Pengendalian Risiko Rantai Pasok secara Bersama

28 Biji jagung pipilan, sebagai produk utamanya merupakan bahan baku utama 50 industri pakan, selain dapat dikonsumsi langsung dan sebagai bahan baku industri pangan. Daun, batang, kelobot, tongkolnya dapat dipakai sebagai pakan ternak dan pemanfaatannya lainnya. Demikian juga halnya dengan bagian lainnya jika dikelola dengan baik berpotensi mempunyai nilai ekonomi yang cukup menarik. Kebutuhan jagung di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dan telah mencapai angka 11,676 juta ton pada tahun 2003 meningkat sebesar 4,28tahun selama kurun waktu 1990-2003. Pada tahun yang sama produksi dalam negeri baru mencapai 10,888 juta ton, sehingga masih diperlukan impor sebesar 1,346 juta ton 11,52 dari total kebutuhan jagung. Peningkatan kebutuhan jagung tersebut terutama dipacu oleh meningkatnya kebutuhan industri pakan yang telah mencapai pangsa sebesar 40,29 dari total kebutuhan jagung nasional pada tahun 2004 atau meningkat sebesar 5,76tahun Suryana Hermanto 2006. Permintaan jagung untuk industri, terutama industri pakan, telah mendorong peningkatan harga jagung di dalam negeri maupun di pasar international. Harga jagung di pasar dunia pada tahun 2004 adalah 111,8 dolar ASton, turun menjadi 98,7 dolar AS pada tahun 2005, naik menjadi 121,9 dolar AS pada tahun 2006 dan mencapai 160,9 dolar AS pada periode Januari-Agustus 2007. Harga jagung diperkirakan akan terus meningkat karena meningkatnya permintaan untuk industri etanol sebagai bahan bakar nabati BBN. Harga perdagangan internasional jagung pada bulan Juni 2007 mencapai 165,2 dolar ASton dan turun menjadi 151,2 dolar ASton pada bulan Agustus 2007 World Bank 2007. Berdasar perkiraan yang disimulasikan oleh IFPRI 2006 dengan berbagai skenario pertumbuhan biofuel, harga jagung diperkirakan dapat meningkat 20-41 pada tahun 2010 dan 2020, dibandingkan dengan harga pada tahun 2007. Kenaikan harga jagung akan mempengaruhi ketahanan pangan dan industri pakan, dan tentunya juga mempengaruhi pendapatan petani Kasryno et al . 2008. Pusat produksi jagung dewasa ini antara lain adalah jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Jawa Timur merupakan produsen jagung utama dengan rata-rata pangsa produksi per tahun 33,99 persen atau 3,322 29 juta ton. Selanjutnya diikuti oleh jawa Tengah dengan pangsa produksi rata-rata 17,76 persen per tahun atau 1,707 juta ton. Propinsi Lampung menempati posisi ketiga dengan pangsa produksi 10,20 persen per tahun atau 1005 ribu ton. Sulawesi Selatan menempati urutan ke empat dengan pangsa 7,31 persen per tahun atau 698,80 ribu ton. Pertumbuhan produksi tertinggi dicapai oleh propinsi Jawa timur dan Lampung, yaitu masing-masing sebesar 10,62 persen dan 17,19 persen per tahun, seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produksi jagung di daerah sentra produksi Tahun Lampung Jawa Tengah Jawa Timur Sulawesi Selatan Indonesia 000 ton 000 ton 000 ton 000 ton 000 ton 1998 1111,83 11,05 1781,85 17,71 3765,14 37,43 916,50 9,11 10058,61 1999 1176,49 12,78 1525,28 16,57 3150,87 34,23 652,22 7,09 9204,04 2000 1120,35 11,99 1633,82 17,48 3389,95 36,28 579,83 6,20 9344,83 2001 1122,67 12,01 1553,92 16,62 3529,97 37,77 515,41 5,51 9347,19 2002 989,32 10,25 1505,71 15,60 3692,15 38,24 661,01 6,85 9654,11 2003 1087,75 9,99 1926,24 17,69 4181,55 38,41 650,83 5,98 10886,44 2004 1216,95 10,84 1836,23 16,36 4133,76 36,83 674,72 6,01 11225,24 2005 1439,00 11,49 2191,26 17,50 4398,50 35,12 705,99 5,64 12523,89 2006 1183,98 10,20 1856,02 15,99 4011,18 34,55 696,08 6,00 11609,46 2007 1346,82 10,14 2233,99 16,81 4252,18 32,00 969,31 7,30 13286,17 2008 1351,62 9,74 2355,62 16,97 4415,98 31,81 967,29 6,97 13883,19 Rerata 1005,40 10,20 1707,18 17,76 3322,75 33,99 698,80 7,31 9718,13 Sumber: BPS 1998-2008 Peningkatan produksi jagung di Indonesia belum diikuti oleh penanganan pascapanen yang baik. Petani kurang mendapatkan informasi tentang kegiatan panen dan pascapanen yang dapat mengurangi biaya dan menekan susut mutu jagung. Karena itu, petani di beberapa wilayah pengembangan jagung masih belum merasakan nilai tambah dengan meningkatnya kualitas produk biji jagung Firmansyah 2006. Selama kurun waktu 1998-2008 rata-rata produktifitas usaha tani jagung Indonesia baru mencapai 31,63 kuha, dengan tingkat pertumbuhan 3,43 persen per tahun. Sementara di sentra-sentra produksi jagung, pada umumnya produktifitas usaha tani jagung hampir berimbang, sebagaimana disajikan dalam 30 Tabel 5. Nampak dalam tabel tersebut bahwa produktifitas tertinggi dicapai oleh usaha tani jagung di jawa Timur, yaitu sebesar 28,23 kuha, sedangkan yang terendah terjadi di Sulawesi Selatan, yaitu 24,89 kuha. Sementara produktifitas usaha tani jagung jawa tengah dan lampung masing-masing mencapai 28,17 kuha dan 27,27 kuha. Namun bila dilihat dari pertumbuhan produktifitasnya, ternyata paling pesat pertumbuhannya justru di alami oleh petani Sulawesi Selatan, yaitu sebesar 6,01 persen per tahun, yang kemudian diikuti oleh propinsi Lampung dengan pertumbuhan sebesar 3,55 persentahun. Keadaaan ini mungkin disebabkan oleh selain jawa Timur merupakan daerah tradisionil produsen jagung, juga telah banyak berkembang perusahaan pembibitan jagung, baik jagung komposit maupun jagung hibrida, sehingga persediaan benih jagung unggul relatif lebih banyak. Tabel 5 Produktifitas usaha tani jagung di daerah sentra produksi Tahun Lampung Jawa Tengah Jawa Timur Sulawesi Selatan Indonesia KuHa KuHa KuHa KuHa KuHa 1998 29,66 27,49 27,92 27,1 26,43 1999 29,42 28,04 27,82 27,04 26,63 2000 29,3 28,08 28,96 25,9 27,01 2001 29,68 29,38 31,08 26,85 28,45 2002 30,91 30,4 35,39 32,1 30,88 2003 32,88 34,4 35,76 30,44 32,42 2004 33,36 35,2 36,21 34,36 33,44 2005 34,96 36,75 36,47 34,18 34,54 2006 35,59 37,27 36,49 33,73 34,7 2007 36,4 39,12 36,86 36,97 36,61 2008 36,53 40,31 37,01 36,35 36,83 Rerata 32,61 33,31 33,63 31,37 31,63 Sumber : BPS 1998-2008 Produktivitas jagung di Indonesia masih sangat rendah, baru mencapai 3,47 tha pada tahun 2006, namun cenderung meningkat dengan laju 3,38 per tahun. Masih rendahnya produktivitas menggambarkan bahwa penerapan teknologi produksi jagung belum optimal. Dalam periode 1990 - 2006, produksi jagung rata-rata 9,1 juta ton dengan laju peningkatan 4,17 per tahun.