177
X. KESIMPULAN DAN SARAN
10.1. Kesimpulan
Penelitian ini telah berhasil merancang model sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produkkomoditi
jagung yang diberi nama IDSS-SCRM Inteligent Decision Support System Supply Chain Risk Management
. Model dikembangkan dengan menggunakan pendekatan sistem yang berbasis web dengan tujuan untuk dapat membantu setiap
pemangku kepentingan jaringan rantai pasok dalam melakukan pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok produkkomoditi jagung. Sistem dapat
digunakan untuk melakukan analisis risiko, mitigasi risiko dan penyeimbangan risiko pada setiap tingkatan rantai pasok dan juga dapat memberikan alternatif
solusi pengendalian risiko terhadap setiap risiko yang mempunyai kemungkinan membahayakan dalam setiap tingkatan ataupun jaringan rantai pasok secara
umum. Disamping itu telah dimodelkan juga optimasi pola penjadwalan tanam jagung dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan
risiko dalam rantai pasok komoditas jagung. Sistem dimodelkan dengan pendekatan soft system dan hard system metodologi menggunakan beberapa
gabungan teknik seperti logika dan inferensi fuzzy, fuzzy AHP, fuzzy FMEA, fuzzy regresi, interpolasi linier, MLIP dan weighted sum optimization.
Kebaruan dari penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua hal yaitu yang pertama adalah telah dikembangkan suatu model penyeimbangan risiko
rantai pasok produkkomoditas jagung untuk melakukan negosiasi harga dengan menggunakan pendekatan stakeholder dialog berbasis web, yang kedua adalah
telah dikembangkan suatu sistem pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok yang dapat digunakan untuk menganalisis risiko setiap tingkatan rantai
pasok dan mekanisme pengendalian risiko yang ditimbulkannya. Negosiasi penentuan harga jagung dengan stakeholder dialog dapat dilakukan secara
bilateral ataupun multilateral antar tingkatan rantai pasok untuk menyeimbangkan risiko dengan menggunakan fungsi utilitas risiko dari setiap tingkatan rantai
pasok. Fungsi utilitas risiko di tingkat petani cenderung turun jika harga jagung naik. Berlawanan dengan fungsi utilitas risiko pada tingkat agroindustri yang
178
cenderung meningkat jika harga bahan baku naik, sehingga dapat dibentuk sebuah fungsi conjoint antara kedua fungsi utilitas risiko tersebut untuk mendapatkan titik
kesepakatan bersama atau yang disebut sebagai titik keseimbangan. Untuk melakukan analisis risiko rantai pasok, pertama-tama dilakukan identifikasi risiko
terhadap dua belas faktor risiko dengan empat puluh delapan variabel risiko guna mendapatkan beberapa variabel dominan disetiap tingkatan rantai pasok.
Verifikasi dan validasi model dilakukan terhadap rantai pasok komoditas jagung yang berada di kabupaten Purwodadi propinsi Jawa Tengah sebagai
produsen jagung terbesar di Indonesia dengan melibatkan beberapa pedagang pengumpul dan industri pakan ternak. Hasil verifikasi model diperoleh bahwa
dalam rantai pasok produkkomoditas jagung petani mempunyai risiko yang paling tinggi jika dibandingkan risiko pada tingkat pedagang pengumpul, risiko
agroindustri, risiko distributor dan risiko konsumen. Tingkat risiko petani dan agroindustri hampir sama yaitu sedang, namum berdasarkan hasil pembobotan
risiko, bobot risiko petani lebih tinggi dari pada bobot risiko agroindustri, sedangkan tingkat risiko pedagang pengumpul, distributor dan konsumen hampir
sama yaitu rendah. Nilai agregasi risiko rantai pasok komoditas jagung adalah sedang. Pada rantai pasok komoditas jagung, risiko kritis yang perlu ditanggulangi
adalah risiko rendahnya mutu pasokan bahan baku, risiko fluktuasi harga dan pasokan bahan baku, serta risiko distorsi informasi dalam jaringan rantai pasok.
Untuk mengatasi dan mengantisipasi adanya risiko-risiko dalam manajemen rantai pasok komoditas jagung dapat dilakukan dengan cara melakukan kontrak
kerjasama antar pihak yang berkepentingan dengan pembagian risiko dan keuntungan yang seimbang antar pelaku rantai pasok.
Berdasarkan hasil identifikasi faktor dan variabel risiko setiap tingkatan rantai pasok produkkomoditas jagung diperoleh bahwa faktor risiko tertinggi di
tingkat petani adalah risiko kualitas, disusul oleh risiko harga, risiko lingkungan, dan risiko pasokan. Faktor risiko utama yang dihadapi oleh pedagang pengumpul
adalah risiko harga, diikuti oleh risiko pasokan dan risiko kualitas. Adapun faktor risiko dominan yang dihadapi tingkat agroindustri adalah risiko mutu, diikuti oleh
risiko pasokan, risiko harga dan risiko lingkungan. Kemudian pada tingkat distributor faktor risiko tertingginya adalah risiko harga, diikuti oleh risiko