Optimasi dengan Kendala Risiko Kualitatif
170
Langkah untuk mengintegrasikan kedua solusi dapat dilakukan dengan membuat kombinasi semua solusi optimal yang diperoleh dari model MILP,
kemudian dicari nilai optimal berdasarkan tujuan memaksimalkan keuntungan dan nilai optimal berdasarkan tujuan meminimalkan risiko. Untuk mendapatkan total
risiko minimum dapat dicari dengan menggunakan persamaan 43 berikut. Minimumkan total risiko π
1
∑
=
i i
b R
x
1
π x, dengan:
55 dimana:
R
i
= Nilai bobot risiko dari alternatif ke-i yang terpilih b
i
= Nilai biner dari alternatif yang terpilih Adapun rumus untuk mendapatkan total keuntungan dilakukan dengan
mendapatkan nilai maksimum dari total keuntungan hasil kombinasi yang dapat dicari dengan persamaan 44 berikut.
Maksimumkan total profit π
2
∑
=
i i
b P
x
2
π x, dimana:
56 dimana:
P
i
Tabel 28 Perbandingan output model MILP dan AHP = Nilai keuntungan dari alternatif ke-i yang terpilih
Berdasarkan hasil perhitungan verifikasi model evaluasi risiko secara kuantitatif dan kualitatif sebelumnya telah diperoleh bahawa nilai solusi masing-
masing model jika dilakukan perbandingan akan mendapatkan solusi jadwal panen optimum yang berbeda, yaitu dengan kriteria keuntungan maksimum
diperoleh jadwal panen bulan Agustus, sedangkan dengan kriteria risiko minimum diperoleh jadwal panen optimum bulan September, sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 28.
Bulan Hasil MILP
profit Hasil AHP
risk Juli
2.313,49 0,059
Agustus 2.449,28
0,049 September
2.415,06 0,046
Oktober 2.309,45
0,066
171
Berdasarkan nilai output model di atas, kemudian dibuat kombinasi hasil untuk dapat menghitung nilai total risiko dan total keuntungan optimal, sehingga
dapat ditentukan jadwal panen yang sudah menggunakan kedua kriteria tersebut. Hasil perhitungan kombinasi dari total risiko dan total keuntungan dapat dilihat
pada Tabel 29.
Tabel 29 Kombinasi alternatif, total profit dan total risk Kombinasi Alternatif
Total Profit Total Risk Juli - Agustus
4.762,76 0,108
Juli - September 4.728,55
0,105 Juli - Oktober
4.622,94 0,125
Agustus - September 4.864,34
0,095 Agustus - Oktober
4.758,73 0,115
September - Oktober 4.724,51
0,112 Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa nilai total profit tertinggi diperoleh
dari hasil kombinasi bulan panen Agustus-September dan nilai total risiko terendah juga diperoleh pada hasil kombinasi tersebut, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pilihan alternatif terbaik yang memenuhi kedua kriteria yaitu minimalisasi risiko dan maksimalisasi keuntungan diperoleh pada bulan Agustus
dan bulan September sebagai bulan panen jagung yang optimal. Oleh karena itu dengan asumsi proses penanaman jagung dilakukan rata-rata selama tiga setengah
bulan maka jadwal tanam optimal yang disarankan dengan model integrasi risiko rantai pasok secara kualitatif dan kuantitatif adalah bulan April-Mei. Berdasarkan
hasil validasi model diperoleh bahwa bulan April-Mei merupakan awal bulan dari musim kemarau atau berakhirnya musim hujan, sehingga pada bulan itu
merupakan yang baik untuk menanam jagung ditinjau dari agroklimat, karena hujan sudah jarung terjadi sehingga pada saat panen akan dapat melakukan proses
pasca panen secara efisien untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik. Untuk mengimplementasikan pola penjadwalan ini dapat dilakukan
dengan penyediaan informasi pasar, pasokan dan permintaan jagung serta ketersediaan lahan yang tepat bagi petani dengan dilakukannya koordinasi antar
kelompok tani dalam menentukan pola penjadwalan tanam secara bergiliran
172
dalam suatu wilayah tertentu atau kombinasi pola tanam dengan komoditas lain seperti padi dan palawija untuk mendapatkan keuntungan maksimal dalam suatu
siklus tanam pada suatu musim tertentu. Koordinasi penentuan pola penjadwalan harus melibatkan konsumen jagung seperti industri pakan ternak yang paling
banyak menyerap pasokan jagung dari petani, sehingga pasokan dapat terkendali sepanjang tahun untuk dapat mendapatkan kestabilan harga. Koordinasi dapat
diterapkan dengan melibatkan lembaga yang sudah ada yaitu gabungan kelompok tani gapoktan dan koperasi petani dalam upaya untuk melakukan penggiliran
jadwal tanam agar memberikan pasokan jagung yang kontinyu sepanjang tahun dengan kuantitas tertentu. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lanjutan untuk
mengembangkan model kelembagaan yang tepat dalam upaya untuk dapat mengimplementasikan pola penjadwalan yang tepat guna menjaga pasokan jagung
di suatu wilayah tertentu. Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah untuk menentukan risiko
rantai pasok dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang sangat bergantung pada tingkat pengetahuan pakar terhadap wilayah tersebut. Disamping itu dalam
memodelkan sistem ini juga menggunakan asumsi tidak terjadi perubahan iklim yang ekstrim, tidak terjadi bencana alam seperti banjir, kekeringan, gunung
meletus dan adanya wabah penyakit atau hama yang menyerang lahan pertanian. Model sangat bergantung pada kondisi setempat dan juga waktu dan tujuan
manajemen risiko yang dirancang. Sedangkan keterbatasan model ini adalah penggunaan metode kualitatif menuntut untuk mengkuantifikasi hasil kualitatif
dari hasil analisis risiko rantai pasok di suatu wilayah yang akan berbeda dengan wilayah lain bergantung pada waktu, kondisi masyarakat dan struktur pasar yang
berlaku dalam rantai pasok. Hasil validasi model penentuan jadwal tanam di Kabupaten Grobogan menunjukkan bahwa model dapat diaplikasikan di daerah
tersebut dan sesuai dengan kondisi di lapangan berdasarkan wawancara mendalam dengan beberapa pihak yang telibat dalam rantai pasok komoditas jagung.