Evaluasi Risiko Rantai Pasok Jagung

145 menghasilkan mutu yang rendah. Disamping itu risiko jadwal tanam juga dapat mempengaruhi risiko pasca panen dan mutu produk, karena dengan penggunaan jadwal tanam yang kurang tepat akan menghasilkan proses pemanenan yang terjadi di musim penghujan sehingga menyebabkan proses pengeringan tidak dapat dilakukan dengan optimal yang akan mempengaruhi mutu produk. Risiko distorsi informasi harga dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan keuntungan antar pelaku rantai pasok, dan biasanya petani sebagai pihak yang lemah cenderung menanggung risiko ini, karena kurangnya akses informai pasar. Untuk mengatasi risiko ini dapat dilakukan dengan penentuan harga secara bersama antar tingkatan rantai pasok dengan dukungan kelembagaan yang kuat, sehingga semua pihak dapat mengakses informasi yang sama akan permintaan dan pasokan jagung. Risiko lain di tingkat petani yang perlu dilakukan pengendalian adalah risiko fluktuasi harga, risiko kelangkaan pupuk dan ketersediaan lahan yang masing-masing mempunyai nilai risiko sedang, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 55. Gambar 55 Pengendalian risiko di tingkat petani Untuk mengantisipasi adanya risiko fluktuasi harga di tingkat petani dapat dilakukan dengan jalan melakukan dialog antar pelaku rantai pasok untuk membuat kesapakatan harga, atau membuat kerjasama antar pelaku dalam rantai 146 pasok dengan pembagian keuntungan yang seimbang. Untuk dapat mengimplementasikan proses tersebut dapat dilakukan dengan pembuatan sistem informasi harga yang dapat diakses oleh setiap pelaku rantai pasok, sehingga proses kesepakatan harga dapat tercapai, dengan mekanisme rinci akan dijelaskan pada sub bab berikutnya. Pengendalian risiko ketersediaan lahan dapat dilakukan dengan jalan membuat pola jadwal tanam dan penggiliran tanam antar komoditas secara tepat, dengan didukung adanya sistem informasi pasokan dan permintaan jagung nasional. Model pembuatan jadwal tanam yang optimal dengan tujuan memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko akan dijelaskan pada sub bab berikutnya. Disamping itu dapat juga dilakukan dengan ekstensifikasi lahan pertanian terhadap lahan marjinal dan hutan. Hasil verifikasi sistem untuk memberikan solusi pengendalian risiko yang perlu dilakukan di tingkat petani pada rendahnya mutu dapat dilihat pada Gambar 56. Gambar 56 Mitigasi risiko rendahnya mutu di tingkat petani Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan adanya risiko gagal panen di tingkat petani dapat dilakukan dengan mekanisme asuransi pertanian. Disamping itu mekanisme ini juga dapat digunakan untuk mengurangi risiko lingkungan lain seperti bencana alam dan serangan hama dan penyakit serta perubahan iklim yang 147 mempunyai ketidakpastian tinggi sebagaimana dikemukakan oleh Sumaryanto dan Nurmanaf 2007.

8.1.2. Pengendalian Risiko di Tingkat Pengepul

Beberapa variabel risiko di tingkat pedagang pengumpul pengepul yang perlu dilakukan tindakan pengendalian adalah risiko variasi mutu pasokan, risiko penolakan konsumen akibat tidak memenuhi standar mutu, risiko rendahnya mutu pasokan dan risiko fluktuasi harga, dengan nilai risiko masing-masing adalah sedang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 57. Risiko variasi mutu pasokan bahan baku jagung dari petani sangat beragam karena setiap petani tidak mempunyai pengetahuan yang sama terhadap mutu jagung, selain itu adanya tindakan yang kurang terpuji untuk meningkatkan bobot jagung dengan adanya campuran dengan kotoran atau karena proses pasca panen yang tidak dilakukan secara baik. Oleh karena itu perlu tindakan pengendalian adanya variasi mutu pasokan bahan baku tersebut dengan cara melakukan kerjasama dengan beberapa kelompok tani dalam usaha mendapatkan jagung dengan mutu yang lebih baik dan seragam pada suatu standar kualitas tertentu. Gambar 57 Pengendalian risiko di tingkat pengepul Tindakan yang dapat diusulkan untuk mengatasi risiko fluktuasi harga adalah melakukan kontrak kerjasama dengan pemasok dengan standar kualitas dan harga tertentu, atau penentuan harga secara bersama-sama dengan stakeholder