143
Beberapa risiko yang perlu diperhatikan pada kedua tingkat tersebut adalah risiko rendahnya mutu pasokan dan risiko fluktuasi harga, sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 19. Oleh karena itu perlu adanya suatu mekanisme untuk mengatasi risiko tersebut secara bersama sehingga akan tercipta suatu rantai pasok yang
berkesinambungan dengan risiko yang terkendali. Kemudian hasil tampilan sistem dalam verifikasi model pengukuran risiko rantai pasok dapat dilihat pada
Gambar 54. Kemudian petunjuk pengoperasian sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko ini dapat dilihat pada Lampiran 12
.
Gambar 54 Hasil evaluasi risiko rantai pasok komoditas jagung
Berdasarkan hasil analisis risiko tersebut, telah menunjukan bahwa pendekatan fuzzy AHP dan fuzzy FMEA dapat digunakan untuk memodelkan
suatu mekanisme dalam menganalisis risiko rantai pasok secara keseluruhan dan secara aggregate untuk setiap tingkatan rantai pasok jagung. Namun model ini
belum dapat menunjukan hubungan antar variabel risiko ataupun antar faktor risiko dalam jaringan rantai pasok, karena suatu variabel risiko dapat
menimbulkan penyebab munculnya risiko yang lain. Oleh karena itu perlu tindak lanjut penelitian untuk dapat mengatasi kelemahan tersebut.
144
VIII. PENGENDALIAN DAN PENYEIMBANGAN RISIKO RANTAI PASOK
8.1. Pengendalian Risiko Rantai Pasok
Untuk dapat mengatasi risiko rantai pasok perlu ditentukan tindakan yang tepat untuk menanganinya baik secara individu pada setiap tingkatan rantai pasok
ataupun secara bersama dalam jaringan rantai pasok. Penentuan tindakan yang tepat untuk dilakukan dalam manajemen risiko rantai pasok mengacu pada hasil
identifikasi dan evaluasi risiko rantai pasok yang telah dilakukan dalam bab sebelumnya.
Beberapa tindakan mitigasi risiko yang dijelaskan dalam bagian ini merupakan proses mitigasi yang dapat dilakukan pada setiap tingkatan rantai
pasok dan dilakukan secara bersama. Proses mitigasi pada setiap tingkatan rantai pasok dilakukan dengan memberikan solusi alternatif penanganan risiko
berdasarkan prioritas risiko hasil evaluasi. Kemudian mitigasi risiko secara bersama dilakukan dengan menggunakan pendekatan koordinasi antar pelaku
rantai pasok dalam penentuan harga jagung di tingkat petani dengan pendekatan stakeholder
dialog penyeimbangan risiko rantai pasok. Selain itu untuk melakukan mitigasi risiko fluktuasi pasokan diberikan dengan memberikan
rekomendasi optimisasi penjadwalan pola tanam jagung di tingkat petani.
8.1.1. Pengendalian Risiko di Tingkat Petani
Pengendalian risiko di tingkat petani dilakukan pada variabel risiko yang mempunyai nilai risiko sedang ke atas. Risiko di tingkat petani yang mempunyai
nilai risiko tinggi adalah risiko rendahnya mutu, risiko distorsi informasi harga, risiko pasca panen dan risiko jadwal tanam. Risiko rendahnya mutu disebabkan
oleh proses pasca panen yang kurang tepat seperti proses pemipilan, proses pengeringan dan proses pemanenan yang belum memperhatikan mutu produk
sehingga hasilnya kurang optimal. Oleh karena itu tindakan untuk mengendalikan risiko ini adalah dengan memperbaiki metode dan proses pasca panen seperti
penggunaan alat pemipil yang tepat, waktu pemanenan yang sesuai dan melakukan pengeringan secara optimal. Risiko pasca panen dan risiko rendahnya
mutu jagung saling berkaitan karena akibat dari pasca panen yang kurang tepat
145
menghasilkan mutu yang rendah. Disamping itu risiko jadwal tanam juga dapat mempengaruhi risiko pasca panen dan mutu produk, karena dengan penggunaan
jadwal tanam yang kurang tepat akan menghasilkan proses pemanenan yang terjadi di musim penghujan sehingga menyebabkan proses pengeringan tidak
dapat dilakukan dengan optimal yang akan mempengaruhi mutu produk. Risiko distorsi informasi harga dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan
keuntungan antar pelaku rantai pasok, dan biasanya petani sebagai pihak yang lemah cenderung menanggung risiko ini, karena kurangnya akses informai pasar.
Untuk mengatasi risiko ini dapat dilakukan dengan penentuan harga secara bersama antar tingkatan rantai pasok dengan dukungan kelembagaan yang kuat,
sehingga semua pihak dapat mengakses informasi yang sama akan permintaan dan pasokan jagung. Risiko lain di tingkat petani yang perlu dilakukan pengendalian
adalah risiko fluktuasi harga, risiko kelangkaan pupuk dan ketersediaan lahan yang masing-masing mempunyai nilai risiko sedang, sebagaimana dapat dilihat
pada Gambar 55.
Gambar 55 Pengendalian risiko di tingkat petani
Untuk mengantisipasi adanya risiko fluktuasi harga di tingkat petani dapat dilakukan dengan jalan melakukan dialog antar pelaku rantai pasok untuk
membuat kesapakatan harga, atau membuat kerjasama antar pelaku dalam rantai