34 Pada tahapan ketiga dilakukan penetapan rancang bangun model berdasarkan
hasil analisis sebelumnya dengan mempertimbangkan tingkat kesesuaian model berdasarkan hasil analisis kebutuhan atau identifikasi dari wawancara dengan para
pemangku kepentingan atau stakeholders yang relevan. Tahap ketiga akan menghasilkan rancang bangun atau desain model secara deskriptif.
Tahapan keempat dari penelitian adalah melakukan verifikasi model dengan kasus perikanan tangkap. Pada tahapan ini dilakukan pengujian apakah kerangka
konseptual desain model sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Pengujian model disamping menggunakan input- input data sektor perikanan, dilakukan verifikasi
melalui pendekatan analisis expert judgment. Analisis expert judgment ini untuk mengumpulkan pendapat dan justifikasi dari calon-calon pengguna model expert dari
stakeholders terutama instansi terkait misalnya Departemen Kelautan dan Perikanan,
Asosiasi Pengusaha Perikanan, Bakorkamla, dan lain- lain. Tahapan ke lima adalah menetapkan kerangka konseptual model MCS
nasional dalam pembangunan kelautan Indonesia dan rumusan usulan kebijakan operasionalnya. Rumusan kebijakan operasional yang disusun akan menyangkut
aspek-aspek kebutuhan perangkat hukum, perangkat kelembagaan dan kebijakan operasional yang diperlukan dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan sistem
MCS kelautan nasional terpadu dalam rangka pembangunan kelautan Indonesia. Berkaitan dengan analisis terhadap identifikasi kebutuhan sistem dan
verifikasi model, disamping mengandalkan analisis expert judgment juga akan dilakukan analisis prospektif. Analisis prospektif adalah studi tentang kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Analisis prospektif dilakukan dengan menggunakan metoda wawancara untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci MCS
nasional kelautan yang mempengaruhi kondisi pembangunan kelautan dalam masa yang akan datang. Setidaknya terdapat dua hal kegunaan analisis prospektif, yaitu 1
mempersiapkan tindakan-tindakan strategis yang perlu dilakukan pada masa yang akan datang terhadap suatu kasus tertentu; dan 2 melihat atau mengetahui apakah
dibutuhkan suatu perubahan pada masa yang akan datang.
35
3.4 Pendekatan Pembahasan Hasil Analisis
Hasil analisis penelitian ini akan dibahas dan ditelaah serta disajikan dengan pendekatan kelembagaan. Hal ini berdasarkan pada kenyataan yang ada bahwa
kegiatan MCS nasional kelautan Indonesia, khususnya dalam bidang perikanan tangkap, dilaksanakan oleh institusi- institusi pemerintahan yang bersifat
kelembagaan. Masing- masing kelembagaan menjalankan kegiatan surveillance ini berdasarkan mandat hukum yang tertuang dalam Undang-Undang tentang
kelembagaan yang bersangkutan. Dapat terjadi adanya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang saling tumpang tindih. Oleh karena itu dalam pembahasan
hasil analisis perlu dilakukan pendekatan secara kelembagaan Likadja 1988; Subagyo 1993.
Disamping dengan pendekatan tersebut, dalam rangka menyusun suatu ulasan rekomendasi kebijakan operasional, akan mengarah kepada upaya untuk
mengembangkan sistem MCS nasional kelautan yang lebih terarah efektif dengan proses yang lebih ringkas efisien. Salah satu metoda pembahasan yang dapat
dipakai dalam kancah manajemen organisasi adalah benchmarking strategy. Benchmarking
patok duga merupakan proses pembelajaran dari yang terbaik. Spendolini 1992 mendefinisikan benchmarking sebagai: a continuous, systematic
process for evaluation the products, services, and work processes of organization that are recognized as representing best practices for the purpose of organizational
improvement. Analisis benchmarking berangkat dari bukti dan anggapan bahwa tidaklah
sepenuhnya benar jika dinyatakan bahwa MCS nasional yang ada sekarang sekalipun masih parsial memiliki kinerja yang buruk dan berdasarkan kasus beberapa lainnya
yang berhasil dikumpulkan data dan informasinya akan menunjukkan bahwa MCS berjalan dengan sangat baik. Oleh karenanya perlu ditarik pelajaran dari pengalaman
MCS yang berhasil, sehingga MCS nasional dalam pembangunan kelautan Indonesia mampu melakukan proses benchmarking patok duga guna meningkatkan kinerjanya
pada masa yang akan datang. Proses benchmarking patok duga merupakan suatu proses belajar dari pihak
lain yang lebih baik kinerjanya. Proses belajar ini untuk menghadirkan informasi
36 penting yang berguna untuk membangun gagasan-gagasan perbaikan yang
dibutuhkan. Sebaliknya, proses patok duga bukannya suatu proses untuk memperoleh jawaban secara mudah atau sekedar proses peniruan secara membabi buta. Jika antara
MCS dapat dilakukan patok duga terkait dengan produk dan servis maupun proses kerja, kelembagaan dan organisasinya, maka patok duga antara MCS nasional dalam
pembangunan kelautan Indonesia dapat dilaksanakan secara terpadu, efisien dan efektif.
3.4.1
Analisis tingkat kepentingan dan kinerja
Untuk pengembangan MCS Indonesia, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi faktor-faktor MCS yang berpengaruh dalam pelaksanaan MCS
kelautan. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dianggap penting oleh para ahli di bidang kelautan dan selanjutnya sistem diupayakan menghasilkan kinerja
sebaik mungkin. Oleh karena itu, perlu dilakukan “importance and performance analysis
”. 1
Metode analisis data Dalam menganalisis data penelitian digunakan metode deskriptif kualitatif –
kuantitatif. Untuk menjawab sampai sejauh mana penerapan MCS di Indonesia, maka digunakan importance and performance analysis IPA atau analisis
tingkat kepentingan dan kinerja pelaksanaan MCS. Untuk tingkat kepentingan digunakan 4 skala yang terdiri dari : 1 sangat penting diberi bobot 4; 2 penting
diberi bobot 3; 3 kurang penting diberi bobot 2; dan 4 tidak penting diberi bobot 1. Untuk kinerja digunakan 4 skala yaitu: 1 jika penilaian kinerja MCS
mempunyai kemampuan yang baik diberi bobot 4; 2 jika sistem MCS sudah memiliki kemampuan yang baik, tapi masih memerlukan sedikit tambahan,
diberi bobot 3; 3 jika sistem MCS telah ada, tapi masih belum memadai diberi bobot 2; dan 4 jika tidak ada sistem MCS atau sangat tidak memadai diberi
bobot 1. Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja,
maka dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerjanya. Tingkat kesesuaian adalah hasil
perbandingan skor kinerja dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah