Perbandingan MCS Antar Negara dan Posisi Indonesia
105 Tabel 13 Hasil Analisis Perbandingan Landasan Operasional MCS Berbagai Negara di Dunia
Aspek Landasan Operasional MCS yang Dievaluasi
No Negara
Lisensi Legislasi Identifikasi
Kapal Koordinasi
Antar Lembaga
Prosedur Inspeksi
dan Boarding
Program Observer
Penggunaan VMS
Jumlah Rata2
1 Bangladesh
2 2
2 1
1 1
2 11
1.57 2
Kamboja 1
2 1
1 2
1 1
9 1.29
3 India
2 2
2 2
3 2
2 15
2.14 4
Indonesia 2
2 3
2 2
3 3
17 2.43
5 Malaysia
3 3
3 2
3 3
3 20
2.86 6
Maladewa 1
2 3
2 2
1 2
13 1.86
7 Myanmar
2 2
2 2
2 1
1 12
1.71 8
Philipina 2
2 2
1 2
1 2
12 1.71
9 Sri Lanka
2 2
2 2
2 1
1 12
1.71 10 Thailand
1 1
2 1
3 2
2 12
1.71
106 11 Vietnam
2 2
2 1
2 1
1 11
1.57 12 Inggris
4 4
4 4
4 3
4 27
3.86 13 Argentina
3 2
2 3
3 3
4 20
2.86 14 Perancis
3 3
3 4
3 3
4 23
3.29 15 USA
3 4
4 4
3 4
4 26
3.71 16 Australia
3 3
3 4
3 3
4 23
3.29 17 Kanada
3 3
3 4
3 4
4 24
3.43 18 Jepang
3 3
4 4
4 4
4 26
3.71 19 Namibia
2 2
2 3
3 3
3 18
2.57 20 Norwegia
3 3
3 2
3 3
4 21
3.00 21 Mozambiq
2 2
2 3
2 2
3 16
2.29 22
South Africa
2 2
3 2
2 3
3 17
2.43 23
Northwest Africa
2 2
3 2
2 2
3 16
2.29 24 SARDC
2 2
3 2
2 3
3 17
2.43 Tabel 13 Lanjutan
107 Jumlah
55 57
63 58
61 57
67 418
59.71 Rata2
2.29 2.38
2.63 2.42
2.54 2.38
2.79 17.42
2.49
Sumber : Flewwelling 2003 dan FAO 2003 dan FAO 2004 diolah
Catatan : Flewwelling 2003 hanya mengevaluasi untuk negara-negara Asia Selatan 11 Negara; Evaluasi untuk negara lainnya 13
negara berdasarkan hasil penelitian FAO dan dilakukan evaluasi skoring oleh penulis berdasarkan hasil wawancara. Table 13 Lanjutan
108 Sedangkan hasil perbandingan pelaksanaan MCS berbagai negara di dunia dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Hasil Perbandingan Pelaksanaan MCS Berbagai Negara di Dunia
Aspek Pelaksanaan MCS Yang Dievaluasi
No Negara
Kapasitas di Laut
Laporan Boarding
Laporan Movement
Pengawasan Udara
Diklat MCS
Perencanaan Data dan MCS
Jumlah Rata2
1 Bangladesh
1 1
1 1
2 2
8 1.33
2 Kamboja
1 1
1 1
2 1
7 1.17
3 India
3 2
1 2
2 2
12 2.00
4 Indonesia
2 2
2 2
3 3
14 2.33
5 Malaysia
3 3
2 3
2 3
16 2.67
6 Maladewa
3 2
2 2
2 1
12 2.00
7 Myanmar
1 1
1 1
2 1
7 1.17
8 Philipina
2 1
1 1
2 2
9 1.50
109 9
Sri Lanka 2
1 1
1 2
1 8
1.33 10
Thailand 3
2 2
3 2
2 14
2.33 11
Vietnam 2
1 1
1 2
1 8
1.33 12
Inggris 3
4 3
4 4
4 22
3.67 13
Argentina 3
4 3
2 4
3 19
3.17 14
Perancis 4
3 3
3 4
4 21
3.50 15
USA 3
3 3
4 4
4 21
3.50 16
Australia 3
3 3
3 4
4 20
3.33 17
Kanada 4
3 3
4 4
4 22
3.67 18
Jepang 3
3 3
3 4
4 20
3.33 19
Namibia 2
3 3
2 3
3 16
2.67 20
Nourwegia 3
3 3
2 3
4 18
3.00 21
Mozambiq 2
2 2
2 3
2 13
2.17 22
South Africa 2
2 2
2 3
2 13
2.17 23
NW Africa 2
2 2
2 2
2 12
2.00 Tabel 14 Lanjutan
110 24
SARDC 2
2 2
2 2
2 12
2.00 Jumlah
59 54
50 53
67 61
344 57.33
Rata2 2.46
2.25 2.08
2.21 2.79
2.54 14.33
2.39 Sumber :
Flewwelling 2003 dan FAO 2003 dan FAO 2004 diolah Catatan :
Flewwelling 2003 hanya mengevaluasi untuk negara-negara Asia Selatan 11 Negara; Evaluasi untuk negara lainnya 13 negara berdasarkan hasil penelitian FAO dan dilakukan evaluasi skoring oleh penulis berdasarkan hasil wawancara.
Tabel 14 Lanjutan
111
Gambar 1. Posisi Indonesia Diantara 24 Negara Yang Menerapkan MCS
Kamboja Myanmar Bangladesh; Vietnam
Srilanka Philippina
Maladewa India
NW Africa SADC
Mozambiq South Africa
Indonesia Thailand
Namibia Malaysia
Argentina Norwegia
Australia Jepang
Perancis Kanada
USA Ingris
1,00 1,25
1,50 1,75
2,00 2,25
2,50 2,75
3,00 3,25
3,50 3,75
4,00
1,00 1,25
1,50 1,75
2,00 2,25
2,50 2,75
3,00 3,25
3,50 3,75
4,00 Pelaksanaan MCS
Landasan Operasional MCS
Hasil analisis perbandingan landasan operasional dan pelaksanaan MCS Indonesia dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Landasan operasional dan Pelaksanaan MCS Indonesia Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa posisi Indonesia berada pada
posisi Kuadran II, bersama-sama dengan Thailand, India dan Maladewa. Negara- negara yang berada pada Kuadran IV diantaranya adalah Malaysia Australia, Kanada,
Namibia, Norwegia, Argentina, Perancis, Jepang, Amerika Serikat dan Inggris. Malaysia, Thailand dan Australia adalah tiga negara yang berbatasan dengan
Indonesia. Keunggulan Malaysia dibandingkan Indonesia adalah Malaysia telah mengikuti standarisasi sertifikasi ISO 9000 dan mempunyai armada perikanan sendiri
yang meliputi kemampuan pengawasan di wilayah pesisir dan di laut dalam. Armada patroli Malaysia diperkirakan lebih dari 60 kapal dengan penyewaan pengawasan
udara meliputi taman laut, area perbatasan dan gangguan asing. Mengamati posisi Indonesia sesuai Gambar 9 dan perbandingan dengan
Malaysia, Thailand dan Australia sebagai negara terdekat , maka berdasarkan analisis perbandingan ini, strategi yang diterapkan oleh Indonesia adalah meningkatkan
kinerja operasional sehingga memperoleh sertifikat internasional seperti yang dilakukan oleh Malaysia dan membangun kinerja operasional sehingga mampu
mengimbangi negara-negara lain. Dalam hal khusus, disamping perlunya otoritas penuh berada di suatu Instansi, Indonesia perlu memiliki Coast Guard seperti di
III
I IV
II
112 Kanada, Malaysia, Amerika Serikat dan beberapa negara lain yang merupakan semi
militer. Flewwelling et al 2003 menyatakan bahwa efektivitas operasi MCS perikanan dapat ditingkatkan apabila institusi tunggal berperan memimpin aktivitas
tersebut. Hal ini akan secara signifikan mereduksi lintasan komunikasi untuk command and control
dari komponen monitoring dan surveillance, sehingga lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan manajemen. MCS yang efektif
membutuhkan mekanisme kontrol antar institusi yang kuat, sehingga institusi lain yang terkait harus berperan aktif untuk mendukungnya.