Pengendalian Risiko di Tingkat Konsumen
155
Output dari model adalah harga jagung di tingkat petani sesuai dengan hasil kesepakatan. Harga kesepakatan diperoleh secara otomatis dengan melakukan
interpolasi terhadap fungsi conjoint regresi fuzzy non-linear pada tingkat petani dengan fungsi regresi fuzzy non-linear pada tingkatan lain dalam rantai pasok.
Model penyeimbangan risiko rantai pasok dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kesepakatan harga di tingkat petani menggunakan asumsi bahwa
utilitas nilai risiko di tingkat petani cenderung naik ketika harga jagung turun dan akan cenderung turun jika terjadi kenaikan harga jagung di tingkat petani. Namun,
pada tingkatan yang lain dalam jaringan rantai pasok produk atau komoditas jagung, seperti agroindustri atau pedagang pengumpul pengepul akan memiliki
nilai utilitas risiko yang cenderung turun ketika harga jagung di tingkat petani turun dan nilai utilitas risiko cenderung naik ketika harga jagung naik. Model
penyeimbangan risiko akan digunakan untuk melakukan kesepakatan harga secara bersama antara pelaku rantai pasok dengan filosofi bahwa akan terjadi
keseimbangan utilitas risiko antara pihak petani dengan pihak lain selain petani pada suatu harga tertentu pada saat terjadi kesepakatan harga. Hal ini dilakukan
karena pada umumnya dalam rantai pasok komoditas jagung atau produk pertanian yang lain, petani merupakan pihak yang lemah dan cenderung
mempunyai risiko yang lebih tinggi dan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari pada pihak lain dalam jaringan rantai pasok. Oleh karena itu perlu
adanya suatu mekanisme yang dapat mengurangi tingkat risiko di pihak petani dengan mekanisme penyeimbangan risiko rantai pasok sehingga petani akan
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Metode yang digunakan dalam menyeimbangkan risiko rantai pasok
adalah stakeholder dialog antara pihak-pihak terkait dalam manajemen risiko rantai pasok untuk mendapatkan nilai kesepakatan consensus penyeimbangan
risiko terhadap adanya konflik kepentingan dalam penentuan harga di tingkat petani. Konsensus dilakukan dengan memberikan input nilai utilitas risiko untuk
setiap tingkatan rantai pasok terhadap perubahan harga jagung di tingkat petani. Proses ini akan dimodelkan dengan menggunakan fungsi regresi fuzzy non-linear
terhadap utilitas risiko dari setiap tingkatan rantai pasok dengan harga jagung di tingkat petani sebagai variabel independennya.
156
1 2
5 3
6 4
10 7
8 9
1
H AC
Membership value
VH N
VL L
ML M
MH
Fungsi regresi fuzzy digunakan dalam pemodelan ini, karena nilai utilitas risiko sebagai variabel dependen dan nilai harga sebagai variabel independen
adalah merupakan bilangan fuzzy. Nilai utilitas setiap faktor risiko dinilai dengan tingkat kemungkinan risiko dan dampak risiko dalam bentuk bilangan fuzzy.
Fungsi keanggotaan dari bilangan fuzzy untuk setiap faktor risiko direpresentasikan menggunakan bilangan fuzzy segitiga TFN. Representasi
fungsi keanggotaan fuzzy terhadap tingkat kemungkinan risiko adalah Tidak ada N dengan rentang nilai [1, 1, 2], Sangat Rendah VL dengan rentang nilai [1, 2,
3], Rendah L dengan rentang nilai [2, 3, 4], Sedang Rendah ML dengan rentang nilai [3 4,25, 5,5], Sedang M dengan rentang nilai [4 5,5, 7], Sedang
Tinggi MH dengan rentang nilai [5,5 6,75, 8], Tinggi H dengan rentang nilai [7, 8, 9], Sangat Tinggi VH dengan berbagai nilai [8 9, 10], dan Hampir pasti
AC dengan rentang nilai [9 10, 10]. Representasi fungsi keanggotaan TFN Triangular Fuzzy Number dari tingkat kemungkinan risiko dan dampak risiko
dapat diperlihatkan pada Gambar 65.