133
Gambar 48 Histogram perbandingan bobot faktor risiko rantai pasok komoditas jagung
Tabel 19 Hasil evaluasi varibel risiko pada faktor risiko rantai pasok
No Faktor risiko Variabel risiko
Nilai risiko 1
Risiko Lingkungan
Bencana alam Rendah
Hama penyakit Sedang
Kebijakan pemerintah Rendah
Sosial budaya dan politik Rendah
2 Risiko Harga
Nilai tukar Sedang
Distorsi informasi harga Sedang
Musin panen Rendah
Fluktuasi harga Sedang
3 Risiko
Pasokan Keberagaman pasokan
Sedang Keberadaan pemasok
Rendah Loyalitas pemasok
Rendah Ketidakpastian pasokan
Sedang 4
Risiko Kualitas
Variasi mutu pasokan Sedang
Rendahnya mutu pasokan Sedang
Penyimpanan Rendah
Musim Rendah
Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa variabel risiko rantai pasok yang perlu dilakukan tindakan pengendalian adalah risiko lingkungan yang berkaitan
dengan timbulnya hama dan penyakit, risiko harga yang diakibatkan oleh perubahan nilai tukar rupiah, fluktuasi harga dan distorsi informasi harga antar
pelaku rantai pasok yang masing-masing mempunyai tingkat risiko sedang. Disamping itu risiko pasokan yang disebabkan oleh adanya keberagaman pasokan
dan ketidakpastian pasokan juga mempunyai tingkat risiko sedang, sehingga perlu
0.115 0.034
0.163 0.149
0.050 0.088
0.060 0.039
0.203
0.069 0.032
0.000 0.050
0.100 0.150
0.200 0.250
B o
b o
t R is
ik o
Rantai pasok jagung
134
tindakan pengendalian. Berkaitan dengan risiko kualitas dalam rantai pasok jagung perlu antisipasi terhadap adanya variasi mutu pasokan bahan baku dan
rendahnya mutu pasokan bahan baku yang mempunyai tingkat risiko sedang.
7.2. Evaluasi Risiko Rantai Pasok
Evaluasi risiko rantai pasok dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko setiap tingkatan rantai pasok dengan melakukan agregasi tingkat risiko dari setiap
faktor risiko dominan yang telah teridentifikasi dalam pembahasan sebelumnya. Evaluasi dilakukan dengan melakukan agregasi tingkat risiko dominan dari setiap
tingkatan rantai pasok dengan menggunakan bobot faktor risiko dominan yang diperoleh dari analisis faktor risiko dengan menggunakan fuzzy AHP. Tingkat
risiko setiap faktor risiko diperoleh dari agregasi tingkat risiko dari variabel risiko untuk setiap faktor risiko.
7.2.1. Evaluasi Risiko Tingkat Petani
Berdasarkan hasil evaluasi variabel risiko untuk setiap faktor risiko dominan di tingkat petani yang terlihat pada Tabel 14, dapat diperoleh nilai risiko
setiap faktor risiko di tingkat petani dengan melakukan agregasi nilai risiko setiap variabel risikonya. Hasil evaluasi risiko pada tingkat petani diperoleh bahwa
risiko harga mempunyai nilai risiko tinggi yang merupakan nilai risiko yang paling tinggi di antara keempat faktor risiko dominannya. Kemudian diikuti oleh
risiko kualitas, risiko pasokan dan risiko lingkungan yang masing-masing mempunyai tingkat risiko sedang. Hasil evaluasi risiko di tingkat petani
berdasarkan faktor risiko dominannya diperoleh bahwa risiko tingkat petani dalam jaringan rantai pasok jagung adalah sedang. Secara rinci hasil agregasi
pengukuran risiko di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 20. Adapun hasil verifikasi model evaluasi risiko tingkat petani dapat dilihat pada Gambar 49.
Tabel 20 Hasil evaluasi risiko tingkat petani berdasarkan faktor risiko dominan
Faktor risiko tingkat petani
Bobot Nilai
risiko Risiko tingkat
petani Risiko Lingkungan
0,210 Sedang Sedang
Risiko Harga 0,236
Tinggi Risiko Pasokan
0,207 Sedang Risiko Kualitas
0,347 Sedang
135
Gambar 49 Hasil evaluasi risiko di tingkat petani Dari Gambar 49 terlihat bahwa risiko utama yang dihadapi petani dalam
rantai pasok produkkomoditas jagung adalah risiko kualitas karena proses pasca panen yang kurang baik dan karena musim atau cuaca karena biasanya musim
panen raya terjadi pada musim penghujan sehingga petani sangat kesulitan dalam hal pengeringan untuk dapat memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan
industri. Untuk mengatasi masalah ini petani perlu diberikan pengetahuan dan pemahaman yang cukup baik dalam hal pasca panen yang meliputi pemanenan
seperti pemilihan waktu panen yang tepat, pengeringan dan pemipilan agar mendapatkan jagung pipil yang berkualitas. Di samping itu risiko yang cukup
krusial pada tingkat petani adalah risiko fluktuasi harga akibat kurangnya akses informasi pasar. Risiko ini terjadi akibat dari kebiasaan petani yang menanam
jagung secara tradisional artinya tidak menggunakan jadwal tanam yang memperhatikan kebutuhan dan ketersediaan jagung pasar, sehingga harga jagung
cenderung fluktuatif karena ketersediaannya yang tidak pasti dan tersedia melimpah pada saat panen raya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan
dengan memilih jadwal tanam yang tepat serta penggiliran jadwal tanam antar kelompok tani sehingga ketersedian jagung di pasar akan terkendali sesuai dengan
permintaan pasar.