66 perikanan yang berkelanjutan, dan peningkatan prioritas pemerintah dan kesadaran
masyarakat terhadap sektor perikanan dan kelautan Flewwelling 2001.
4.2.7 Kamboja
Kamboja masih dalam tahap perbaikan setelah adanya konflik internal di negaranya. Dalam bidang perikanan, pengelolaannya hampir secara total ditujukan
terhadap perikanan darat di Sungai Mekong dan wilayah Tonle Sap. Terdapat kontrol yang sangat ketat terhadap skema manajemen perikanan daratnya, tapi hanya
memberikan keuntungan bagi beberapa industri tertentu sedangkan nelayan lainnya secara umum hanya mendapatkan keunt ungan yang kecil. Hal ini terjadi karena
pelelangan jatah perikanan dan sistem lisensi yang sangat mahal. Kamboja mempunyai pantai yang sangat terbatas dan mengabaikan
perhatiannya terhadap pengelolaan perikanan lepas pantai dan kemampuan MCS. Perencanaan manajemen proaktif untuk memaksimalkan keuntungan terhadap
nelayan, peningkatan manajemen dan pelatihan MCS, peningkatan kesadaran nelayan dan masyarakat, edukasi, dan perbaikan infrastruktur diperlukan untuk membantu
pemulihan Kamboja setelah beberapa tahun berada dalam konflik internal Flewwelling 2001.
4.2.8 Srilangka
Srilangka mempunyai keterbatasan dalam memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap wilayah pantainya karena masih berada di bawah konflik
internal dengan Tamil, sehingga pemerintah mempunyai kesulitan mengontrol armadanya dalam wilayah lautnya. Adanya reorganisasi baru dari Departemen
Perikanan akan memperkuat organisasi. Menurut Flewwelling 2001, di Srilangka terdapat suatu pendekatan inovatif
melalui suatu komite the Special Area Management SAMs dalam membangun mekanisme antar lembaga, yang memusatkan perhatiannya terhadap pantai dan
laguna secara umum dan dapat dijadikan contoh bagi negara lainnya. Komite ini melakukan pendekatan yang sangat holistik berdasarkan pada kebutuhan semua
sektor, termasuk pengembangan prioritas terhadap perikanan. Srilangka juga membuat peraturan undang- undang baru yang memungkinkan untuk dikaji ulang dan
direvisi. Otoritas terhadap kerjasama usaha the Board of Investment BOI
67 memungkinkan kapal internasional melakukan pendaratan ikan- ikan di pelabuhan
Srilangka sehingga dapat memberikan sedikit keuntungan untuk Srilangka. Selain itu juga dikembangkan usaha untuk mengimplementasikan VMS terhadap kapal BOI,
dan semua kapal yang melakukan pelayaran di laut dalam dan menerapkan mekanisme kontrol bendera negara.
Hal lainnya yang mendapat perhatian dalam pengelolaan perikanan adalah faktor keamanan terhadap kapal-kapal besar yang berlayar di laut dalam. Kerjasama
regional untuk pengelolaan perikanan dan MCS juga mendapat perhatian Srilangka karena keberadaan armada kapal mereka yang melakukan interaksi dengan armada
perikanan negara lain.
4.2.9 Vietnam
Vietnam merupakan negara dengan sektor perikanan yang besar yang pengaruhnya semakin meningkat. Usaha yang sunguh-sungguh dibuat untuk
meningkatkan kemampuan armada perikanannya, tetapi kemampuan manajemen pemerintah dan mekanisme kontrol tidak terlihat pengembangannya pada laju yang
sama. Manajemen perikanan Vietnam dan kemampuan MCS difokuskan pada area pantaipesisir dengan monitor terhadap laut dalam yang jauh dari pantai, terutama
terhadap perbatasan wilayah tetapi belum untuk tujuan manajemen berkelanjutan. Oleh karena itu Vietnam harus memberikan perhatian yang cukup besar terhadap
pelatihan teknik MCS dan manajemen berkelanjutan dengan adanya dukungan perundang-undangan Flewwelling 2001.
4.2.10 Namibia
Menurut Steele 2000, Namibia merupakan salah satu negara penghasil ikan yang produktivitasnya cukup besar di dunia. Hal ini merupakan hasil dari sistem
Benguela yang mutakhir yang dimiliki oleh Departemen Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan the Ministry of Fisheries and Marine Resources MFMR. Misi departemen ini adalah untuk memperkuat posisi Namibia sebagai negara yang maju
di bidang produksi perikanan dan mempunyai tujuan memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi negara, bidang sosial dan konservasi.