Sistem, model dan simulasi.

19 pengembangan kerangka sistematis guna menjelaskan hubungan-hubungan umum dalam alam dan sistem buatan. Kebutuhan akan kehadiran teori umum mengenai sistem akibat adanya masalah komunikasi di sejumlah disiplin ilmu. Meski metode ilmiah memungkinkan kesamaan dalam hal pendekatan yang digunakan, tetapi hasilnya sulit dikomunikasikan dengan menembus batas masing- masing disiplin ilmu Marimin 2004; Gates 2000; Honeycutt 2000; Jackson 2000; Midgley 2000; Eriyatno 1999; Blanchard 1998; Kaha ner 1996; Coyle 1996; Underwood 1994; Blanchard Fabrycky 1981. Suatu pendekatan terhadap kerangka yang tertata dilakukan dengan penyusunan struktur hierarki jenjang kompleksitas bagi unit-unit dasar perilaku dalam berbagai bidang permintaan. Sebuah hierarki jenjang dapat mengarahkan pada pendekatan sistem dalam sistem-sistem yang memiliki aplikasi luas. Salah satu contoh hierarki yang diformulasikan oleh K. Boulding adalah sebagai berikut Jackson 2000: 1 Tingkat struktur statis atau kerangka framework, meliputi geografi dan anatomi alam semesta. 2 Tingkat sistem dinamis sederhana seperti clockworks, mencakup segmen penting ilmu kimia, fisika dan pengetahuan keteknikan. 3 Tingkat thermostat atau sistem cybernetics, mencakup transmisi dan interpretasi informasi. 4 Tingkat sel, mencakup struktur yang mampu bekerja sendiri self maintaining atau sistem terbuka yang mewadahi kehidupan tahap awal. 5 Tingkat tumbuh-tumbuhan, dengan struktur genetik yang membentuk dunia botani. 6 Tingkat binatang, mencakup mobilitas, perilaku teleological dan kesiagaan diri. 7 Tingkat manusia, mencakup kesadaran diri, serta kemampuan memproduksi, menyerap dan menerjemahkan lambang-lambang. 8 Tingkat organisasi sosial, yang mempertimbangkan isi dan arti pesan, sistem tata nilai, transkripsi citra dalam rekaman sejarah, seni, musik, puisi maupun kerumitan emosi manusia. 20 9 Tingkat sulit diketahui unknowable, yang struktur dan hubungannya mungkin bisa dilukiskan secara postulat tetapi belum bisa terjawab tuntas. Hierarki menurut Boulding paling banyak anggotanya. Sistem statis dapat dijumpai dimana-mana dan kelompok ini menyediakan dasar bagi analisis dan pembentukan sistem yang tingkatannya lebih tinggi. Sistem dinamis dengan hasil yang telah ditetapkan terlebih dahulu, banyak dijumpai di lingkungan ilmu pengetahuan alam. Model dapat dijumpai di jenjang yang lebih tinggi seperti cybernetics, terutama dalam bentuk sistem tertutup. Teori sistem umum atau GST berhasil menyediakan suatu kerangka umum, yang memungkinkan tiap disiplin ilmu berkontribus i. Hal ini memungkinkan para ilmuwan membandingkan konsep dan temuan yang memiliki kemiripan, akibat adanya peluang komunikasi lintas disiplin ilmu.

2.1.4 Desain rancang bangun atau rekayasa sistem 1

Analisis kebutuhan dan identifikasi sistem Persiapan awal yang harus dilakukan sebelum rekayasa suatu sistem adalah analisis kebutuhan dan identifikasi sistem. Analisis kebutuhan merupakan tahap paling dini dan dilakukan dengan mengumpulkan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh fungsi suatu sistem. Pengumpulan kebutuhan akan fungsi sistem tersebut dilakukan melalui wawancara terhadap manajer, administrator, distributor hasil sistem, pengguna hasil sistem dan terutama perancang sistem tersebut. Berdasarkan daftar kebutuhan tersebut, dilakukan identifikasi sistem. Pada hakikatnya, identifikasi sistem adalah upaya menghubungkan antara kebutuhan- kebutuhan dengan kemampuan suatu sistem memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, yang dilakukan dengan jalan menetapkan ukuran-ukuran kuantitatif pada peubah dan sekaligus juga menetapkan kendala-kendala yang mungkin timbul. Berdasarkan analisis kebutuhan dan identifikasi sistem, dilakukan analisis sistem. 2 Analisis sistem Aspek pengambilan keputusan dalam ilmu sistem, dipengaruhi oleh teknik pembuatan model dan sangat tergantung pada pendekatan kuantitatif yang digunakan dan menuntut perhitungan resiko serta ketidakpastian. Seorang analis sistem harus 21 merekomendasikan keputusan dalam berbagai tahapan pencapaian fungsi mereka dan hasil keputusan tersebut pada umumnya memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja dan efektivitas sistem. Apapun tujuan maupun masalah yang diharapkan dapat diselesaikan, seorang analis sistem harus memulai sejumlah tindakan dan menjalani proses analis tertentu yang dapat menjamin semua faktor yang diperlukan telah dipertimbangkan sesuai dengan metodologi dan logika sistem. Proses analisis sistem diawali dengan penetapan masalah. Langkah awal dari setiap analisis sistem dimulai dengan klarifikasi tujuan, penetapan masalah pokok dan pembatasan masalah sehingga persoalan pokoknya dapat diteliti secara efisien dan tepat waktu. Dalam berbagai kejadian, masalah yang dihadapi biasanya terlihat amat besar dan perumusan definisi masalah tersebut secara akurat menjadi bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses. Namun tanpa definisi masalah secara jelas dan akurat, sulit dihasilkan hasil analisis yang berarti. Langkah kedua setelah pendefinisian masalah adalah identifikasi pilihan- pilihan penyelesaian yang layak. Seluruh kemungkinan penyelesaian harus dipertimbangkan dan semakin banyak alternatifnya semakin rumit pula proses analisis berlangsung. Seluruh alternatif yang tersedia harus didaftar guna menghindarkan kesalahan yang tidak diharapkan, baru kemudian diseleksi dan disingkirkan jika memang benar-benar bukan pilihan yang cukup layak sehingga tersisa hanya kemungkinan-kemungkinan penyelesaian yang paling besar peluangnya. Ketiga, penetapan kriteria evaluasi, yang parameternya harus berkaitan secara langsung dengan persoalan pokok yang akan diselesaikan. Kriteria yang digunakan dalam proses evaluasi bisa bervariasi, tergantung pada definisi masalah dan tingkat maupun kerumitan analisis yang dilakukan. Misalnya pada tingkat sistem, parameter yang paling penting meliputi efektivitas biaya, efektivitas logistik dan peluang operasional. Keempat, sesudah pemilihan kriteria evaluasi, analisis sistem harus menerapkan teknik pemodelan. Prosesnya merupakan aplikasi teknik analitis dalam bentuk model atau serangkaian model. Bentuk modelnya bisa sederhana atau rumit, sarat matematis atau bukan matematis, dapat diimplementasikan secara manual atau dengan komputasi. Besar atau kecilnya model sangat ditentukan oleh definisi