99 dibuat di tingkat daerah untuk pemberdayaan sektor kelautan pesisir dan perikanan.
Indonesia melalui COREMAP mempunyai keinginan untuk mengembangkan kemampuan MCS pesisir dengan menggunakan kapal-kapal, personel berbasis darat
dan radar pantai untuk cakupan wilayah lokal Flewwelling 2001. Tidak ada negara yang mempunyai laporan inspeksi dan pendaratan yang
lengkap, mengadakan inspeksi peralatan perikanan, mengadakan inspeksi pelabuhan, atau perkiraan penangkapan ikan yang di-cross-check dengan logbooks atau laporan
penangkapan. Hal ini merupakan aktivitas yang kritis dalam pelaksanaan MCS untuk mengembangkan sistem manajemen data.
4.4.6 Vessel Monitoring System
Penggunaan jalur satelitsistem monitoring kapal VMS dan citra satelit merupakan dua teknologi baru yang dapat digunakan lebih efektif untuk MCS
perikanan. VMS merupakan instrumen yang dapat mengawasi kapal yang berlisensi,
tetapi tidak dapat berfungsi terhadap kapal yang tidak berlisensi. VMS dengan
peralatan lain, seperti citra satelit dapat memberikan foto semua kapal dan kemudian mengidentifikasi kapal-kapal yang tidak mempunyai transponder, dan karenanya
dapat diidentifikasikan dan memungkinkan untuk diperiksa. Sistem ini masih dalam tahap percobaan tetapi diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk operasional
MCS selanjutnya. Indonesia secara aktif mencoba beberapa sistem VMS dan sedapat mungkin
mengimplementasikannya untuk semua kapal dalam waktu dekat. Malaysia mempunyai sistem pilot yang menjajaki sekitar 25 masalah perkapalan. Legislasi
untuk MCS masih belum berperan dalam Hukum Perikanan Malaysia. Srilangka dengan VMS berusaha memonitor kapal-kapal Board of Investment BOI yang
melakukan bongkar muat di pelabuhan mereka. Maladewa mempunyai sistem elektronik MCS dan memiliki VMS serta citra satelit, tetapi sistem ini tidak bekerja
efektif karena kurangnya pendanaan untuk pengoperasian peralatan secara terus menerus dan kurangnya sumberdaya manusia yang terlatih.
100
4.4.7 Monitoring, Control and Surveillance Capability
Penilaian komparatif dari kemampuan MCS masing- masing negara dapat dilihat pada Tabel 12. Menurut Flewwelling 2001, penilaian ini bersifat subjektif,
dengan dasar penilaian sebagai berikut: 1 Bila tidak ada sistem, atau terdapat satu sistem tetapi tidak mempunyai
kemampuan dalam pelaksanaan MCS, diberi nilai 1 2 Bila terdapat sebagian, tetapi sistem tersebut tidak mampu dalam
pelaksanaannya, diberi nilai 2, 3 Jika terdapat sistem yang mempunyai tingkat kemampuan yang benar-benar
baik, tetapi masih memerlukan sedikit penambahan, diberi nilai 3. Tabel 12 . Penilaian komparatif kemampuan MCS masing- masing negara.
Kemampuan MCS
Bang ladesh
Kam boja
India Indo nesia
Malay sia
Mala dewa
Myan mar
Phili pina
Sri langka
Thai land
Viet nam
Legislasi
24
2 2
2 2
3 2
2 2
2 1
2 Lisensi
25
2 1
2 2
3 1
26
2 2
2
27
1 2
Kapasitas di laut
28
1 1
2 1
3 3
1 2
1 3
2 Pengawasan
perikanan dari udara
1 1
2 1
2 2
1 1
1 3
1
Identifikasi kapal
29
1 1
2 2
3 3
2 2
2 2
2 Koordinasi
antar lembaga
1 1
2 2
2 2
2 1
2 1
1
Prosedur pelabuhan
dan inspeksi
30
1 2
3 1
3 2
2 2
1 3
2
Pelatihan MCS
31
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2