90
diperlukan oleh sistem dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan keluaran yang dikehendaki.
Input dari dalam sistem terdiri dari input terkendali dan input tidak terkendali. Input terkendali dapat meliputi aspek manusia, bahan atau material,
energi, modal dan informasi. Input terkendali ini dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja sistem atau output yang
dikehendaki. Input tidak terkendali tidak cukup penting peranannya dalam mengubah kinerja sistem.
Input terkendali dari model yang akan dikembangkan meliputi nilai investasi, tingkatan teknologi, sistem distribusi, sistem kemitraan, jenis produk
dan bahan baku dan jenis risiko dan faktor risiko. Pengendalian input terkendali menjadi titik kritis keberhasilan sistem dalam mencapai output yang diinginkan
sekaligus untuk mengurangi output yang tidak dikehendaki. Input ini menjadi perhatian utama karena input terkendali merupakan input yang dapat dikelola agar
keluaran sistem sesuai dengan yang diharapkan. Input tidak terkendali dalam sistem meliputi persaingan usaha, tingkat
suku bunga, nilai tukar rupiah, permintaan dan selera konsumen serta harga bahan baku dan produk. Input tidak terkendali ini juga mempengaruhi sistem secara
keseluruhan. Output dari sistem terdiri dari dua jenis yaitu output yang dikehendaki dan
output yang tidak dikehendaki. Output yang dikehendaki umumnya dihasilkan dari hasil pemenuhan kebutuhan yang ditentukan secara spesifik pada saat
dilakukan analisis kebutuhan sistem. Output yang dikehendaki dari sistem yang dimodelkan meliputi kontinuitas pasokan bahan baku, peningkatan kualitas
produk, peningkatan produktivitas, peningkatan kesejahteraan petani, dan menurunnya ketergantungan impor.
Output yang tidak dikehendaki merupakan hasil samping atau dampak yang ditimbulkan secara bersama-sama dengan output yang dikehendaki. Output
tidak dikehendaki meliputi minat investasi agroindustri turun, pasokan bahan baku tidak pasti, biaya produksi meningkat, fluktuasi harga, kridit usaha macet, dan
kualitas tidak terpenuhi. Output tidak dikehendaki ini perlu dikendalikan melalui manajemen pengendalian terhadap input yang terkendali sehingga kinerja sistem
91
dapat berjalan seperti yang diharapkan. Diagram input output dari manajemen risiko rantai pasok produk agroindustri dapat diperlihatkan pada Gambar 20.
MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK PRODUK AGROINDUSTRI
MANAJEMEN PENGENDALIAN INPUT LINGKUNGAN
• Globalisasi ekonomi • Kondisi sosial budaya
• Peraturan pemerintah • Kondisi politik
INPUT TIDAK TERKENDALI • Persaingan usaha
• Tingkat suku bunga • Nilai tukar rupiah
• Harga bahan baku dan produk • Permintaan dan selera
konsumen OUTPUT YANG DIKEHENDAKI
• Kontinuitas pasokan bahan baku • Penigkatan kualitas
• Peningkatan kesejahteraan petani • Peningkatan produktifitas
• Menurunnya ketergantungan impor
OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI • Minat investasi agroindustri turun
• Biaya produksi meningkat • Pasokan bahan baku tidak pasti
• Fluktuasi harga • Kedit usaha macet
• Kualitas tidak terpenuhi INPUT TERKENDALI
• Nilai investasi • Tingkatan risiko dan faktornya
• Sistem distribusi • Sistem kemitraan
• Jenis produk dan bahan baku
Gambar 20 Diagram input output
5.4. Analisis Kebutuhan Sistem
Rantai pasok dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang mempunyai elemen-elemen yang teratur, saling berkaitan dan mempunyai tujuan tertentu.
Rantai pasok produkkomoditas jagung mempunyai elemen pelaku yang terlibat langsung dalam tingkatan rantai pasok yaitu petani, pengumpul, agroindustri,
distributor dan konsumen. Disamping itu terdapat juga elemen pelaku yang tidak terlibat langsung dalam rantai pasok yaitu pemerintah, lembaga keuangan atau
bank dan pemangku kepentingan lain sebagai lingkungan dari sistem. Setiap pelaku dalam rantai pasok tersebut mempunyai tujuan dan kepentingan masing-
masing yang kadang-kadang bersifat konflik. Untuk mengatasi dan mengelola
92
konflik kepentingan tersebut perlu adanya suatu sistem manajemen risiko, sehingga sistem rantai pasok dapat terkendali dalam usaha mencapai tujuan.
Hasil analisis kebutuhan sistem penunjang pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok dengan pendekatan konsep sistem berorientasi
obyek dapat diperlihatkan pada Gambar 21.
Gambar 21 Diagram analisis sistem Dari Gambar 21 terlihat bahwa user dari sistem ini terdiri dari enam
kelompok pengguna yaitu chanel master yang bertindak sebagai admin dari sistem, dan user pengguna sistem yang dikelompokkan dalam level processor,
level collector, level processor, level distributor dan level consumer. Setiap level pengguna mempunyai user interface dan fungsionalitas yang berbeda, tetapi dapat
menggunakan sistem dalam kontek untuk mendapatkan informasi dalam pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok secara keseluruhan
ataupun sesuai dengan levelnya. Berdasarkan Gambar
21
terdapat empat skenario manajemen risiko rantai pasok yaitu skenario identifikasi faktor-faktor risiko, evaluasi risiko per tingkatan
user, penentuan risiko utama, perhitungan nilai risiko agregasi dan pemberian
93
solusi mitigasi risiko baik per tingkatan ataupun secara keseluruhan dalam manajemen risiko rantai pasok. Setiap skenario tersebut mempunyai tujuan
tertentu. Keterkaitan antar tujuan sistem penunjang pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok ini dapat diperlihatkan pada Gambar 22.
Gambar 22 Diagram tujuan sistem
Dari Gambar 22 terlihat bahwa tujuan utama dari manajemen risiko rantai pasok adalah untuk melakukan penyeimbangan risiko setiap tingkatan dalam
jaringan rantai pasok yaitu tingkat produser, tingkat collector, tingkat processor, tingkat distributor, dan tingkat consumer. Untuk dapat memperoleh tujuan
tersebut dibutuhkan beberapa tujuan antara yaitu identifikasi risiko setiap tingkatan, analisa faktor-faktor risiko dan pengukuran tingkat risiko berdasarkan
nilai kemungkinan terjadi risiko dan nilai dampak jika terjadi risiko, kemudian dengan diperolehnya nilai risiko setiap tingkatan dapat diidentifikasi faktor risiko
utama yang perlu ditanggulangi atau dilakukan perlakuan tertentu dengan memilih berbagai metode perlakuan yang tepat guna mengurangi dampak dan
kemungkinan dari risiko. Disamping itu analisis risiko juga perlu dilakukan secara lokal untuk setiap tingkatan dan secara global dalam jaringan rantai pasok.
Analisa risiko secara global perlu mengindentifikasi faktor-faktor dan jenis risiko yang mungkin terjadi dalam manajemen rantai pasok yaitu risiko arus barang,
risiko arus keuangan, risiko kemitraan dan risiko arus informasi yang digabungkan dengan risiko agregasi dari setiap tingkatan maka akan diperoleh
risiko utama dari rantai pasok secara global. Untuk mendapatkan faktor utama tersebut perlu dilakukan pengukuran risiko dari faktor-faktor utamanya yang
dilakukan oleh chanel master bersama-sama dengan hasil penilaian risiko dari
94
setiap tingkatan dalam jaringan rantai pasok. Setelah mendapatkan prioritas risiko global akan dilakukan pemilihan tindakan yang tepat guna mengurangi
kemungkinan terjadinya risiko dengan berbagai kriteria dari setiap pelaku dalam setiap tingkatan.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari sistem penunjang pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok ini dapat digambarkan
dengan diagram peranan subsistem seperti pada terlihat Gambar 23.
Gambar 23 Diagram peranan subsistem
Dari Gambar 23 terlihat bahwa sistem ini terdiri dari empat subsistem yang berperan yaitu subsistem input data, subsistem penilaian risiko, subsistem
evaluasi risiko dan subsistem pengambilan keputusan. Subsistem input data digunakan untuk input data risiko baik risiko setiap tingkatan pelaku dan risiko
rantai pasok secara global. Subsistem penilaian risiko digunakan untuk untuk mengukur tingkat risiko setiap tingkatan pelaku dengan pendekatan agregasi
risiko setiap faktor dalam tingkatan dan melakukan pengukuran risiko rantai