Analisis Faktor Kunci yang Mempengaruhi MCS
113 9 Kapasitas di laut
1,82 1,41 1,00 1,70 1,70 1,12 1,78 1,59 24 1,48
10 Pengawasan udara 2,06 1,68 1,49 1,09 1,80 1,54 1,54 1,62
39 1,58 11 Identifikasi kapal
2,59 1,88 1,00 2,51 1,96 1,26 1,85 1,59 88 1,75
12 Laporan boarding 2,45 2,00 1,00 1,59 1,91 1,41 1,78 1,78
67 1,69 13 Laporan movement
2,54 2,02 1,24 2,06 2,19 1,66 1,98 1,84 173 1,90 14 Penggunaan VMS
2,59 2,08 1,33 2,62 2,10 1,55 1,88 1,83 211 1,95
15 Pengawasan Pantai coast
guard dan Kelompok
Pengawasan Masyarakat 3,17 2,29 1,00 1,51 2,83 1,91 1,91 2,14 242 1,99
16 Penyidik Perikanan PPNS 2,52 2,00 1,00 1,77 2,38 1,64 1,81 1,81 114 1,81 17 Alat komunikasi Alkom 2,25 2,10 1,00 1,65 2,14 1,68 1,83 1,83
94 1,76 18 Radar dan satelit
2,54 2,10 1,00 1,19 2,45 1,68 1,93 2,00 101 1,78
Rata-rata 2,51 2,04 1,20 1,78 2,28 1,59 1,89 1,92 144 1,86
Tabel 16 Total dan rata-rata Kinerja dan Kepentingan berdasarkan Faktor Kunci MCS Nasional
Kinerja Kepentingan
No Faktor Kunci
Total Rata-Rata
Total Rata-Rata
1 Lisensi IZIN 1.785
2.55 362
2.09 2 Legislasi UUPP
523 2.19
1.246 2.44
3 Koordinasi antar lembaga
COORD 203
1.94 3.668
2.79 4 Pelatihan MCS DIKLAT
126 1.83
6.539 3.00
5 Prosedur inspeksi dan boarding
INSBRD 256
2.00 3.389
2.76 Tabel 15 Lanjutan
114 Table16 Lanjutan
6 Program observer OBSRV 98
1.77 6.458
2.99
7 Sistem perencanaan data dan MCS
PLNCDB 116
1.81 4.561
2.87
8 Pembagian wewenang pusat dan
daerah CENTOTM 198
1.94 7.943
3.07 9 Kapasitas di laut SEACAP
24 1.48
16.602 3.37
10 Pengawasan udara AIRSURV 39
1.58 10.978
3.20 11 Identifikasi kapal VESSID
88 1.75
5.383 2.93
12 Laporan boarding BRDREP 67
1.69 9.157
3.13 13 Laporan movement MOVE
173 1.90
5.335 2.92
14 Penggunaan VMS VMSUSE 211
1.95 4.077
2.83
15 Pengawasan pantai coast guard
dan POKWASMAS PMWCG 242
1.99 2.057
2.60 16 Penyidik perikanan PPNS SIDIK
114 1.81
6.536 3.00
17 Alat komunikasi ALKOM 94
1.76 7.177
3.03 18 Radar dan Satelit RADSAT
101 1.78
6.035 2.97
Jumlah 4.459
34 107.504
52 Rata-rata
144 1.86
4.635 2.87
Dari analisis data-data di atas, didapatkan bahwa faktor kunci MCS nasional yang berada di atas nilai rata-rata dalam hal kinerja hanyalah faktor lisensi,
sedangkan dalam hal kepentingannya faktor lisensi ini masih berada di bawah nilai rata-rata, hal ini menunjukkan bahwa stakeholders telah melaksanakan lisensi ini
namun masih hanya sebatas prosedural. Dalam hal kepentingannya, faktor kunci MCS pada umumnya telah berada di atas nilai rata-rata, kecuali faktor kunci legislasi
dan lisensi. Hal ini menunjukkan pula bahwa masih perlu pembenahan dalam hal legislasi MCS di Indonesia.
115
OBSV SIDIK
INSBRD RADSAT
ALKOM VESSID
CENTOTM PLNCBD
COORD MOVE
VMSUSE INSBRD
PWMCG UUPP
IZIN BRDREP
AIRSURV SEACAP
1,00 1,10
1,20 1,30
1,40 1,50
1,60 1,70
1,80 1,90
2,00 2,10
2,20 2,30
2,40 2,50
2,60 2,70
2,80 2,90
3,00 3,10
3,20 3,30
3,40 3,50
3,60 3,70
3,80 3,90
4,00
1,00 1,10 1,20 1,30 1,40 1,50 1,60 1,70 1,80 1,90 2,00 2,10 2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 2,80 2,90 3,00 3,10 3,20 3,30 3,40 3,50 3,60 3,70 3,80 3,90 4,00
Kinerja Pelaksanaan Tingkat Kepentingan
Tingkat kepentingan MCS di Indonesia tertera dalam Gambar 10. Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa hampir semua faktor- faktor MCS mempunyai tingkat
kepentingan di atas garis median 2,5, kecuali untuk dua faktor yaitu UUPP legislasi dan perizinan. Namun, dari segi kinerja, faktor perizinan memiliki kinerja
pelaksanaan MCS yang lebih baik 2,5 dibandingkan dengan faktor lainnya, hal ini menunjukkan pula bahwa pelaksanaan faktor perizinan masih bersifat prosedural.
Gambar 10. Tingkat kepentingan faktor-faktor kunci MCS
Faktor-faktor kunci MCS yang mempengaruhi kinerja MCS dan tingkat kepentingan MCS nasional dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Identifikasi faktor kunci yang mempengaruhi kinerja dan tingkat kepentingan MCS Indonesia
1 Aspek Lisensi atau Perizinan No Identifikasi faktor
1 Pengurusan perizinan usaha perikanan
2 Pemalsuan perizinan
116 3
Penataan perizinan oleh pemerintah daerah 4
Pengawasan perizinan yang melekat di setiap kapal dan yang selalu berada di kapal 5
Luasan cakupan usaha perizinan keaslian dokumen, masa berlaku izin, dan lain- lain 6
Sistem pencatatan, pendataan dan pengawasan perizinan kapal 7
Pemalsuan dokumen Surat Penangkapan Ikan SPI 8
Kelengkapan dokumen yang dimiliki pengusahanelayan 9
Proses perizinan satu atap 10 Kejelasan dan ketegasan pembagian wewenang dan operasional perizinan pusat dan
daerah
2 Aspek Legislasi atau Peraturan Pemerintah
No Identifikasi faktor 1
Konflik perbatasan wilayah dengan negara tetangga UU belum jelas 2
Perundangan dan peraturan daerah yang memadai sebagai landasan pelaksanaan MCS 3
UU perikanan mengenai kelembagaan pengawasan maupun kewenangan 4
Sinkronisasi antara UU Perikanan dengan UU lainnya 5
Pemahaman mengenai UU Perikanan dan UU lainnya 6
Sinkronisasi UU, peraturan antara pusat dan daerah 7
Pelaksanaan UU dan peraturan yang ada 8
Penyebarluasan atau penjelasan dan pengumuman mengenai peraturan
3 Aspek Pelatihan SDM
No Identifikasi fakor 1
Sumberdaya manusia yang memahami sistem MCS 2
Lembaga khusus di daerah atau nasional yang menangani pengembangan SDM bidang MCS
Tabel 17 Lanjutan
117 Tabel 17 Lanjutan
3 MCS mencakup multi aspek sehingga diperlukan aneksasi sistem yang sudah ada
4 Kemampuan trainer nasional yang terakreditasi secara internasional dalam semua
bidang MCS
4 Aspek Koordinasi Antar Lembaga No Lembaga yang dapat melakukan koordinasi terhadap semua unsur yang
berperan dalam penerapan MCS 1
Kesamaan persepsi di antara berbagai lembaga mengenai pelaksanaan MCS 2
Jumlah lembaga terkait sangat banyak, membutuhkan sistem kelembagaan dan pembagian tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab terpadu
3 Jumlah lembaga yang banyak membutuhkan jangka waktu yang tidak singkat
untuk setiap kegiatan operasional dan koordinasi 4
Luasnya cakupan kegiatan pelaksanaan MCS memerlukan koordinasi segala lini 5
Laporan dengan jumlah lembaga yang banyak membutuhkan sistem informasi dan manajemen terpadu, efektif dan efisien
6 Inspeksi dan patroli pengawasan membutuhkan kelembagaan khusus di bidang
hukum, penyidikan, pengawasan patroli dan ekspor impor agar tidak merugikan negara
7 Penegakan hukum di laut tidak mungkin diwujudkan oleh satu instansi tanpa
keterlibatan instansi yang berwenang lainnya 8
Sistem penegakan hukum di laut seharusnya dibangun dengan prinsip mensinergikan semua potensi kekuatan nasional yang ada
5 Aspek Prosedur Inspeksi dan Boarding
No Identifikasi faktor 1
Kemampuan inspeksi di la ut 2
Infrastruktur, sarana dan prasarana 3
Jumlah pengawas dan penerapan Log Book Perikanan LBP dan Lembar Laik Operasi LLO
118 Tabel 17 Lanjutan
4 Kemampuan SDM pengawas LBP dan LLO yang masih perlu ditingkatkan
5 Pemahaman nelayanpemilik perahu mengenai pentingnya penerapan LBP dan
LLO 6
Kesadaran nelayanpengusaha untuk menerapkan LBP dan LLO 7
Kemampuan petugas untuk inspeksi di kapal atau di laut 8
Karakteristik perizinan usaha perikanan yang melekat di setiap kapal perikanan dan harus selalu berada di kapal membutuhkan inspeksi di darat dan di laut.
6 Aspek Pelaksanaan Program observerPenyidik Perikanan PPNS dan TNI AL
No Identifikasi faktor 1
Terbatasnya sarana, prasarana dan SDM dalam pelaksanaan penyidikan pelanggaran kelautan
2 Penya lahgunaan wewenang oleh aparat yang melakukan penyidikan terhadap
pelanggaran di laut 3
Sistem pengawasan yang perlu melibatkan peran aktif masyarakat 4
Sistem pengawasan yang perlu melibatkan peran aktif masyarakat jumlahnya masih terbatas belum di semua pusat kegiatan perikanan telah ditetapkan
pengawasan perikanan
5 Belum semua zona konservasi, pesisir dan pulau-pulau kecil mempunyai
pengawas 6
Kapasitas SDM pengawas yang ada masih perlu ditingkatkan 7
Inspeksi, patroli, penyidik dan pengawasan membutuhkan kelembagaan khusus menyangkut bidang hukum, penyidikan, pengawasan patroli dan ekspor- impor
agar kegiatan tersebut tidak merugikan negara
8 Penegakan hukum di laut tidak mungkin diwujudkan dan ditangani oleh satu
instansi tanpa keterlibatan instansi yang berwenang lainnya dan harus dibangun dengan prinsip mensinergikan semua potensi kekuatan nasional yang ada
9 Karakteristik perikanan dan kelautan yang memerlukan program observer di
darat dan di laut
119 7
Aspek Sistem Perencanaan dan Pendataan Sektor Perikanan dan Kelautan No Identifikasi faktor
1 Verifikasi data dan keakuratan data yang ada pada saat ini
2 Pembaharuan data tidak dilakukan secara terus menerus
3 Belum semua wilayah memiliki sistem komputerisasi
4 Aksesbilitas informasi dan tekno logi
5 Jumlah lembaga yang terkait sangat banyak membutuhkan sistem kelembagaan
dan pembagian tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab terpadu 6
Jumlah lembaga yang banyak membutuhkan jangka waktu yang tidak singkat untuk setiap kegiatan operasional dan koordinasi
7 Luasnya cakupan kegiatan pelaksanaan MCS memerlukan koordinasi segala lini
8 Pelaporan dengan jumlah lembaga yang banyak membutuhkan sistem informasi
dan manajemen terpadu, efektif dan efisien
9 Program komputerisasi data base masih terbatas pada pelabuhan tertentu
10 Jumlah operator komputer masih kurang dan kemampuannya masih terbatas 11 Sistem kelembagaan, sarana dan prasarana CDB
12 Pemahaman pihak pelabuhan dalam pelaksanaan Kepmen No. 29 2003 13 Penolakan pihak pelabuhan karena menyangkut tanggung jawab yang harus
dipikul dan melaksanakan ancamannya
8 Aspek pembagian wewenang pusat dan daerah
No Identifikasi faktor
1 Kemampuan dalam mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara
bertanggung jawab 2
Keterbatasan penataan perijinan, yang merupakan cikal bakal terjadinya suatu pelanggaran
3 Kurangnya armada sarana dan prasarana pengawasan yang tangguh di
lapangan 4
Masih terbatasnya sarana dan prasarana serta fasilitas pengawasan di daerah Tabel 17 Lanjutan
120 Tabel 17 Lanjutan
5 Belum optimalnya kewenangan pengawasan sumberdaya perikanan dan
kelautan di daerah 6
Belum berkembangnya lembaga pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan daerah
7 Kurangnya tenaga pengawas perikanan
8 Kejelasan dan ketegasan pembagian wewenang dan operasional perijinan pusat
daerah yang belum sepenuhnya ditindak lanjuti pejabat berwenang daerah
9 Aspek kapasitas di laut
No Identifikasi faktor
1 Jumlah kapal patroli pengawas baru pada kawasan strategi penangkapan ikan
2 Penempatan kapal pengawas pendukung di luar kawasan strategis terutama di
daerah pesisir, pulau-pulau kecil, kawasan konservasi dan daerah perbatasan 3
Penempatan kapal patroli terbatas di daerah strategis, di pelabuhan utama, sulit mencapai wilayah terpencil dan perbatasan
4 Umumnya pengawasan dilakukan oleh TNI AL, tenaga pengawas DKP masih
terbatas 5
Infrastruktur sarana dan prasarana surveillance 6
Pengelolaan dan konservasi sumberdaya laut pencemaran laut dan penggunaan alat penangkapan ikan yang merusak lingkungan laut
10 Aspek pengawasan melalui udara
No Identifikasi faktor
1 Jangkauan pengawasan MSA dan radar pantai
2 Jumlah radar pantai Maritime Surveillance Aircraft MSA
3 Biaya investasi dan operasi MSA dan radar pantai
4 Jumlah SDM dalam bidang operasi MSA dan radar pantai
5 Kapasitas kelembagaan MSA dan radar pantai
121 Tabel 17 Lanjutan
6 Sarana dan prasarana pengawasan
7 Biaya pengadaan pesawat dan radar pantai
8 Kerjasama dengan TNI AU untuk melihat kondisi perairan darat atas untuk
mendeteksi pelanggaran
11 Aspek identifikasi terhadap kapal
No Identifikasi faktor 1
Keterbatasan dalam pelaksanaan pemasangan identitas kapal 2
Rendahnya respon atau minat pemilik kapal penangkap ikan untuk pemasangan VMS
3 Ketakutan pengusaha akan adanya pembebanan terhadap pemasangan
transmitter di kapalnya
4 Pengusaha menganggap dalam jangka pendek pemasangan transmitter tidak ada
manfaatnya 5
Pengusaha takut adanya tambahan pungutan lagi apabila ada pendaftaran identifikasi alat
6 Pengusaha keberatan apabila kegiatan kapalnya diawasi
7 Penolakan pihak pelabuhan untuk identifikasi kapal karena menyangkut
tanggung jawab yang harus dipikul dan melaksanakan ancamannya 8
Tingkat pemasangan transmitter terhadap jumlah kapal yang berpangkalan masih belum merata untuk setiap pelabuhan
9 Lemahnya sistem identifikasi perahukapal yang menurut peraturan perundang-
undangan tidak diwajibkan untuk memiliki ijin, padahal jumlahnya besar
12 Aspek laporan boarding
No Identifikasi faktor 1
Jumlah pengawas dalam penerapan LBP dan LLO 2
Kemampuan SDM pengawas LBP dan LLO yang masih perlu ditingkatkan
122 Tabel 17 Lanjutan
3 Pemahaman nelayan pemilik perahu mengenai pentingnya penerapan LBP dan
LLO 4
Kesadaran nelayan dan pengusaha untuk menerapkan LBP dan LLO secara benar 5
Pelaksanaan kewenangan pelabuhan belum maksimal, termasuk dalam pelaksanaan ancaman pelanggaran
6 Penggunaan Log Book belum diterapkan secara benar oleh nelayan
13 Aspek aktivitas Pokwasmas dan Coast Guard
No Identifikasi faktor
1 Belum adanya pasukan pengawas pantai di Indonesia
2 Jumlah pantai yang perlu dijaga dan diawasi sangat luas dan dalam
3 Pengawasan pantai mengandalkan sistem pengawasan kelompok masyarakat
4 Sistem pengawasan yang perlu melibatkan peran aktif masyarakat belum
merata untuk seluruh wilayah 5
Sistem pengawasan yang perlu melibatkan peran aktif masyarakat jumlahnya masih terbatas
6 Sistem komunikasi dan koordinasi antar kelompok pengawas masyarakat antar
lokasi atau wilayah belum terpadu
14 Aspek Laporan Movement dan Pergerakan
No Identifikasi faktor
1 Masih terbatasnya jumlah alat alkom hanya di pelabuhan perikanan dan
tempat pendaratan dan tidak merata 2
Alat komunikasi hanya fokus untuk pengawasan perikanan, belum mencakup aspek lainnya
3 Perlunya penambahan jumlah operator alkom dan perlunya peningkatan
kapasitas SDM alkom 4
Mahalnya sarana pengawasan penggunaan radar satelit untuk pemantauan
123 Tabel 17 Lanjutan
5 Kesadaran pengusaha pemilik kapal untuk memberikan laporan movement
secara benar 6
Keterbatasan dalam pelaksanaan pemasangan transmitter kapal 7
Ketakutan pengusaha akan adanya pembebanan terhadap pemasangan transmitter
di kapalnya 8
Pengusaha menganggap dalam jangka pendek pemasangan transmitter tidak ada manfaatnya
9 Pengusaha takut adanya tambahan pungutan lagi apabila ada pendaftaran
identifikasi kapal 10
Pengusaha keberatan apabila kegiatan kapalnya diawasi 11
Penolakan pihak pelabuhan identifikasi kapal karena menyangkut tanggung jawab yang harus dipikul dan melaksanakan ancamannya
12 Tingkat pemasangan transmitter terhadap jumlah kapal yang berpangkalan
masih belum merata untuk setiap pelabuhan
15 Aspek penggunaan VMS
No Identifikasi faktor
1 Keterbatasan dalam pelaksanaan Vessel Monitoring System VMS
2 Respon atau minat dari para pemilik kapal penangkap ikan untuk pemasangan
VMS 3
Ketakutan pengusaha akan adanya pembebanan terhadap pemasangan VMS di alatnya, karena biaya pemasangan VMS mahal
4 Pengusaha menganggap dalam jangka pendek pemasangan transmitter untuk
VMS tidak ada manfaatnya
5 Penilaian pengusaha terhadap VMS hanya bermanfaat dari sisi pemerintah
dalam mengawasi kapal perikanan 6
Pengusaha takut adanya tambahan pungutan lagi di VMS karena di daerah sudah banyak pungutan
7 Pengusaha keberatan apabila kegiatan kapalnya diawasi melalui VMS
124 Tabel 17 La njutan
8 Penolakan pihak pelabuhan dengan VMS karena menyangkut tanggung jawab
yang harus dipikul dan melaksanakan ancamannya 9
Tingkat pemasangan VMS terhadap jumlah kapal yang berpangkalan masih belum merata untuk setiap pelabuhan
10 Belum ada koordinasi dengan pihak luar negeri menyangkut VMS, sehingga
sering muncul masalah dengan kapal perikanan asing dan kapal berbendera asing
16 Aspek penyidik perikanan dan PPNS
No Identifikasi faktor
1 Belum di semua pusat kegiatan perikanan telah ditempatkan dan belum semua
zona konservasi, pesisir, dan pulau-pulau kecil mempunyai pengawas 2
Kapasitas SDM pengawas yang masih perlu ditingkatkan 3
Pelaporan dengan jumlah lembaga yang banyak membutuhkan sistem informasi dan manajemen terpadu efektif dan efisien
4 Inspeksi dan patroli pengawasan membutuhkan kelembagaan khusus
menyangkut bidang hukum, penyidikan, pengawasan, patroli dan ekspor impor agar kegiatan tersebut tidak merugikan negara Indonesia
17 Aspek penggunaan alat komunikasi
No Identifikasi faktor
1 Masih terbatasnya jumlah alkom hanya di pelabuhan perikanan dan tempat
pendaratan sehingga belum merata untuk seluruh wilayah Indonesia
2 Alat komunikasi hanya fokus untuk pengawasan perikanan belum mencakup
aspek lainnya 3
Perlunya penambahan jumlah operator alkom dan peningkatan kapasitas SDM alkom
4 Perlunya peningkatan kapasitas SDM alkom
5 Pelaporan dengan jumlah lembaga yang banyak membutuhkan sistem
informasi dan manajemen yang terpadu efektif dan efisien
125 Tabel 17 Lanjutan
6 Inspeksi dan patroli pengawasan membutuhkan kelembagaan khusus
menyangkut bidang hukum, penyidikan, pengawasan, patroli dan ekspor impor agar kegiatan tersebut tidak merugikan negara
18 Aspek penggunaan Radar dan Satelit
No Identifikasi faktor
1 Mahalnya sarana pengawasan, penggunaan radar satelit untuk pemantauan
2 Pengawasan dengan penggunaan radar satelit yang ada sekarang baru tiga kali
seminggu, seharusnya setiap hari 3
Daerah operasi radar satelit yang ada baru pada laut Arafuru 4
Terbatasnya jumlah radar pantai 5
Terbatasnya jangkauan pengawasan radar pantai 6
Mahalnya biaya investasi dan operasi radar pantai 7
Kurangnya jumlah SDM dalam bidang operasi radar pantai 8
Lemahnya kapasitas kelembagaan radar pantai