Sistem Manajemen Dialog PEMODELAN SISTEM

118 Dari struktur pada Gambar 36 kemudian dilakukan perbandingan tingkat kepentingan dengan melibatkan beberapa pakar dalam bidang rantai pasok dan pasca panen komoditas jagung sebagaimana disebutkan di atas. Hasil penilaian pakar kemudian dilakukan agregasi untuk mendapatkan suatu nilai tunggal evaluasi risiko rantai pasok komoditas jagung. Hasil evaluasi risiko rantai pasok dengan menggunakan fuzzy AHP dapat dijelaskan dengan menggunakan Tabel 13, sedangkan hasil rinci dari pembobotan risiko setiap tingkatan rantai pasok dapat diperlihatkan pada Lampiran 11. Kemudian hasil pembobotan struktur hierarki analisa risiko rantai pasok dapat diperlihatkan pada Lampiran 9. Tabel 13 Hasil pembobotan risiko tingkatan rantai pasok dengan fuzzy AHP Aktor kualitas pasokan kontinuitas pasokan kesejahteraan petani bobot tingkatan Tingkat petani 0,571 0,563 0,476 0,538 Tingkat pengepul 0,145 0,140 0,187 0,157 Tingkat Agroindustri 0,145 0,136 0,103 0,129 Tingkat distributor 0,090 0,096 0,110 0,098 Tingkat konsumen 0,049 0,065 0,124 0,078 bobot 0,406 0,265 0,328 Dari Tabel 13 terlihat bahwa tujuan peningkatan kualitas pasokan mempunyai bobot tertinggi disusul dengan tujuan peningkatan kesejahteraan petani dan tujuan menjamin kontinuitas pasokan bahan baku komoditas jagung berturut turut dengan bobot nilai 0,406; 0,328 dan 0,265. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam manajemen risiko rantai pasok komoditas jagung mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kualitas pasokan pada agroindustri, karena dengan peningkatan kualitas tersebut dapat mengurangi terjadinya kerusakan produk dalam tahap penyimpanan dan peningkatan harga sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Kemudian dengan peningkatan pendapatan petani akan diperoleh tujuan selanjutnya yaitu peningkatan kesejahteraan petani. Dalam rantai pasok yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani akan mendorong lebih banyak petani bertanam jagung sehingga akan meningkatkan pasokan dan akan menjamin kontinuitas pasokan bahan baku. Dari Tabel 13 juga diperoleh nilai bobot risiko setiap tingkatan dalam rantai pasok komoditas jagung, sebagaimana dapat diperlihatkan pada Gambar 37. 119 Gambar 37 Histogram perbandingan bobot risiko tingkatan rantai pasok komoditas jagung Dari Gambar 37 terlihat bahwa risiko di tingkat petani mempunyai bobot nilai yang tertinggi dibandingkan dengan risiko di tingkat lain dalam jaringan rantai pasok. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam rantai pasok komoditas jagung petani mempunyai kecenderungan menanggung risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkatan yang lain dalam jaringan rantai pasok komoditas jagung sesuai dengan hasil penelitian Sarasutha et al. 2007. Oleh karena itu perlu dikaji lebih mendalam risiko apa saja yang harus dihadapi oleh petani sebagai penanggung risiko tertinggi sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat guna mengantisipasi risiko tersebut baik secara individu maupun secara bersama dalam jaringan rantai pasok. 7.1.1. Identifikasi Risiko Tingkat Petani Analisis risiko pada tingkat petani dilakukan untuk dapat mengetahui faktor dan variabel risiko yang perlu ditangani oleh petani dalam manajemen rantai pasok guna meningkatkan kualitas produk jagung. Hasil pembobotan faktor risiko dengan menggunakan fuzzy AHP diperoleh bahwa bobot faktor risiko tertinggi di tingkat petani adalah risiko kualitas, disusul oleh risiko harga, risiko lingkungan, risiko pasokan dan risiko pasar. Distribusi hasil pembobotan faktor risiko pada tingkat petani tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar 38. Dari hasil 0.538 0.157 0.129 0.098 0.078 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 Tingkat petani Tingkat pengepul Tingkat Agroindustri Tingkat distributor Tingkat konsumen B o b o t R is ik o Risiko Tingkatan