Desain Model Konseptual MCS Nasional Indonesia.

148 085J.a.121972 tanggal 19 Desember 1972 dan yang sekarang telah diperbaharui sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2005. Gambar 13 Desain model konseptual MCS Nasional Indonesia Posisi MCS Indonesia Kuadran II landasan Operasional rendah dan pelaksanaan MCS rendah Tingkat Kepentingan Faktor Kunci Tingkat kepentingan yang tinggi, hanya prosedur perizinan yang memiliki kinerja baik Pengembangan Tahap 1 Melengkapi landasan operasional Pengembangan Tahap 1 Meningkatkan Kinerja Hasil analisis SWOT Strenght : 1.4147 FI 3.1252 Weaknesses : 1.7077 Opportunities : 13652 FE 3.0127 Threats : 1.6475 MODEL KONSEPTUAL MCS 7 Strategi 6 Skenario Skenario 3 1C-2D-3C-4A-5C -6A-7A Interpretasi dan tupoksi 149 Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2005 tersebut, Bakorkamla mengemban fungsi : 2 perumusan dan penetapan kebijakan umum di bidang keamanan laut. 3 koordinasi kegiatan dan pelaksanaan tugas di bidang keamanan laut yang meliputi kegiatan penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum serta pengamanan pelayaran dan pengamanan aktivitas masyarakat dan pemerintah di wilayah perairan Indonesia 4 pemberian dukungan teknis dan administrasi di bidang keamanan laut secara terpadu. Dewan Maritim Indonesia, 2006 Organisasi Bakorkamla ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang beranggotakan Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Jaksa Agung, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara, Kepala Badan Intelijen Negara serta Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2005 Struktur organisasi Bakorkamla secara konseptual cukup baik, namun dalam pelaksanaan kegiatan sebagai suatu “badan koordinasi” tidak akan cukup efektif dan solid, karena masing- masing instansi masih berjalan sendiri-sendiri. Dalam upaya terintegrasinya kegiatan dan perlu adanya perampingan kelembagaan pelaksana MCS, dipandang perlu dilakukan peleburan berbagai unsur- unsur pelaksana MCS dari berbagai instansi seperti Ditjen P2SDKP, Satpolair, armada PLP, armada Bea Cukai, aparat Imigrasi, dan lain- lain ke dalam suatu wadah Sea and Coast Guard Indonesia. TNI AL tidak dilibatkan di dalam peleburan Sea and Coast Guard Indonesia, karena secara global Coast Guard tidak melaksanakan penegakan kedaulatan negara di laut enforcing and protecting maritime sovereignty dan hal tersebut merupakan military task yang menjadi tugas dan kewenangan TNI Angkatan Laut selaku armed force. Disamping itu Sea and Coast Guard yang di dalamnya terdapat unsur militer akan menyulitkan beberapa negara yang akan 150 memberi bantuan, karena undang- undang atau sistem yang berlaku melarang mereka untuk memberikan bantuan militer kepada militer di negara lain. Dari hasil penyederhanaan berbagai maritime agency di Indonesia, berikut pelimpahan kewenangan pengawasan lapangannya ke Sea and Coast Guard Indonesia, maka Sea and Coast Guard Indonesia ini mengemban fungsi : 1 Kepolisian perairan untuk menegakkan hukum di laut. 2 Kepabeanan 3 Bantuan navigasi dan keamanan pelayaran 4 Proteksi perikanan 5 Pengawasan pencemaran laut 6 SAR Search and Rescue di laut 7 Membantu tugas TNI AL dalam masa perang seperti pertahanan dan keamanan pelabuhan, kontra intelijen dan patroli perairan pantai. Sesuai hasil penelitian, dalam pelaksanaan MCS di Indonesia perlu dikembangkan perampingan instansi pelaksana agar terintegrasinya kegiatan MCS dan tidak terjadinya pemborosan serta tumpang tindihnya pelaksanaan kegiatan. Perlu adanya peleburan instansi- instansi pelaksana MCS kelautan yang non militer ke dalam Sea and Coast Guard Indonesia. Selanjutnya Bakorkamla akan mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan MCS kelautan dari unsur militer khususnya TNI AL dan Sea and Coast Guard Indonesia. Konsep Sea and Coast Guard Indonesia dapat dilihat pada Gambar 14. 151 Gambar 14 Konsep Sea and Coast Guard Indonesia Pada hakekatnya sistem MCS dapat diterapkan di segala bidang pembangunan kelautan Indonesia. Penerapan sistem MCS dalam bidang perikanan tangkap, dalam pelaksanaan kegiatannya terdiri dari komponen-komponen : a. monitoring, yang berkaitan dengan hubungan fisik dengan sumberdaya alam dan lingkungannya, dilaksanakan oleh unsur-unsur dari Ditjen Perikanan Tangkap DKP dan pihak-pihak lain yang terkait yang meliputi stok sumberdaya perikanan dan habitat perikanan, b. control, yang berkaitan dengan hubungan administrasi dengan sumberdaya alam dan lingkungannya, dilaksanakan oleh unsur-unsur dari Ditjen Perikanan Tangkap, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, serta pihak- pihak lain yang terkait yang meliputi unsur legislasi dan peraturan perundangannya, c. surveillance, yang berkaitan dengan hubungan geografis dengan sumberdaya alam dan lingkungannya, dilaksanakan oleh unsur-unsur dari BAKORKAMLA DKP DEPARTEMEN PERHUBUNGAN TNI POLRI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAM P2SDKP KPLP TNI AL TNI AU SATPOL AIR BEA CUKAI IMIGRASI SEA COAST GUARD 152 Ditjen P2SDKP, TNI AL, Satpolair dan pihak-pihak lain yang terkait yang meliputi unsur penegakan hukum perikanan. 153 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengembangan MCS kelautan di Indonesia, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1 Sistem MCS nasional dalam pembangunan kelautan Indonesia dibangun berdasarkan analisis existing condition dan kebutuhan stakeholders. Dalam desain sistem MCS, ketiga komponen monitoring, control dan surveillance merupakan sub sistem yang harus saling berhubungan. Output dari suatu sub sistem akan menjadi input bagi sub sistem lainnya. 2 Analisis perbandingan berdasarkan landasan operasional dan pelaksanaan MCS di Indonesia menempatkan posisi Indonesia pada kuadran dua 2,33; 2,43. Hal ini berarti baik dari landasan operasional maupun pelaksanaan MCS di Indonesia relatif masih kurang baik. 3 Dalam pengembangan MCS di Indonesia, tingkat kinerja pelaksanaan semua faktor- faktor MCS masih dinilai kurang, kecuali faktor perizinan. Untuk tingkat kepentingan MCS, hampir semua faktor MCS mempunyai tingkat kepentingan di atas median, kecuali dua faktor yaitu legislasi dan perizinan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kinerja perizinan relatif baik, namun masih lebih bersifat prosedural. 4 Skenario kebijakan optimistik dengan syarat pengembangan kebijakan pemerintah, menjadi prioritas skenario yang mungkin dilaksanakan. Pada skenario ini perlu pengembangan sistem MCS secara terintegrasi, dengan dukungan pemerintah pada pengembangan MCS kelautan dan perikanan. Adanya good governance yang dilengkapi dengan berbagai peraturan perundangan yang mendukung, dukungan internasional dalam wujud kerjasama dan pengakuan secara internasional, serta dilaksanakan oleh kelembagaan yang terpadu dan sinergis dengan SDM yang profesional dalam bidangnya. 5 Berdasarkan desain sistem MCS maka perlu dilakukan perampingan instansi pelaksana MCS, khususnya dalam komponen surveillance, dengan menyatukan unsur-unsur pelaksana MCS non militer ke dalam wadah Sea and 154 Coast Guard Indonesia. Bakorkamla bertugas mengkoordinasi kegiatan MCS. 6 Sistem MCS nasio nal dalam pembangunan kelautan Indonesia, khususnya dalam bidang perikanan tangkap, dalam pelaksanaan kegiatannya terdiri dari komponen-komponen : a. monitoring, yang berkaitan dengan hubungan fisik dengan sumberdaya alam dan lingkungannya, dilaksanakan oleh unsur-unsur dari Ditjen Perikanan Tangkap DKP dan pihak-pihak yang terkait meliputi stok sumberdaya perikanan dan habitat perikanan, b. control , yang berkaitan dengan hubungan administrasi dengan sumberdaya alam dan lingkungannya, dilaksanakan oleh unsur-unsur dari Ditjen Perikanan Tangkap, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, serta pihak- pihak yang terkait meliputi unsur legislasi dan peraturan perundangannya, c. surveillance , yang berkaitan dengan hubungan geografis dengan sumberdaya alam dan lingkungannya, dilaksanakan oleh unsur-unsur dari Ditjen P2SDKP, TNI AL, Satpolair dan pihak-pihak yang terkait meliputi unsur penegakan hukum perikanan.

5.2 Saran

Aplikasi hasil penelitian, menyarankan hal berikut: 1 Dalam jangka pendek, untuk meningkatkan pelaksanaan MCS, perlu ditingkatkan kemampuan landasan operasional MCS dan ditingkatkan kinerja pelaksanaan MCS. 2 Pengembangan MCS kelautan dan perikanan di Indonesia, perlu adanya integrasi antar segenap stakeholders, baik dari unsur militer maupun dari unsur non militer. 3 Partisipasi aktif departemen Keuangan dalam operasionalisasi sistem MCS akan menghasilkan ”resource rent ” yang dapat meningkatkan pembangunan kelautan Indonesia.