83
V. PENDEKATAN SISTEM
Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan.
Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan masalah yang dimulai dengan identifikasi dan analisis kebutuhan sistem serta diakhiri dengan hasil sistem yang
dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Pendekatan sistem merupakan suatu metode pemecahan masalah dengan
menggunakan abstraksi keadaan nyata atau penyederhaan sistem nyata untuk pengkajian suatu masalah. Pendekatan sistem ini dicirikan dengan adanya
metodologi perencanaan atau pengelolaan kegiatan yang bersifat multi disiplin dan terorganisir, penggunaan model matematika, mampu berfikir kuantitatif,
penggunaan teknik simulasi dan optimasi, serta diaplikasikan dengan bantuan komputer Eriyatno 1999.
5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna
Model sistem yang dikembangkan harus dapat memenuhi kebutuhan setiap pelaku manajemen risiko rantai pasok produk agroindustri dalam setiap tingkatan
jaringan rantai pasok. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi kebutuhan setiap pelaku atau institusi yang terlibat dan berkepentingan dalam sistem.
Berdasarkan hasil studi literatur dan wawancara mendalam terhadap pelaku rantai pasok, komponen pelaku atau institusi yang terlibat beserta dengan kebutuhannya
dalam manajemen risiko rantai pasok produkkomoditas jagung adalah:
1. Petani
a Kemudahan memperoleh informasi dan akses pasar yang lebih luas b Kemudahan memperoleh modal dengan kridit dari lembaga keuangan
c Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan d Peningkatan kualitas dan produktivitas
e Harga komoditas yang stabil dan layak f Tersedianya teknologi budidaya dan pascapanen yang terjangkau
g Kemudahan memperoleh sarana dan prasarana produksi h Terkendalinya risiko gagal panen
84
2. Pedagang pengumpul pengepul
a Kemudahan memperoleh informasi pasar b Kestabilan harga
c Keutungan yang optimal d Kontinuitas pasokan bahan baku terjamin
e Peningkatan kondisi sarana dan prasarana distribusi f Peraturan usaha yang konsisten
g Terkendalinya risiko transportasi
3. Gapoktan Gabungan kelompok tani
a Peningkatan potensi ekonomi masyarakat b Kelancaran aktifitas simpan pinjam
c Kemudahan akses teknologi budidaya dan pascapanen d Kemudahan akses informasi harga dan sarana produksi
e Kemudahan melakukan koordinasi antar anggota kelompok tani f Terkendalinya risiko pinjaman macet
4. Agroindustri Industri pakan ternak unggas
a Keberlanjutan perusahaan terjamin b Ketersediaan bahan baku yang stabil
c Ketersediaan bahan baku yang berkualitas d Harga bahan baku yang stabil dan dapat diprediksi
e Kontinuitas produksi f Margin keuntungan yang tinggi
g Terkendalinya risiko internal dan eksternal h Kelayakan biaya produksi
i Terjaminnya pemasaran produk
5. Distributor Pedagang pengecer
a Kemudahan distribusi dan pemasaran b Margin keuntungan yang tinggi
c Peningkatan sarana dan prasarana distribusi d Terkendalinya risiko distribusi
e Terjaminnya kualitas produk f Terjaminnya keberlanjutan perusahaan
85
g Iklim usaha yang kondusif
6. Konsumen Peternak unggas
a Kemudahan akses produk yang berkualitas b Kestabilan harga produk
c Pasokan produk yang stabil d Kemudahan akses informasi pasar dan produk
e Produk tersedia dengan kuantitas dan kualitas yang cukup
7. Lembaga keuangan
a Mendapatkan kepastian usaha pemberian kridit b Minimnya risiko kridit macet
c Peningkatan penyaluran dana dalam sektor usaha produktif d Terjaminnya pengembalian investasi yang ditanam
8. Pemerintah pusatdaerah
a Peningkatan lapangan kerja dan kesempatan berusaha b Tercipta iklim investasi agroindustri yang kondusif
c Peningkatan pendapatan asli daerah d Peningkatan taraf hidup masyarakat
e Stabilisasi harga dan pasokan komoditas f Peningkatan kualitas produk dan komoditas
g Peningkatan daya saing produk agroindustri h Peningkatan produktivitas petani
5.2. Identifikasi
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi pelaku rantai pasok produk agroindustri yang berkaitan dengan manajemen risiko adalah:
a Adanya variasi kualitas, jumlah dan kontinuitas pasokan bahan baku akibat ketergantungan sektor pertanian terhadap musim. Adanya variasi
ini menyebabkan harga bahan baku berfluktuasi, mutu bahan baku dibawah standar dan ketersediaannya tidak kontinyu. Sehingga terjadi
penurunan harga yang tajam disaat panen raya yang akan merugikan petani serta penurunan kualitas yang akan merugikan perusahaan
agroindustri.
86
b Adanya variasi mutu bahan baku menimbulkan variasi mutu produk agroindustri sehingga produk agroindustri mempunyai nilai jual yang
rendah dan tidak dapat bersaing di pasar global. c Persaingan guna lahan dengan komoditas lain dan kesadaran penggunaan
bibit unggul yang masih rendah sehingga produktifitas jagung masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain serta bertani jagung masih
dianggap kurang menguntungkan. d Adanya distorsi informasi dalam rantai pasok sehingga menimbulkan tidak
stabilnya harga bahan baku dan produk agroindustri karena tingginya tingkat penggudangan dan biaya penyimpanan.
e Belum terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan antar pelaku rantai pasok produk agroindustri sehingga menimbulkan setiap pihak
mempunyai keinginan untuk mengejar keuntungan setinggi-tingginya tanpa memperhatikan risiko yang ditimbulkan terhadap pihak lain.
f Posisi tawar petani dalam menentukan harga komoditas yang rendah sehingga petani tidak mempunyai daya tawar dalam menentukan harga
karena akses informasi dan teknologi yang kurang. g Belum berkembangnya kesadaran petani dalam berorganisasi dan bermitra
dengan pihak lain dalam meningkatkan taraf hidup dan peningkatan sumberdaya manusia sehingga belum memberlakukan proses manajemen
usaha secara efektif. h Belum tersedianya dukungan infrastruktur yang memadahi bagi
pengembangan produksi pertanian dan agroindustri guna meningkatkan posisi tawar petani dengan alternatif usaha pendukung.
i Tidak proporsionalnya distribusi risiko dan keuntungan antar pelaku dalam jaringan rantai pasok produk agroindustri sehingga petani menghadapi
risiko dan ketidakpastian usaha yang lebih tinggi yang disebabkan oleh gangguan alam, cuaca, hama dan penyakit. Disamping itu margin
keuntungan dari usaha produksi pertanian lebih rendah dengan usaha pada tingkatan lain dalam rantai pasok tersebut.
j Keterbatasan modal dan kesulitan petani mendapatkan kridit komersial, karena usaha pertanian dan agroindustri dianggap memiliki risiko yang