142
diperoleh suatu kepastian harga dan kepastian dalam melakukan proses bisnis selanjutnya.
7.2.6. Evaluasi Risiko Rantai Pasok Jagung
Evaluasi risiko rantai pasok komoditas jagung dilakukan dengan cara melakukan agregasi nilai risiko setiap tingkatan rantai pasok yaitu risiko petani,
risiko pedagang pengumpul pengepul, risiko agroindustri, risiko distributor pengecer dan risiko konsumen dengan menggunakan bobot risiko tingkatan
yang diperoleh dari analisis risiko rantai pasok menggunakan fuzzy AHP yang telah dibahas sebelumnya. Berdasarkan hasil evaluasi risiko setiap tingkatan
rantai pasok tersebut diperoleh bahwa risiko tingkat petani dan risiko tingkat agroindustri adalah sedang, dengan bobot risiko masing-masing sebesar 0,538 dan
0,129. Kemudian risiko tingkat pengepul, tingkat distributor dan tingkat konsumen mempunyai tingkat risiko yang sama yaitu rendah dengan bobot risiko
tertingginya adalah tingkat pengepul yaitu 0,157 diikuti dengan bobot tingkat distributor dan bobot tingkat konsumen masing-masing sebesar 0,098 dan 0,078.
Oleh karena itu hasil agregasi pengukuran risiko rantai pasok berdasarkan risiko dari masing-masing tingkatan rantai pasok adalah sedang. Secara rinci hasil
perhitungan agregasi risiko rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Hasil evaluasi risiko rantai pasok berdasarkan nilai risiko tingkatannya
Tingkatan rantai pasok jagung
Bobot Risiko
tingkatan Risiko rantai
pasok jagung Tingkat petani
0,538 Sedang
Sedang Tingkat pengepul
0,157 Rendah
Tingkat agroindustri 0,129
Sedang Tingkat distributor
0,098 Rendah
Tingkat knsumen 0,078
Rendah
Nilai risiko rantai pasok komoditas jagung pada tingkat petani dan agroindustri mempunyai nilai yang sama yaitu sedang, kemudian nilai risiko
tingkat pengepul, tingkat distributor dan tingkat konsumen mempunyai nilai yang sama yaitu dengan tingkat risiko rendah. Oleh karena itu untuk dapat
mengendalikan risiko rantai pasok komoditas jagung secara keseluruhan perlu pengendalian risiko di tingkat petani dan di tingkat agroindustri secara tepat.
143
Beberapa risiko yang perlu diperhatikan pada kedua tingkat tersebut adalah risiko rendahnya mutu pasokan dan risiko fluktuasi harga, sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 19. Oleh karena itu perlu adanya suatu mekanisme untuk mengatasi risiko tersebut secara bersama sehingga akan tercipta suatu rantai pasok yang
berkesinambungan dengan risiko yang terkendali. Kemudian hasil tampilan sistem dalam verifikasi model pengukuran risiko rantai pasok dapat dilihat pada
Gambar 54. Kemudian petunjuk pengoperasian sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko ini dapat dilihat pada Lampiran 12
.
Gambar 54 Hasil evaluasi risiko rantai pasok komoditas jagung
Berdasarkan hasil analisis risiko tersebut, telah menunjukan bahwa pendekatan fuzzy AHP dan fuzzy FMEA dapat digunakan untuk memodelkan
suatu mekanisme dalam menganalisis risiko rantai pasok secara keseluruhan dan secara aggregate untuk setiap tingkatan rantai pasok jagung. Namun model ini
belum dapat menunjukan hubungan antar variabel risiko ataupun antar faktor risiko dalam jaringan rantai pasok, karena suatu variabel risiko dapat
menimbulkan penyebab munculnya risiko yang lain. Oleh karena itu perlu tindak lanjut penelitian untuk dapat mengatasi kelemahan tersebut.