monoton dan penerapan sistem
hapalan kerap membuat siswa menjadi pasif sehingga siswa tidak memiliki rasa ingin tahu, tidak memiliki pertanyaan dan juga tidak tertarik pada hasil
pelajaran kondisi yang seperti ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dan ada kemungkinan juga dapat digolongkan menjasi salah satu faktor rendahnya
belajar siswa. Sebagai perencanaan pengajaran, guru hendaknya memiliki
pengetahuan yang cukup dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, metode pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan lain sebagainya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru guna meningkatkan mutu pendidikan melalui
peningkatan hasil belajar siswa, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran terbaru yang sedang marak diterapkan oleh kalangan guru-guru
kratif. Sebaliknya guru menyadari bahwa metode pembelajaran dapat
3
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h.11
4
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009, h. 9
3
dikatakan sebagai komponen yang turut berperan dalam keberhasilan belajar mengajar.
5
Dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah: “1 karena faktor
internal siswa misalnya fisiologi, psikologi, 2 karena faktor eksternal, hal ini dipengaruhi lingkungan alam dan lingkungan sosial dan faktor pendekatan
belajar yaitu strategi dan metode dalam proses pembelajaran”.
6
Seseorang yang secara internal memiliki dukungan belajar tinggi, baik kecerdasan,
motivasi, bakat, minat serta pemahaman tentunya akan lebih baik lagi jika didukung oleh faktor Studi Kelompok Study Group. Studi kelompok
merupakan usaha perbaikan yang dapat memacu siswa untuk saling berinteraksi antar sesama siswa dan melatih keterampilan intelektual serta
menanamkan rasa tanggung jawab siswa. Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan masalah untuk mencapai
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sebagai seorang guru sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik
tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosio emosional dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik sosio
emosional mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual, mental dan perkembangan kognitif siswa. Perkembangan tersebut
sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif dan mampu meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, sehingga mampu
meningkatkan proses dan hasil belajar yang diinginkan. Minat belajar adalah faktor internal atau indogen pada setiap individu
yang dapat menunjang belajar siswa. Alisuf Sabri mengatakan bahwa, “minat yang menunjang belajar ialah minat kepada bahan mata pelajaran dan kepada
guru yang mengajarnya.”
7
Karena apabila siswa tidak berminat kepada pelajaran ataupun gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar.
5
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.Rineka Cipta,2006, h.72
6
Alisuf Subri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007, h. 59
7
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan ….., H. 84
4
Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar erat hubungannya dengan minat belajar siswa itu sendiri. Siswa akan terlibat aktif
dalam proses belajar mengajar apabila memiliki minat yang kuat untuk belajar. Hal ini terjadi karena siswa merasa senang dan tertarik terhadap
sesuatu yang melingkupi proses belajar mengajar tersebut. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya
Psikologi Belajar mengatakan bahwa: Rendahnya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan
menimbulkan kesulitan belajar. Belajar tidak disertai minat mungkin tidak sesuai dengan bakat, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai
dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak yang menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak
pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.
8
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa minat itu sangat penting untuk dimiliki setiap siswa, sebab minat memiliki peranan dalam
proses belajar mengajar yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Dengan proses belajar mengajar, potensi yang ada pada diri siswa berupa
aktivitas-aktivitas pada setiap individu siswa dapat diarahkan, dibina dan dimanfaatkan untuk memperoleh ketekunan dalam belajar.
Dengan demikian, minat itu sangat besar peranannya dalam belajar disekolah. “minat akan berperan sebagai Motivating Force yaitu sebagai
kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat sikapnya senang kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun
belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa
terus tekun karena tidak ada dorongannya.”
9
Apabila minat yang dimiliki siswa terhadap guru yang mengajar studi IPS tinggi, maka akan terlihat gejala-gejala yang ditimbulkan melalui sikap
prilakunya, sehingga proses belajar yang dilakukannya akan efektif, karena
8
Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, h. 79
9
Ali Sabri, Psikologi……., h. 85
5
performance dan cara mengajar guru akan sangat berpengaruh. Sehingga dapat diharapkan mereka akan berhasil menguasai mata pelajaran IPS dengan baik.
Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru
dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Demikian pula
dari siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk belajar. Dalam proses belajar mengajar pasti terdapat beberapa kelemahan yang
mempengaruhi minat dan hasil belajar siswa dan dari hasil observasi ketika peneliti sedang PPKT tahun ajaran 20092010 dan wawancara awal diketahui
bahwa proses pembelajaran IPS kelas VIII-1 SMP Nusantara Plus tahun ajaran 20102011 ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu:
1 siswa banyak yang tidak mengerti materi yang disampaikan guru, mereka kadang asyik ramai sendiri, 2 konsentrasi siswa kurang
terfokus pada pembelajaran IPS, 3 siswa cenderung bosan karena guru hanya menggunakan metode ceramah, 4 tidak adanya
keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat sehingga siswa cenderung bersikap pasif, dan 5 keberadaan guru pada waktu
pembelajaran kurang mendapat perhatian siswa.
10
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, hambatan yang ditemui pada saat kegiatan belajar mengajar adalah minat belajar siswa kurang, tidak
memperhatikan guru, rendahnya hasil belajar siswa dan gaya belajar siswa berbeda-beda sehingga kesulitan untuk menggunakan metode yang cocok.
11
Kelemahan di atas merupakan masalah dan perlu adanya strategi pembelajaran di kelas agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Dalam
memilih metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, dan materi pembelajaran kelompok atau individu. Pada dasarnya tidak ada
metode pembelajaran yang ampuh, sebab setiap metode pembelajaran yang digunakan pasti punya kelebihan ataupun kelemahan. Oleh karena itu dalam
10
Hasil wawancara awal dengan siswa kelas VIII-1 di SMP Nusantara Plus Ciputat, Selasa 27 Juli 2010
11
Hasil wawancara dengan guru IPS Ekonomi terkait masalah pengajaran dikelas di SMP Nusantara Plus Ciputat, Selasa 27 Juli 2010.
6
pembelajaran biasa digunakan berbagai metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota berkerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran.
Pendekatan pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar akademik. Pendekatan pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan bagi siswa untuk bekerjasama menyelesaikan tugas-
tugas akademik teman sebaya, yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu. Jadi tujuan
dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.
Menurut Trianto, model pembelajaran kooperatif ada 5 yaitu: 1 Student Teams Achievement STAD, 2 Teams Games Tournaments TGT,
3 Jigsaw, 4 Think-Pair Share TPS, 5 Numbered Heads-Together NHT.
12
Pembelajaran Numbered Heads Together NHT dengan cara mengelompokkan semua ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
orang. Kesulitan pemahaman materi yang dialami dapat dipecahkan bersama dengan anggota kelompok dengan bimbingan guru. Untuk itu pembelajaran
NHT menitikberatkan pada keaktifan siswa dan memerlukan interaksi sosial yang baik antara semua kelompok. Pembelajaran NHT memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu, pembelajaran NHT
juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama siswa. Metode dan teknik yang dipilih oleh guru ini dimaksudkan agar dapat
memberikan kemudahan fasilitas dan atau bantuan lain kepada siswa dalam mencapai tujuan-tujuan instruksional. Menurut Spencer Kagan dkk., terdapat
12
Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009, h. 67
7
beberapa pendekatan mengenai pembelajaran kooperatif, meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi
penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh
Kagan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan
siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini menghendaki siswa bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual.
Pembelajaran ini dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan yaitu: hasil belajar akademik, penerimaan tentang keragaman dan pengembangan
keterampilan. Pembelajaran NHT mengutamakan kerja kelompok dari pada individual, sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk menyalurkan informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Minat dan Hasil Belajar IPS Siswa melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Heads Together NHT di SMP Nusantara Plus Ciputat”.