5
1.2.2 Faktor sumberdaya manusia
Secara umum nelayan Indonesia termasuk kelompok masyarakat yang tertinggal dan berada dalam kehidupan yang serba kekurangan. Peralatan tangkap,
tingkat kemampuan manajemen dan ketrampilan, permodalan dan pemasaran yang terbatas, menyebabkan kemampuan usaha mereka juga kecil. Industri kapal di
Indonesia masih tergolong mahal, baik sarana dan prasarananya, sehingga pada kondisi seperti tersebut di atas, nelayan Indonesia tidak mampu memiliki kapal yang
efektif dan efisien. Kapal ikan buatan dalam negeri yang pada umumnya bersifat tradisional, tidak dapat memberikan hasil tangkapan yang optimal. Kualitas
sumberdaya manusia masih rendah terutama kemampuan teknologi, sehingga sebagian besar armada kapal ikan dikuasai kapal yang berskala kecil dengan
kemampuan jangkauan pendek dan waktu berlayar tidak lama. Sementara di pihak lain, sebagian pengusaha nasional memiliki mental yang kurang baik. Pengusaha ini
lebih senang sebagai broker tanpa harus membangun kapasitas usahanya dan bekerja keras, karena menganggap dengan kondisi demikian sudah cukup memuaskan.
Sementara itu pengusaha-pengusaha asing memanfaatkan mereka sebagai tameng usaha dan akibatnya kapal-kapal asing beroperasi dengan bebas di wilayah perairan
Indonesia dengan menggunakan bendera Indonesia. Kondisi ini menunjukkan rendahnya mental oknum pemberi ijin dan penegak
hukum yang mengeluarkan perijinan yang bukan menjadi wewenangnya. Ind ikasi lain juga menunjukkan bahwa ditemukan juga adanya upaya melindungi kegiatan
melawan hukum tersebut demi kepentingan pribadi. Di samping hal tersebut di atas, juga menunjukkan bahwa peraturan dan kebijakan dalam pengaturan usaha perikanan
masih belum kondusif dan masih belum menghasilkan kontrol yang efektif. Hal ini menyebabkan banyaknya celah-celah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak
tertentu yang kurang bertanggungjawab.
1.2.3 Faktor kapital dan teknologi
Wilayah kelautan nasional Indonesia ya ng sangat luas membutuhkan investasi yang besar dalam upaya pemanfaatannya bagi pembangunan nasional. Di samping
tingkat kemampuan teknologi yang masih lemah, kemampuan kapital dalam rangka eksploitasi sumberdaya, pemantauan, pengawasan, pengamanan dan penegakan
6 hukum di laut yang dimiliki oleh Indonesia tidak sebanding dengan luasnya wilayah
kelautan nasional. Celah ini dimanfaatkan oleh pihak asing untuk melakukan pencurian sumberdaya, pelanggaran perbatasan dan perdagangan ilegal. Luasnya
wilayah kelautan nasional yang harus dikelola, membutuhkan peningkatan kapital dan teknologi secara memadai.
1.2.4 Faktor kelembagaan
Selama lebih dari tiga dekade, pembangunan berorientasi pada pengelolaan sumberdaya yang ada di darat. Saat ini potensi sumberdaya di darat seperti hutan,
bahan tambang dan mineral serta lahan pertanian produktif semakin menipis atau sukar untuk dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, sumberdaya pesisir dan
lautan akan menjadi tumpuan harapan bangsa di masa depan. Kondisi ini menjadikan dicarinya sumber-sumber ekonomi baru bagi kelangsungan hidup dan masa depan
bangsa dari sumberdaya alam kelautan. Dalam rangka pembangunan kelautan sangat banyak pihak yang terkait, baik yang menyangkut aspek ekonomi, sosial budaya dan
bidang kelembagaan penegakan hukum di laut. Pada bidang ekonomi, sektor perikanan yang mulai diandalkan menjadi
sumber pertumbuhan baru ternyata belum mencapai sasaran. Hal ini disebabkan oleh tingginya penangkapan secara ilegal yang mencapai sekitar Rp. 21 trilyun pada tahun
2002. Berkeliarannya sekitar 5000 kapal penangkapan ikan asing tanpa ijin sah di perairan yuridiksi Indonesia merupakan problema tersendiri yang memerlukan suatu
sistem MCS yang handal untuk mengantisipasinya Dahuri 2003. Dalam bidang sosial budaya, kehidupan komunitas nelayan Indonesia identik
dengan kemiskinan dan ketertinggalan. Mereka hidup dengan kondisi lingkungan kumuh, tingkat pendidikan rendah dan produktivitas rendah. Kehidupan 70
masyarakat nelayan di Indonesia pada saat ini masih berada di bawah garis kemiskinan. Dengan meningkatnya populasi penduduk terutama di daerah pesisir
yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari perikanan tradisional, keberadaan kapal-kapal ikan asing yang melakukan penangkapan ikan ilegal dan
adanya pena ngkapan ikan yang tidak berwawasan lingkungan, merupakan ancaman serius bagi kehidupan mereka. Upaya- upaya untuk menanggulangi permasalahan ini
dengan suatu sistem MCS yang handal merupakan suatu bentuk perlindungan