Mozambique Desain sistem monitoring control and surveillance nasional dalam pembangunan kelautan Indonesia

73 Lembaga pengembangan perikanan skala kecil IDPPE Mengembangkan aturan yang lebih berpengaruh terhadap proses manajemen kerjasama Melakukan kerjasama dengan SPAPs Institut Riset Perikanan Memberikan saran tentang stok perikanan laut. Menerima dan menginter- prestasikan data penangkap- an yang diterima dari kapal Peranannya terbatas dalam MCS. Perencanaan sektor perikanan Plano Economico e Social, PES merupakan bagian dari rencana lima tahunan pemerintah, yang mempunyai tugas merestrukturisasi dan menyusun institusi MP pada tingkat pusat dan daerah sebagai berikut: 1 Implementasi sistem VMS 2 Pengembangan perencanaan dan monitoring investasi 3 Peningkatan lisensi perikanan dan biaya lainnya. 4 Mengembangkan komite co-management 5 Memperkuat dukungan organisasi dan sistem informasi terhadap perikanan skala kecil. Perencanaan pengembangan untuk MCS meliputi: 1 Revisi dan pengembangan legislasi hukum dan regulasi 2 Peningkatan modal sumberdaya manusia SPAPs DPAPs dan kapasitas operasionalnya. 3 Memperkenalkan prosedur auditing internal. Dalam melakukan pengawasan dibutuhkan kemampuan patroli maritim kapal patroli di laut dan di udara. Beberapa kapal dibutuhkan dalam hal sebagai berikut: 1 Pengawasan dan kontrol sumberdaya kelautan 2 Proteksi Table 8 Lanjutan 74 3 Penelitian dan penyelamatan 4 Logistik untuk mendukung situasi darurat 5 Memerangi polusi laut dari kapal 6 Mendukung keimigrasian Tujuan pengawasan kelautan di Mozambiq ue adalah memproteksi perikanan tuna dan udang, mengontrol perbatasan di Utara dan Selatan, pencarian dan penyelamatan di laut dan memerangi polusi di laut. Pengawasan udara membantu operasional kapal patroli sehingga menjadi lebih efisien. Kontrol pelabuhan juga dilakukan secara terus menerus. Kapal patroli dengan tipe yang berbeda digunakan untuk keperluan yang berbeda di pantai dan di laut dalam sesuai dengan karakteristik geografis perikanan. Penggunaan radar juga dapat ditambahkan sebagai peralatan yang dapat membantu memudahkan pengawasan. Kapal patroli pantai dibutuhkan sehubungan dengan strategi regulasi dan operasional perikanan. Regulasi difokuskan pada kontrol aktivitas perikanan sehingga kebutuhan terhadap kapal patroli di laut merupakan hal yang sangat vital. Karena biaya pengadaan kapal cukup mahal, maka Mozambique berusaha menggunakan sistem sewa sebelum melakukan investasi untuk pengadaan kapal patroli pantai. Departemen Kelautan Mozambique tidak mempunyai kemampuan mengoperasikan kapal patroli besar dan memerlukan dukungan untuk mengoperasikan kapal patroli kecil dengan bantuan dari angkatan lautnya. Untuk patroli pantai dibutuhkan kapal patroli cepat yang ditempatkan secara strategis di sepanjang pantai khususnya di daerah perbatasan. Untuk melengkapi pengawasan di pesisir laut juga diperlukan patroli udara dengan menggunakan pesawat yang diperoleh dengan sistem sewa. Kontrol pelabuhan yang dioperasikan secara manual cukup efektif dari segi biaya. Kontrol pra-pelayaran juga membantu untuk kegiatan inspeksi di pelabuhan. Mozambique juga tidak mempunyai radar pantai kecuali radar pelabuhan, sehingga dibutuhkan pemasangan radar dengan kisaran 50-80 mil laut yang meliputi perbatasan dari utara dan selatan. 75

4.2.12 Northwest Africa

Menurut Steele 2000, The Subregional Fisheries of Northwest Africa SRFC dibentuk dengan suatu konvensi pada tahun 1985 dan terdiri dari enam negara Cape Verde, Gambia, Guinea-Bissau, Mauritania, Senegal ditambah dengan Sierra Leone. Komisi ini bertanggung jawab terhadap sejumlah protokol dan keselarasan dengan legislasi. Selain itu juga memasang peralatan untuk kerjasama dalam aktivitas pengawasan di udara dan di laut di antara negara-negara tersebut, meskipun terdapat kekurangan dari segi pembiayaan, sehingga mengurangi efektivitas kegiatan. FAO, melalui kantornya di Dakar, memiliki fungsi memperkuat SRFC sehingga lebih memiliki otoritas dan dirasakan kehadirannya oleh negara- negara anggota. Selat benua meliputi 100 mil laut garis pantai di barat daya, yang berkembang ke tempat lain di pantai barat selain Namibia. Garis pantai masing- masing negara mempunyai panjang yang bervariasi dari 70 kilometer Gambia sampai 718 kilometer Senegal. Panjangnya garis pantai dan selat berpengaruh terhadap keperluan pengawasan. Mekanisme pengawasan dilakukan dengan memberikan lisensi kepada kapal- kapal dengan pembatasan peralatan untuk zona di luar pantai dan zona dengan tipe dan spesies ikan tertentu. Legislasi secara regional merupakan hasil dari proyek bantuan FAO, pra- lisensi inspeksi pelabuhan dilakukan oleh beberapa negara dan penandaan kapal oleh FAO dengan sinyal panggilan. Transhipping juga dimonitor, meskipun kurang efektif karena kurangnya pengawasan di laut. Fokus utama adalah penyediaan dan pembiayaan pengawasan di air dan udara untuk perikanan. Terdapat tiga pesawat yang ditempatkan di Cape Verde, Senegal dan Mauritania. Selain itu juga terdapat beberapa kapal patroli di sub wilayah, yang dioperasikan oleh berbagai negara. Penilaian pengawasan air dan udara sebagai suatu mekanisme kontrol berhadapan dengan illegal fishing. Untuk masa mendatang perlu dilakukan hal- hal yang meliputi: penguatan SRFC sebagai suatu organisasi; penyelesaian masalah terhadap interaksi dan konflik diantara pekerja dan nelayan di industri perikanan; 76 usaha yang serius dan terus menerus mengatasi illegal trawler fishing yang tidak berlisensi.

4.2.13 Afrika Selatan

Menurut Steele 2000, Afrika Selatan mempunyai potensi perikanan tiram yang cukup besar, sehingga pada tahun 1994 terjadi usaha pencarian tiram di sepanjang pantai barat daya Afrika Selatan. Dengan adanya masa transisi demokrasi, nelayan lokal ikut mengklaim produk tersebut karena selama rezim apartheid mereka tidak memiliki akses terhadap produk perikanan terutama tiram, sehingga hal ini menimbulkan konflik di antara nelayan ilegal, usaha perikanan komersial yang berlisensi dan polisi. Hal ini terjadi karena tingginya nilai tiram di pasaran internasional. Marine and Coastal Management MCM yang mempunyai kapasitas di bidang kelautan tidak memiliki kemampuan dalam menghadapi permasalahan baik terhadap kekuatan lokal maupun jaringan kriminal internasional. Dalam menghadapi peningkatan kerusakan sumberdaya alam dan pelanggaran hukum di wilayah tersebut, dibuat kebijakan usaha kerjasama yang dikenal dengan “operasi Neptuna”. Dalam implementasinya bekerja sama dengan”the South African Police Servive” SAPS dan MCM yang dibantu oleh lembaga- lembaga lainnya. Fokus Operasi Neptuna adalah terhadap perikanan ilegal di sepanjang wilayah barat daya Cape Town. Terdapat dua tujuan utama yaitu: 1 mencegah kerusakan lebih lanjut terhadap stock abalon dengan meningkatkan kemampuan penegakan hukum untuk mencegah perikanan ilegal, 2 mengawasi dengan ketat perikanan ilegal dengan melakukan usaha intelijen, melakukan penahanan dan penyitaan terhadap kapal ilegal yang ditangkap. Operasi ini juga bertujuan untuk mengurangi kejadian kriminal secara umum di wilayah tersebut. Operasi Neptuna dilakukan oleh personel kepolisian dan perikanan dengan bantuan tambaha n dari Angkatan Laut dan organisasi yang berbasis lokal seperti tenaga pemberdayaan otoritas lokal dan organisasi berbasis komunitas, Sea Watch. Personel dari area lainnya di Afrika Selatan juga turut membantu untuk mencegah perikanan ilegal. Sektor yang berbeda mempunyai pandangan yang berbeda terhadap