Pengendalian Risiko di Tingkat Distributor

154 yang pasti di suatu wilayah pada masa tertentu. Untuk mengatasi risiko ketidakpastian pasokan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu melakukan kontrak kerjasama pengadaan bahan baku dengan standar kualitas dan kuantitas tertentu, menjalin kontrak kerjasama dengan pemasok yang mempunyai loyalitas tinggi dan melakukan kontrak kerjasama dengan pembagian keuntungan yang seimbang antar pelaku rantai pasok. Kemudian untuk mengatasi adanya variasi mutu pasokan dapat dilakukan dengan kerjasama antar pelaku rantai pasok dengan standar kualitas tertentu dengan konsep pembagian keuntungan yang seimbang. Dengan pendekatan ini dimungkinkan juga untuk dapat mengatasi risiko ketidakpastian pasokan dan rendahnya mutu pasokan. Adapun hasil verifikasi dan validasi sistem mitigasi risiko fluktuasi harga di tingkat konsumen dapat dilihat pada Gambar 64. Gambar 64 Mitigasi risiko fluktuasi harga di tingkat konsumen

8.2. Penyeimbangan Risiko Rantai Pasok

Stakeholder dialog model adalah model yang digunakan untuk membuat negosiasi harga jagung di tingkat petani dengan nilai utilitas input faktor risiko pada tiap tingkat rantai pasok berdasarkan skenario perubahan harga. Oleh karena itu, masukan dari sub model merupakan faktor risiko pada setiap tingkatan rantai pasok produkkomoditas jagung, harga jagung yang diinginkan di setiap tingkatan rantai pasok dan nilai utilitas faktor risiko dari setiap tingkatan rantai pasok. 155 Output dari model adalah harga jagung di tingkat petani sesuai dengan hasil kesepakatan. Harga kesepakatan diperoleh secara otomatis dengan melakukan interpolasi terhadap fungsi conjoint regresi fuzzy non-linear pada tingkat petani dengan fungsi regresi fuzzy non-linear pada tingkatan lain dalam rantai pasok. Model penyeimbangan risiko rantai pasok dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kesepakatan harga di tingkat petani menggunakan asumsi bahwa utilitas nilai risiko di tingkat petani cenderung naik ketika harga jagung turun dan akan cenderung turun jika terjadi kenaikan harga jagung di tingkat petani. Namun, pada tingkatan yang lain dalam jaringan rantai pasok produk atau komoditas jagung, seperti agroindustri atau pedagang pengumpul pengepul akan memiliki nilai utilitas risiko yang cenderung turun ketika harga jagung di tingkat petani turun dan nilai utilitas risiko cenderung naik ketika harga jagung naik. Model penyeimbangan risiko akan digunakan untuk melakukan kesepakatan harga secara bersama antara pelaku rantai pasok dengan filosofi bahwa akan terjadi keseimbangan utilitas risiko antara pihak petani dengan pihak lain selain petani pada suatu harga tertentu pada saat terjadi kesepakatan harga. Hal ini dilakukan karena pada umumnya dalam rantai pasok komoditas jagung atau produk pertanian yang lain, petani merupakan pihak yang lemah dan cenderung mempunyai risiko yang lebih tinggi dan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari pada pihak lain dalam jaringan rantai pasok. Oleh karena itu perlu adanya suatu mekanisme yang dapat mengurangi tingkat risiko di pihak petani dengan mekanisme penyeimbangan risiko rantai pasok sehingga petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Metode yang digunakan dalam menyeimbangkan risiko rantai pasok adalah stakeholder dialog antara pihak-pihak terkait dalam manajemen risiko rantai pasok untuk mendapatkan nilai kesepakatan consensus penyeimbangan risiko terhadap adanya konflik kepentingan dalam penentuan harga di tingkat petani. Konsensus dilakukan dengan memberikan input nilai utilitas risiko untuk setiap tingkatan rantai pasok terhadap perubahan harga jagung di tingkat petani. Proses ini akan dimodelkan dengan menggunakan fungsi regresi fuzzy non-linear terhadap utilitas risiko dari setiap tingkatan rantai pasok dengan harga jagung di tingkat petani sebagai variabel independennya.