Kondisi pembangunan kelautan Indonesia dalam bidang perikanan tangkap

23 2000 nilai produksi perikanan tangkap di tingkat produsen mencapai Rp. 18,46 triliun. Namun demikian penangkapan ikan ilegal juga mencapai nilai cukup tinggi, yakni diperkirakan sebanyak 1 juta ton ikan atau senilai Rp. 21 triliun per tahun yang dilakukan oleh kapal asing Dahuri 2002. Berdasarkan perkiraan FAO terdapat sekitar 3000 kapal asing, yang berasal dari Thailand, RRC, Philipina, Taiwan, Korea Selatan dan lain- lain DKP 2003. Sumberdaya laut dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya, memiliki berbagai macam kegunaan dan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, di antaranya untuk makanan, minuman, farmasi dan kosmetika. Dalam pemanfaatan kekayaan sumberdaya laut tersebut, perlu dilakukan pengembangan industri bioteknologi kelautan. Aktifitas utama industri kelautan adalah kegiatan industri perkapalan. Distribusi galangan kapal ini tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua, serta NTT dan Bali yang mencapai 257 unit. 65 galangan kapal mempunyai kapasitas mencapai 500 GT, 25 berkapasitas antara 501 – 1.000 GT dan sisanya berkapasitas 1.001 – 30.000 GT. Sedangkan untuk jenis industri komponen kapal berjumlah sekitar 220 unit yang tersebar di seluruh wilayah tadi, kecuali di NTT dan Bali. Meski demikian, pembangunan industri ini masih mengalami kendala terutama menyangkut potensi pasar yang masih terbatas dan permasalahan kepemilikan merek. Industri kelautan nasional sebenarnya mampu memproduksi sebagian besar komponen-komponen penunjang tersebut. Namun skala ekonomi dari hasil produk belum mampu diserap secara penuh oleh pasar dalam negeri Dahuri 2003. Sektor kegiatan bangunan kelautan meliputi bangunan pelabuhan, dermaga, hotel, restoran dan bangunan lainnya yang ada di wilayah pesisir dan lautan. Pertumbuhan sektor bangunan kelautan ini dalam jangka menengah dan panjang perlahan- lahan akan membaik, seiring dengan membaiknya pertumbuhan perekonomian Indonesia. Khusus untuk pelabuhan laut, apabila proyek kawasan pengembangan ekonomi terpadu KAPET di Kawasan Timur Indonesia KTI berjalan sesuai rencana, maka dalam jangka menengah maupun jangka panjang akan banyak dibangun pelabuhan laut maupun tempat pendaratan ikan. 24 Kegiatan penelitian kelautan di Indonesia pada tahun 1960 diawali dengan dibentuknya tiga badan nasional yang berperan mengadakan kegiatan penelitian kelautan, yaitu Pusat Penelitian Oseanografi- LIPI, Lembaga Penelitian Perikanan Laut dan Dinas Hidro Oseanografi TNI-AL. Kegiatan penelitian bidang kelautan untuk mendukung program-program pembangunan kelautan mulai dilaksanakan oleh lembaga- lembaga terkait seperti BPPT, LIPI, PPGL, Ditjen Perikanan, Dishidros TNI-AL dan beberapa pelaku kegiatan riset kelautan lainnya yang diprakarsai oleh BAPPENAS Sutjipto 2003.

2.3 Penegakan keamanan di laut.

Berbeda dengan daratan, laut tidak dapat diduduki secara permanen, dipagari atau dikuasai secara mutlak, laut hanya dapat dikendalikan dalam jangka waktu yang terbatas. Kedaulatan dan hak berdaulat di laut suatu negara diatur secara universal dalam UNCLOS 1982. Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut ke dalam Undang Undang No. 17 tahun 1985. Pada tiap rejim perairan Indonesia ditetapkan kedaulatan dan hak berdaulat sebagai berikut : 1 Di Laut Wilaya h selebar 12 mil laut dari garis pangkal, Indonesia memiliki kedaulatan penuh, artinya negara berhak mengatur segala ketentuan hukum nasional. 2 Di Zona Tambahan selebar 24 mil laut dari garis pangkal, Indonesia memiliki hak berdaulat dalam bidang kepabeanan, sanitasi, imigrasi dan fiskal. 3 Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia selebar 200 mil laut dari garis pangkal, Indonesia memiliki hak berdaulat dalam eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya laut. 4 Di Landas Kontinen sampai kedalaman 350 meter, Indonesia berhak untuk melakukan pemanfaatan sumberdaya alam. Dalam UNCLOS 1982 itu disebutkan pula bahwa pengelolaan sumberdaya ikan mempunyai tiga tujuan pokok : 1 Pemanfaatan sumberdaya ikan secara rasional; 2 Pelestarian sumberdaya ikan; 3 Keserasian usaha pemanfaatan, sehingga setiap negara diwajibkan melakukan pengelolaan sumberdaya ikan secara lestari dan bertanggung jawab Purwaka 2006. 25

2.4 Monitoring, Control and Surveillance MCS

Pengertian monitoring, control and surveillance MCS didefinisikan sebagai berikut : 1 Monitoring adalah kegiatan pengumpulan dan analisis data untuk menilai tingkat pemanfaatan dan kelimpahan sumberdaya ikan, mencakup antara lain kapal penangkapan ikan, operasi, hasil tangkapan, upaya penangkapan, pengangkutan, pengolahan dan pengepakan hasil Flewwelling 2003; FAO 1995; Flewwelling 1995; DKP 2001. Monitoring atau pemantauan merupakan kegiatan pengawasan dengan obyek yang diawasi adalah hubungan fisik antara manusia dengan sumberdaya alam dan lingkungan hidupnya. Dengan pemantauan akan dapat diketahui, antara lain, apakah suatu kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidupnya melampaui daya dukung dan daya tampung yang telah ditetapkan, dan apakah teknologi yang dipakai akrab lingkungan atau tidak Martono 1997; Purwaka 1995; Purwaka1984. Dengan demikian monitoring mempunyai karakteristik sebagai kegiatan pengawasan yang menitik beratkan kegiatannya pada intervensi terhadap hubungan fisik antara manusia dan sumberdaya alam dan lingkungannya. Hubungan fisik di sini artinya adalah interaksi secara fisik antara ilmu pengetahuan dan teknologi Iptek yang dipakai manusia dengan sumberdaya alam dan dampaknya terhadap lingkungannya. Sedangkan intervensi harus diartikan sebagai langkah dari lembaga pengawas untuk membatasi pilihan-pilihan manusia dalam menetapkan cara pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungannya, cara pengolahan produksi yang ramah lingkungan, dan cara pengolahan limbahnya, mencegah pemakaian cara-cara pemanfaatan sumberdaya alam dan pengolahan produksi yang dapat merusak lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap perubahan intensitas hubungan fisik antara manusia dengan sumberdaya alam yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem merupakan pusat perhatian dari kegiatan pemantauan Anonimous 1997 2 Control didefinisikan sebagai mekanisme pengaturan yang antara lain mencakup penyusunanpemberlakuan peraturan perundang-undangan,