Tata Niaga Jagung Komoditas Jagung

36 sehingga pada waktu panen raya harga jagung merosot tajam serta gagal panen karena lahan puso Kasryno 2006. Gambar 7 Jaringan rantai pasok total produkkomoditi jagung Adapun risiko yang sering dihadapi oleh pedagang pengumpul atau kolektor adalah rendahnya mutu jagung karena kebanyakan jagung dipanen pada musim penghujan sehingga proses pengeringannya tidak sempurna dan menyebabkan tumbuhnya jamur. Disamping itu risiko yang dihadapi adalah biaya penyimpanan dan pengeringan tambahan untuk mendapatkan kualitas yang sesuai standard Kusumaningrum 2008. Adapun dari sisi distributor risiko yang akan dihadapi terutama adalah risiko turunnya kualitas jagung karena penyimpanan dan risiko karena pengangkutan disamping kendala transportasi dan distribusi ke pihak konsumen yaitu industri pakan dan industri pangan. Adapun risiko yang dihadapi pihak prosesor agroindustri adalah ketidakpastian pasokan bahan baku sehingga kapasitas produksi tidak tercapai untuk mendapatkan efisiensi produksi yang tinggi. Disamping itu risiko yang dihadapi adalah ketidakpastian harga bahan baku.

2.3. Sistem Penunjang Keputusan Cerdas

Marimin 2007 menyatakan bahwa Decision Support System DSS bermanfaat membantu pengambilan keputusan secara interaktif. Menurut Lucas 1993, DSS sebagai model dari sekumpulan prosedur untuk melakukan Petani Gapoktan Pedagang pengumpul Industri pakan Industri Makanan Pengecer Konsumen Producer Collector Processor Retailer Consumer Importir Eksportir Pengecer Petani Gapoktan Pedagang pengumpul Pengecer Konsumen 37 pengolahan data dengan tujuan membantu manajer dalam pembuatan keputusan spesifik. Penerapan DSS akan berhasil jika sistem tersebut sederhana dan mudah digunakan, mudah melakukan pengawasan, mudah melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mudah melakukan kegiatan komunikasi dengan berbagai entiti. Menurut Keen dan Morton 1978, tujuan dari Sistem Penunjang Keputusan adalah membantu para pengambil keputusan dalam menyeleksi kriteria untuk proses pengambilan yang pada umumnya bersifat semi struktural. Sifat ini berarti adanya kemampuan untuk menyelaraskan keputusan struktural dengan penilaian yang bersifat subyektif dari masing-masing struktural. Sistem ini hanya membantu dalam proses pengambilan keputusan, keputusan terakhir tetap berada ditangan para pengambil keputusan. Teknik pengambilan keputusan ini dikembangkan hanya untuk meningkatkan efektifitas dalam proses pengambilan keputusan. Efektifitas yang dimaksud mencakup pada identifikasi dari apa yang harus dilakukan dan menjamin bahwa kriteria yang kemudian dipilih adalah relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Eriyatno 1999, Sistem Penunjang Keputusan SPK adalah pendekatan secara sistematis dalam menentukan teknologi ilmiah yang tepat dalam mengambil keputusan. SPK juga merupakan konsep spesifik dengan menghubungkan sistem informasi terkomputerisasi dimana penggunanya yaitu para pengambil keputusan sehingga terciptanya keoptimalan dalam pengambilan keputusan. Karakterisasi pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan yaitu: 1. Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan 2. Adanya dukungan menyeluruh holistik dari keputusan bertahap berganda 3. Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain ilmu komputer, ilmu sistem, psikologi, ilmu manajemen, dan intelejensi buatan 4. Mempunyai kemampuan aditif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat. Intelligent decision support system IDSS merupakan pengembangan dari sistem penunjang keputusan dengan menggunakan pengetahuan aturan-aturan tentang sifat dan unsur suatu masalah seperti fuzzy systems, neural networks, dan 38 genetic algorithms algoritma genetik Sadly 2007. Menurut Dhar dan Stein 1997, Sistem Penunjang Keputusan Cerdas merupakan sebuah Sistem Penunjang Keputusan yang menggunakan teknik-teknik yang muncul di bidang intelijensi buatan Artificial Intelligent seperti: seperti fuzzy systems, neural networks , machine learning, dan genetic algorithms algoritma genetik. Tujuannya adalah untuk membantu pengguna dalam mengakses, menampilkan, memahami, serta memanipulasi data secara lebih cepat dan mudah untuk membantunya dalam mengambil keputusan. Disamping itu sistem penunjang keputusan intelijen adalah sistem pendukung keputusan yang dalam membuat alternatif keputusannya menggunakan berbagai teknik yaitu penelitian operasional lanjut dengan kecerdasan buatan artificial intelligence, system engineering serta soft computing yang terdiri dari fuzzy system, neural network, dan genetic algorithm Goenawan 2007. Sehingga dengan sistem penunjang keputusan cerdas dapat digunakan untuk membuat keputusan yang optimal dengan pendekatan kemampuan belajar dan kemampuan penalaran sebuah sistem serta kemampuan beralasan dalam memilih solusi sebagaimana yang dilakukan oleh seorang pakar dalam membuat keputusan sehingga akan diperoleh solusi yang efektif dan konsisten. Menurut Phillips-Wren et al. 2009 struktur sistem pendukung keputusan cerdas dapat digambarkan sebagai diagram input, proses dan output, dimana input sistem terdiri dari sub-sistem data base, sub-sistem model base dan dan sub-sistem knowledge base. Proses sistem terdiri dari sub-sistem organisasi input, sub-sistem strukturisasi permasalahan dan sub-sistem simulasi keadaan serta penentuan solusi terbaik. Output dari sistem pendukung keputusan cerdas berupa laporan solusi, dampak dari peramalan input dan rekomendasi keputusan beserta saran dan penjelasan dampaknya. Poses input output ini mempunyai umpan balik untuk mendapatkan solusi optimal dalam membuat rekomendasi keputusan yang efektif dan efisien sebagaimana dapat diperlihatkan pada Gambar 8.