Pengawasan risiko, Perusahaan dan lingkungannya tidaklah statik, dan

18 perancangan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Secara rinci kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar 3. Metode kuantitatif yang digunakan dalam manajemen risiko rantai pasok dengan kerangka kerja yang diperlihatkan pada Gambar 3 dapat dijabarkan sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Gambar 3 Kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok Rajamani et al. 2006 Pendefinisian Tujuan Manajemen Risiko Rantai Pasok Penentuan Risiko-Risko Yang Akan Ditangani Dalam Rantai Pendefinisian Team Organisasi Yang Menangani Melakukan Analisa SWOT Terhadap Risiko Rantai Pasok Merancang Rantai Pasok Yang Tepat Dengan Profil Risiko La n gka h s tr a tegi s Mengidentifikasi Titik-Titik Kegagalan Pada Jaringan Rantai Membuat Prioritas Titik-Titk Kegagalan Rantai Mengidentifikasi Alternative Tindakan Pada Setiap Titik Merangking Daftar Alternative Dan Membuat Mendefisinisikan Kriteria Peringatan Risiko La n gka h Ta kt is Mendeteksi Kegagalan Rantai Pasok Dan Menangkap Kejadiaannya Mengkomunikasikan Kejadian Risiko Dan Dampaknya Berkolaborasi Dalam Membuat Rencana Eliminasi Perbaikan Terus Menerus La n gka h Op e ra si o na l 19 Tabel 2 Detail kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok Rajamani et al. 2006 Kegiatan output Metode 1. Pendefinisian Tujuan Manajemen Risiko Rantai Pasok 2. Penentuan Risiko-Risko Yang Akan Ditangani Dalam Rantai Pasok Profile risiko Interview Quisioner dan diskusi 3. Pendefinisian Team Organisasi Yang Menangani Risiko Bagan organisasi risiko dan peran, tanggungjawab 4. Melakukan Analisa SWOT Terhadap Risiko Rantai Pasok Analisis SWOT SWOT 5. Merancang Rantai Pasok Yang Tepat Dengan Profil Risiko Struktur jaringan rantai pasok optimal Simulasi, model matematis dan probabilistik. 6. Mengidentifikasi Titik- Titik Kegagalan Pada Jaringan Rantai Pasok Daftar kategori titik kegagalan Brainstorming , diagram sebab akibat 7. Membuat Prioritas Titik- Titk Kegagalan Rantai Pasok Rangking titik kegagalan AHP 8. Mengidentifikasi Alternatif Tindakan Pada Setiap Titik Kegagalan Daftar kategori alternatif Brainstorming dan FMEA 9. Merangking Daftar Alternative Dan Membuat Databasenya Rangking alternatif, database risiko AHP, MS Project, MS excel 10. Mendefisinisikan Kriteria Peringatan Risiko Kriteria peringatan risiko, Proses pendefinisian peringatan Mekanisme peringatan risiko alert 11. Mendeteksi Kegagalan Rantai Pasok Dan Menangkap Kejadiaannya Knowledge base manajemen risiko 12. Mengkomunikasikan Kejadian Risiko Dan Dampaknya e-mail, telepon 13. Berkolaborasi Dalam Membuat Rencana Eliminasi Risiko Groupware 14. Perbaikan Terus Menerus D is ain S tra te gi s R enc ana T akti s P el aks ana an ope ras iona l 20 Identifikasi dan pengelompokan risiko yang terjadi dalam suatu rantai pasok tergantung pada subject bisnis atau sudut pandang yang dihadapi oleh pengambil keputusan. Sebagai contoh berdasarkan Clouse dan Busch Klimov Merkuryev 2006 mengkategorikan risiko rantai pasok menjadi 5 yaitu risiko strategi, risiko permintaan, risiko pasar, risiko implementasi dan risiko kinerja. Adapun Chisthoper dan Peck 2003 mengkategorikan risiko rantai pasok sebagai risiko permintaan, risiko pasokan, risiko lingkungan, risiko pengendalian dan risiko proses. Sumber risiko proses adalah terjadinya ganguan pada proses transportasi, komunikasi dan infrastruktur lainnya, sedangkan risiko pengendalian berkaitan dengan bagaimana organisasi mengendalikan proses tersebut seperti kuantitas pesanan, ukuran kapasitas dan kebijakan stok yang aman. Adapun risiko pasokan adalah potensi gangguan arus barang dan arus informasi akibat dari organisasi pemasok hulu. Kemudian risiko permintaan adalah potensi gangguan arus barang, arus informasi dan arus kas yang diakibatkan oleh organisasi hilir dalam jaringan rantai pasok. Risiko lingkungan adalah dampak dari kejadian lingkungan yang mempengaruhi jaringan hulu dan hilir serta lokasinya yang diakibatkan oleh kejadian alam, sosial budaya, teknologi dan kebijakan pemerintah. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Xiaohui et al. 2006. Lebih detail lagi Schoenherr et al. 2008 telah mengidentifikasi risiko yang dijadikan faktor-faktor untuk memilih tempat offshore dengan AHP pada suatu industri sebanyak tujuh belas 17 macam yaitu risiko komplain standarisasi, risiko kualitas produk, risiko biaya produksi, risiko biaya persaingan, risiko permintaan, risiko pemenuhan pasokan, risiko penggudangan, risiko ketepatan waktu kirim, risiko ketepatan budget pengiriman, risiko pemenuhan pesanan, risiko salah mitra, risiko jarak, risiko pemasok, risiko manajemen pemasok, risiko rekayasa dan inovasi, risiko transportasi, risiko bencana, dan risiko produk asing.

2.1.2. Evaluasi Risiko Rantai Pasok

Dua metode utama untuk mengukur risiko rantai pasok adalah metode pengukuran risiko berdasarkan pendapat pakar dan metode pengukuran risiko secara statistik Klimov Merkuryev 2006. Menurut Agarwal 2005, telah lama suatu perusahaan mendefisnisikan, memprioritaskan, memitigasi dan 21 mengaudit risiko dengan bantuan pakar dengan pendekatan pengukuran secara subyektif, sedangkan pengukuran dengan pendekatan statistik terbukti lebih bersifat obyektif dan lebih efektif dengan kerangka kerja berdasarkan simulasi dari probabilitas kejadian risiko dan dampak risiko sebagai variabelnya. Pengukuran risiko secara statistik biasanya berdasarkan pada nilai rata-rata, tingkat simpangan, tingkat probabilitas, koefisien risiko dan skala risiko, sehingga muncul suatu nilai ukuran Value at Risk VaR pada pengukuran risiko keuangan, dalam penggudangan terdapat nilai IaR Inventory at Risk, dan DaR Demand at Risk sebagai pendekatan yang serupa Sodhi 2004. Value at Risk VaR biasanya digunakan untuk mengukur risiko suatu investasi yang sudah diketahui distribusi probabilitasnya adalah normal. Dengan mengetahui nilai risiko value at risk suatu investasi maka investor dengan mudah dapat memperkirakan kemungkinan nilai risiko yang akan ditanggung jika suatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi dengan tingkat kepercayaan tertentu. Untuk menghitung value at risk VaT digunakan rumus sebagai berikut: e r V VaT + = 1 1 µ λ ˆ ˆ 65 . 1 + − = r 2 Dimana: Vo = Nilai investasi awal λˆ = Perkiraan nilai simpangan baku investasi µˆ = Perkiraan nilai rata-rata investasi Selain itu Risiko finansial dapat dinilai dengan menggunakan 1 distribusi probabilitas yaitu model yang menghubungkan berbagai probabilitas terhadap masing-masing hasil tertentu, 2 analisa sensitifitas yaitu pendekatan yang menggunakan beberapa kemungkinan taksiran pendapatan untuk mengetahui variabilitas hasil dengan mengestimasi tingkat pengembalian dari aktiva atau tingkat keuntungan yang diperoleh yang bersifat pesimistik, yang diharapkan dan optimistic Sunjaya dan Barlian 2001 dalam Santoso 2005. Risiko suatu aktiva dapat diukur secara kuantitatif dengan menggunakan standar deviasi dan koefisien variasi. Standar deviasi merupakan indikator yang 22 paling umum dari risiko suatu aktiva. Nilai tingkat keuntungan yang diharapkan Ê dihitung dengan rumus: ∑ = = n i i i E E 1 Pr ˆ 3 Dimana: Ê = Nilai keuntungan yang diharapkan E i = Nilai keuntungan pada tahun ke -1 Pr i e λ = Probabilitas dari kejadian hasil tahun ke-1 n = Jumlah hasil yang dipertimbangkan Standar deviasi dari nilai Keuntungan dinyatakan dengan rumus: i n i e E E i Pr 1 2 ˆ ∑ − = = λ 4 Dimana: Ê = Nilai keuntungan yang diharapkan E i = Nilai keuntungan pada tahun ke -1 Pr i e λ = Probabilitas dari kejadian hasil tahun ke-1 n = Jumlah hasil yang dipertimbangkan. = Standar deviasi dari nilai keuntungan. Koefisien variasi yaitu pengukuran dispersi relatif untuk membandingkan risiko dari aktiva dengan berbagai harapan tingkat keuntungan yang berbeda. Semakin tinggi koefisien variasi, maka semakin besar tingkat risikonya. Koefisien variasi dihitung dengan rumus: E CV e ˆ λ = 5 Dimana: CV = Koefisien variasi Ê = Nilai keuntungan yang diharapkan e λ = Standar deviasi dari nilai keuntungan Model evaluasi risiko rantai pasok yang diusulkan Neureuther dan Kenyon 2008, untuk mengetahui risiko yang berkaitan dengan kegagalan rantai pasok dalam menghasilkan produk yang dijanjikan, struktur dari rantai pasok tersebut 23 beserta dengan produk bagiannya dalam struktur perlu dievaluasi. Nilai risiko ini disebut sebagai konsekuensi risiko α yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 6 Dimana: waktu yang diperlukan suatu rantai pasok untuk menggantikan suatu sub-produk atau, waktu yang diperlukan untuk menangani ganguan dari suatu arus produk, dan mengembalikan pada kondisi penjadwalan normal dengan tingkat kualitas yang sama. = Waktu dari suatu sub-produk gagal diselesaikan sebelum rantai pasok menderita kerugian pada suatu titik kritis pada pelayanan pasarnya. = Konsekuensi risiko dari suatu produk dalam rantai pasok. Dalam kajian ini, nilai konsekuensi dapat diklasifikasikan sebagai vital, dibutuhkan, diperlukan dan diinginkan Tabel 3. Sebuah konsekuensi bernilai penting vital diberikan pada sub-produk jika tidak terdapat pengganti pada barang ini, jika barang tersebut tidak ada maka rantai pasok tidak dapat menghasilkan produk yang dimaksud. Konsekuensi bernilai dibutuhkan diberikan pada sub-produk, jika pengganti dari produk tersebut sukar diperoleh. Suatu konsekuensi bernilai diperlukan necessary diberikan pada sub-produk yang mempunyai penggantinya, tetapi penggunaannya akan mengurangi fungsionalitas dan kualitas dari produk yang dihasilkan rantai pasok. Penggunaan dari barang substitusi dari produk dapat menimbulkan perancangan ulang terhadap rantai pasok produk atau jasa tersebut. Suatu nilai konsekuensi diinginkan desired diberikan pada sub-produk dimana pengantian dari barang atau penggunaannya tidak memerlukan perancangan ulang atau mengurangi fungsionalitas atau kualitas dari produk yang dihasilkan rantai pasok. Tabel 3 Nilai konsekuensi risiko konsekuensi keterangan α Penting Tidak tergantikan 1,0 Dibutuhkan Tidak mudah digantikan 0,6 Diperlukan Mudah digantikan 0,3 Diinginkan Mudah digantikan 0,1