Ruang Lingkup Penelitian Faktor kelembagaan

11

1.7 Kerangka Penelitian.

Laut Indonesia yang demikian luasnya membutuhkan suatu sistem yang terpadu dalam pengelolaan sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati yang terkandung di dalamnya. Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaannya diperlukan suatu sistem pengawasan agar sumber daya ini dapat terjaga keberlangsungannya. Dalam kaitan itu, pemerintah telah mencoba mengembangkan sistem MCS nasional terutama dalam bidang perikanan tangkap, namun fakta menunjukkan bahwa sistem tersebut belum berjalan secara sempurna. Pembangunan kelautan Indonesia menghadapi permasalahan yang sangat kompleks. Kompleksitas masalah pembangunan kelautan Indonesia dapat digambarkan seperti Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa kebijakan pembangunan kelautan Indonesia dapat digambarkan menyentuh dua kelompok aspek penting yaitu : 1 Manajemen kelautan dan perikanan dan 2 Aspek hukum dan hankam yang didalamnya menyangkut peraturan perundangan, penegakan hukum dan pengadilan bagi pelanggar kehakiman, disamping aspek pertahanan dan keamanan nasional bangsa. Pada aspek manajemen perikanan dan kelautan hal- hal yang penting untuk dikelola adalah stok sumberdaya dan habitat dari sumberdaya, sehingga di dalamnya menyangkut aspek pengelolaan sumberdaya perikanan, migas, mineral, tambang, plasma nutfah, taman laut, dan benda cagar budaya, sedangkan aspek hukum dan hankam menyangkut aspek peraturan, perundangan, pengawasan, pemantauan, pengamanan, penegakan hukum kehakiman dan pertahanan keamanan baik wilayah maupun sumberdaya. Gambar 2 juga menunjukkan bahwa masalah kelautan nasional memiliki konpleksitas yang tinggi dan membutuhkan solusi untuk memecahkan konflik kepentingan kebutuhan antar komponen pelaku. Strategi MCS merupakan alternatif pemecahan yang dinilai dari permasalahan yang sedemikian kompleks dan dinamik tersebut. Desain sistem MCS merupakan desain sistem yang kompleks, dinamik dan probabilistik. Dalam penelitian dilakukan analisis untuk mendesain sistem MCS yang dimaksudkan bahwa proses dari sistem belum diketahui, sedangkan masukan dan keluaran sistem diketahui. 12 ` Gambar 2. Strategi MCS dalam rangka pembangunan kelautan Indonesia. Potensi pembangunan kelautan meliputi : 1 sumberdaya dapat diperbaharui renewable resources termasuk ikan, udang, moluska, kerang mutiara, kepiting, rumput laut, hutan mangrove, hewan karang, lamun dan biota laut lainnya; 2 sumberdaya tak dapat diperbaharui non-renewable resources, seperti minyak bumi dan gas, bauksit, timah, bijih besi, mangan, fosfor dan mineral; 3 energi kelautan seperti energi gelombang, pasang surut, angin dan ocean thermal energy conversion; dan 4 jasa-jasa lingkungan environmental services termasuk tempat-tempat habitat yang indah dan menyejukkan untuk lokasi pariwisata dan rekreasi, media transportasi dan komunikasi, pengatur iklim, penampung limbah, dan sebagainya Dahuri 2002; Dahuri 2003 Tindakan-tindakan melawan hukum dalam bidang perikanan tangkap di wilayah perairan yuridiksi Indonesia Markas Besar TNI AL 2002 meliputi : 1 Menangkap ikan tanpa ijin yang sah IUP, SPI dan SIPI, 2 Menggunakan alat tangkap jaring trawl, lampara dasar, pukat udang dan bahan peledak; 3 Melanggar wilayah penangkapan atau mata jaring. Kebijakan pembangunan Strategi MCS Kelautan Manajemen kelautan dan perikanan nasional Hukum dan Hankam Monitoring Control Surveillance -peraturan perundangan -pengawasan -pemantauan -pengamanan -penegakkan hukum -hankam wilayah - Stok sumberdaya alam habitatnya - Migas - Tambang - Taman laut - MMKT