Pendekatan Pembahasan Hasil Analisis
36 penting yang berguna untuk membangun gagasan-gagasan perbaikan yang
dibutuhkan. Sebaliknya, proses patok duga bukannya suatu proses untuk memperoleh jawaban secara mudah atau sekedar proses peniruan secara membabi buta. Jika antara
MCS dapat dilakukan patok duga terkait dengan produk dan servis maupun proses kerja, kelembagaan dan organisasinya, maka patok duga antara MCS nasional dalam
pembangunan kelautan Indonesia dapat dilaksanakan secara terpadu, efisien dan efektif.
3.4.1
Analisis tingkat kepentingan dan kinerja
Untuk pengembangan MCS Indonesia, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi faktor-faktor MCS yang berpengaruh dalam pelaksanaan MCS
kelautan. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dianggap penting oleh para ahli di bidang kelautan dan selanjutnya sistem diupayakan menghasilkan kinerja
sebaik mungkin. Oleh karena itu, perlu dilakukan “importance and performance analysis
”. 1
Metode analisis data Dalam menganalisis data penelitian digunakan metode deskriptif kualitatif –
kuantitatif. Untuk menjawab sampai sejauh mana penerapan MCS di Indonesia, maka digunakan importance and performance analysis IPA atau analisis
tingkat kepentingan dan kinerja pelaksanaan MCS. Untuk tingkat kepentingan digunakan 4 skala yang terdiri dari : 1 sangat penting diberi bobot 4; 2 penting
diberi bobot 3; 3 kurang penting diberi bobot 2; dan 4 tidak penting diberi bobot 1. Untuk kinerja digunakan 4 skala yaitu: 1 jika penilaian kinerja MCS
mempunyai kemampuan yang baik diberi bobot 4; 2 jika sistem MCS sudah memiliki kemampuan yang baik, tapi masih memerlukan sedikit tambahan,
diberi bobot 3; 3 jika sistem MCS telah ada, tapi masih belum memadai diberi bobot 2; dan 4 jika tidak ada sistem MCS atau sangat tidak memadai diberi
bobot 1. Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja,
maka dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerjanya. Tingkat kesesuaian adalah hasil
perbandingan skor kinerja dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah
37 yang akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan pengembangan MCS di Indonesia. Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yang diwakilkan oleh huruf x
dan y, dimana x adalah merupakan tingkat kinerja MCS, sedangkan y merupakan tingkat kepentingan MCS. Adapun rumus yang digunakan adalah:
Tki = Xi x 100 Yi
dimana : Tki = tingkat kesesuaian responden Xi = skor kinerja MCS
Yi = skor penilaian tingkat kepentingan MCS Selanjutnya sumbu mendatar X akan diisi oleh skor tingkat kinerja MCS,
sedangkan sumbu tegak Y akan diisi oleh skor tingkat kepentingan MCS. Dalam penyederhanaan rumus, maka untuk setiap faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan MCS adalah dengan : _ _
X = S Xi Y = S Yi n n
_ dimana : X = skor rata-rata tingkat kinerja
_ Y = skor rata-rata tingkat kepentingan
n = jumlah responden Diagram Kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian
yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik X, Y, dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat kinerja seluruh
faktor atau atribut dan Y adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi pelaksanaan MCS. Maka rumusnya menjadi:
= n = n X = Si = 1 Xi Y = Si = 1 Yi
K K
dimana : K = banyaknya atribut atau faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan MCS
38 Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi
empat bagian ke dalam diagram Kartesius seperti ditampilkan pada Gambar 6. Y
Kepentingan Prioritas utama Pertahankan prestasi A B
= Y
C D Prioritas rendah Berlebihan
Kinerja =
X X
Gambar 6 Diagram Kartesius Sumber: Supranto 2006. Keterangan:
A : menunjukkan faktor yang dianggap mempengaruhi pelaksanaan MCS, termasuk unsur- unsur yang dianggap sangat penting, namun kinerjanya
belum sesuai dengan yang diharapkan, sehingga mengecewakantidak puas. B : menunjukkan unsur MCS yang telah berhasil dilaksanakan, untuk itu wajib
dipertahankan, dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. C : menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya dan dalam
pelaksanaan MCS biasa-biasa saja, dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.
D : menunjukkan faktor tingkat kepentingan MCS yang kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya telah cukup baikberlebihan, dianggap kurang penting
tapi sangat memuaskan.
39 2
Operasional penelitian Bagan alir importance and performance analysis ditampilkan pada Gambar 7.
Gambar 7 Bagan alir importance and performance analysis Sumber: Supranto 2006