68
sampai tertukar antara contingency planning dengan re-planning normal yang memang dibutuhkan karena adanya perubahan dalam proyek yang berjalan.
d Implementasi manajemen risiko
Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan
tersebut.
e Monitoring risiko
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko
tidaklah berhenti sampai disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai
penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui
keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon
yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
3.9. Soft System Methodology
Soft System Methodology SSM dikembangkan oleh Checkland 1981
sebagai suatu proses pengkajian dan penelitian tindakan untuk memperbaiki situasi masalah yang tidak terstruktur di mana isu-isu yang samar dirasakan tapi
tidak jelas. SSM adalah cara yang terorganisasi untuk menangani situasi permasalahan yang dirasakan permasalahan sosial. Metode ini berorientasi pada
tindakan yang mengatur cara berpikir tentang situasi sehingga tindakan yang dapat membawa perbaikan dapat diambil. Metodologi ini cocok untuk resolusi
konflik yang timbul dari pandangan yang berbeda, dan karenanya terdapat tujuan yang bertentangan dari berbagai pemangku kepentingan Daellenbach 1997.
Soft Sistem Methodology lebih menekankan pada sistem aktivitas manusia,
sebagai contoh keterlibatan manusia dalam suatu kegiatan dengan tujuan tertentu dalam suatu organisasi. Metodologi ini menyediakan jendela sedemikian sehingga
kompleksitas interaksi manusia tersebut dapat diselidiki, dijelaskan dan dipahami dengan mudah. Setelah pemahaman tentang situasi yang diselidiki telah tercapai
69
maka metodologi ini memungkinkan mengidentifikasi perubahan yang bersifat sistemik sesuai dengan yang diinginkan dalam hal ini akan mengurangi beberapa
masalah dan permasalahan dan layak secara budaya dengannya aktor dalam sistem akan cenderung untuk terlibat dengan perubahan yang diusulkan dan
proses perubahan itu sendiri. SSM mendorong pembelajaran dan pemahaman yang diharapkan akan menyebabkan perubahan yang disepakati dan penyelesaian
masalah secara bersama Warwick 2008 .
Dua ciri karakteristik yang penting bagi pendekatan sistem lunak soft system
adalah fasilitasi dan strukturisasi. Fasilitasi bertujuan untuk menyediakan lingkungan di mana pelaku atau stakeholder dibimbing dengan benar dalam
diskusi atau perdebatan dapat disalurkan. Strukturisasi di sisi lain, berkenaan dengan proses yang mana permasalahan manajemen diatur sedemikian sehingga
pemangku kepentingan atau pelaku dapat mengerti, dan akhirnya berpartisipasi dalam perencanaan dan proses pengambilan keputusan. Pendekatan ini dapat
dicirikan sebagai non-matematis, menggunakan konsep berbasis sistem, proses dan tekniknya lebih menekankan dialog dan partisipasi dengan klien Coelho et
al. 2010. Kebutuhan untuk memahami interaksi yang kompleks dan dinamis
terhadap gagasan, permasalahan dan pandangan yang menjadi ciri masalah sosial telah memunculkan SSM sebagai suatu metode solusi refleksif terhadap
permasalahan sosial. Proses model SSM mempunyai tahapan utama proses sebagai berikut: Tahap 1 dan 2 Mencoba untuk membangun gambaran sedetail
mungkin rich picture terhadap situasi, tahap 3 Berusaha untuk menjelaskan sifat-sifat dari sistem yang dipilih. Tahap 4 Membangun model konseptual dari
sistem yang didefinisikan. Tahap 5 Membandingkan model konseptual dengan situasi aktual untuk melakukan konfirmasi pada hal yang dihasilkan dengan para
pemangku kepentingan. Tahap 6 Membuat outline kemungkinan perubahan yang diinginkan dan analisa kelayakannya. Tahap 7 Terlibat dalam tindakan
berdasarkan hasil pada tahap 6.
70
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Kerangka Pemikiran
Manajemen risiko rantai pasok produkkomoditas jagung merupakan suatu proses yang kompleks. Kompleksitas lingkungan tempat keputusan strategis
dibuat merupakan pertimbangan utama untuk menggunakan sistem intelijen dalam sistem pengambilan keputusan cerdas yang akan dikembangkan. Terdapat
beberapa alasan adanya kompleksitas ini yaitu: 1 adanya informasi dan pengetahuan yang mendukung keputusan tidak lengkap, tidak pasti atau tidak
tepat atau bahkan tidak konsisten; 2 terdapat berbagai tujuan bahkan tujuan yang bertentangan dan terdapat banyak tipe batasan yang berbeda; 3 terdapat batasan
waktu untuk pengambilan keputusan pada lingkungan yang selalu berubah; dan 4 terdapat kecenderungan pada pengambilan keputusan kelompok dimana
berbagai tipe konsensus terjadi di dalam prosesnya. Untuk dapat menganalisis dan memodelkan permasalahan yang kompleks dan tidak terstruktur tersebut,
dalam penelitian ini akan digunakan metodologi soft sistem Checkland 1981. Menurut Hallikas
et al. 2004, proses manajemen risiko terdiri dari dua
tahap utama, yaitu penilaian risiko risk assessment yang terdiri dari proses mengidentifikasi, menganalisis, memprioritaskan dan pengendalian risiko risk
control yang terdiri dari perencanaan manajemen risiko, perencanaan resolusi
risiko risk resolution dan monitor risiko risk monitoring, penelusuran tracking dan tindakan perbaikan corrective action. Menurut Chapman et al.
2002 identifikasi dan penilaian risiko merupakan bagian yang paling penting dalam seluruh proses manajemen risiko karena kualitas dari hasil sebuah analisis
tergantung sepenuhnya kepada proses identifikasi dan penilaian. Pengukuran risiko dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Oleh karena sumber-sumber risiko mempunyai sifat yang tidak pasti, maka di dalam analisis kualitatif dan kuantitatif selain memerlukan analisis
statistik, diperlukan juga analisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis posibilitas untuk dapat mengetahui pengaruh ketidakpastian sumber risiko.
Variabel dari masing-masing sumber risiko yang mungkin timbul dalam manajemen risiko rantai pasok produk pertanian akan dinilai assess secara semi
71
kuantitatif berdasarkan tiga kelompok skala kualitas yang merupakan komponen risiko, yaitu berdasarkan konsekuensi severity, paparan exposure dan
posibilitas likelihood melalui pengisian kuesioner oleh responden dan berdasarkan akuisisi pengetahuan pakar. Konsekuensi severity diukur dengan
empat kategori yaitu waktu time, kualitas quality, biaya cost dan keselamatan safety.
Kerangka kerja yang dilakukan dalam penelitian ini akan mengacu pada kerangka kerja yang telah dikembangkan oleh Rajamani et al
.
2006, dengan beberapa penyesuaian pada manajemen risiko rantai pasok produk pertanian dan
menggunakan kategori dan variabel risiko yang telah diidentifikasi oleh Xiaohui et al
. 2006. Dalam penelitian ini identifikasi dan analisis risiko akan dilakukan pada setiap pelaku rantai pasok untuk mendapatkan tingkat risiko masing-masing,
kemudian dilakukan agregasi nilai risiko total rantai pasok sehingga mendapatkan ukuran tingkat risiko rantai pasok dan cara penanganan risiko dilakukan secara
menyeluruh untuk mendapatkan distribusi dan keseimbangan risiko rantai pasok. Detail dari kerangka pikir penelitian manajemen risiko rantai pasok dapat
diperlihatkan pada Gambar 16.
Gambar 16 Kerangka pikir penelitian manajemen risiko rantai pasok